37. Tiga Tujuh

Mulai dari awal
                                    

Al memalingkan wajahnya sambil menahan senyuman yang akan terukir. Ia menutupi sebagian wajahnya dengan telapak tangan, tak tahan dengan muka Calista yang terlihat menggemaskan dengan pipi sedikit memerah. Hanya karena itu jantungnya berdetak sangat kencang, salah tingkah luar biasa.

"Tutup mata lo semua! Atau gue bikin buta?!" Al menitah kesal. Tak sanggup jika kecantikan Calista dinikmati orang lain.

Drystan berjalan menuju Calista lalu kembali memasang masker adik sepupunya. Ia tahu keganasan Al ketika mengamuk. Entahlah, di pikirannya jika Andrew dan Al bertengkar mungkin tak akan ada yang menang karena seimbang.

"Al ngeri kalo ngamuk. Opa Marchel bahkan dibuat bertekuk lutut," bisik Drystan dengan nada penuh penekanan di telinga Calista. Ia sengaja memasang masker Calista lagi.

"Ini drakor judulnya apa sih, Anjing?!" gerutu Defan. "Si bulol dan si beku?" lanjutnya.

"Big boss!" Panggilan itu menghentikan perdebatan mereka. Al menoleh serasa dipanggil. Satu orang anggota Griffineos dengan setelan hitam yang sama sepertinya menghampiri sambil membawa ransel.

"Sesuai yang lo minta, Bos," ucap orang itu.

Al mengangguk lalu mengucapkan terima kasih. Ia merogoh kantong menyerahkan satu kartu ATM. "Kalo Bara sadar kasih ke dia."

"Pin-nya?" tanya orang itu.

Al mengatakan deretan angka yang terasa familiar. Lalu orang itu bergegas pergi setelah melakukan tos ala lelaki.

Cowok Calzeylions tercengang mendengar itu. Tak asing dengan tanggalnya, karena memang itu tanggal lahir Calista. Semuanya kompak menggelengkan kepalanya pelan, tak habis pikir.

"Tuh kan apa gue bilang, bucinnya OALAH ASU," komentar Kenan lagi.

Al mendengkus sebal. "Ayo, Dragon!" ajaknya pada Andrew. Firasatnya tiba-tiba buruk.

Andrew mengangguk, netranya menatap mereka satu persatu dengan tampang bengis. Jari tengah yang terdapat cincin perak berbentuk naga melilit pedang ia angkat ke udara sebagai bentuk perintah untuk segera berpencar.

Semuanya berpencar dan masuk ke gedung Pancasila. Andrew bagian menerobos ruang guru. Drystan dan Al akan membuat mural di dinding-dinding koridor. Kenan dan Defan akan mengacak-acak segala kelas bersama anggota lain. Sedangkan Calista, cewek itu berdiri sendiri fokus pada tujuannya.

Netranya menajam melihat papan visi misi SMA Pancasila yang dilindungi kaca. Kedua tangannya mengepal kencang. Lagi, emosinya kembali menguasai. Kesakitan kembarannya harus dibayar lebih.

"Visi misi bulshit," maki Calista lalu menendang kaca itu sekuat tenaga hingga pecah. Suara pecahan beling menggema, Calista gesit menghindar agar tak kena pecahan beling.

Setelah pecah, Calista mengambil papan itu dan membuangnya ke lantai. Ia mengambil korek dan bensin dari ransel untuk membakarnya. Calista menyiram papan visi misi itu dengan bensin gesit lalu memantik api. Dalam sekejap papan itu hangus. Calista tersenyum menyeringai, ia sangat puas.

Calista mengambil pilok warna merah. Ia menulis di dinding visi misi baru yang pas untuk sekolah ini.

Visi misi SMA

1. MELINDUNGI PEMBULLY
2. MENGANAKEMASKAN BITCH
3. DIAM AKAN PERUNDUNGAN KEJAM
4. MAKAN RAKUS UANG SUAPAN
5. BUTA AKAN KEADILAN

FUCKING TRASH!

Tulisan itu ditulis Calista dengan emosi yang meledak. Calista lanjut berjalan sambil menenteng pilok. Langkahnya terhenti karena menemukan wajah Shena yang ditempel di dinding karena menjadi ratu sekolah. Itu atas permintaan guru dan suapan Satria.

LAVENDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang