19. Sembilan Belas

342K 52.5K 31.2K
                                    

Happy reading ❤️
-Lukanya tak sebanding dengan luka tak kasat mataku. Apapun alasannya, mereka harus dihukum.-
~Calista🔥

Vote dan spam komentar di setiap paragraf biar cepet update ❤️

Oh, iya. Udah follow akun ini belum? Biar ga ketinggalan notifikasi?

Follow ig aing, bakal spoiler di sana @starsshine1603

Thank u❤️

Thank u❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Liat 'kan? Udah gue bilang, nggak usah pake motor!" bentak Andrew dengan sorot mata membunuh.

Calista hanya diam. Andrew juga tahu dari Defan bahwa Calista hampir celaka karena rombongan preman Romi. Andrew dulu memang bermusuhan dengan Romi, tapi semenjak Andrew melawan hingga membuat Romi nyaris mati, cowok itu tak berani mengusiknya lagi. Rombongan Romi juga tunduk akan perintahnya.

"Kalo cuman pisau kita bisa aja tenang, Cal. Karena lo bisa ngadepin itu. Tapi tadi pistol! Dan, nggak cuman satu. Ada lima belas pistol yang nodong lo!" sahut Defan ikut-ikutan mengomeli. Bagaimanapun pistol itu barang yang mematikan. Mustahil jika cewek bisa melawan lima belas preman bersenjata pistol.

"Lo lecet, nanti dihukum sama Daddy." Andrew menambahkan lalu menyisir rambutnya dengan jari-jari.

"Si maung juga pasti bakal ngelempar pisau ke gue," tambah Andrew yang entah mengapa selalu cerewet tentang keselamatan Calista. Mungkin karena kematian ibunya juga, Andrew tak ingin kehilangan perempuan kesayangannya. Sudah terlalu banyak yang direnggut darinya.

"Daripada lo berdua ngomel. Sini aja kita duel!" sinis Calista yang sudah hampir budeg mendengar ceramahan Defan dan Andrew. Ini saja belum semua sepupunya datang. Kalau datang, bisa pusing ia nanti.

Andrew menyeringai, tangannya meminta pisau ke Defan. Jika Calista menantangnya maka ia dengan senang hati mengabulkan.

"Lo tau kan gue punya trauma darah? Nggak usah ngadi-ngadi mau tengkar di sini!" sentak Defan. Ia selalu pusing ketika melihat darah mengalir banyak karena suatu kejadian. Sejak itu juga Defan sebisa mungkin menghindari perkelahian. Dia sebenarnya tersiksa dengan ini.

Calista berdecak kesal lalu melirik sinis Andrew yang malah enak-enakan merokok.

"Fuck," maki Defan melihat raut Calista. Wajah itu begitu imut saat marah. "Ekspresi lo candu."

"Jaga batasan lo, Defan." Suara berat penuh penekanan itu menginterupsi. Andrew meremas rokok yang masih menyala itu ke genggamannya. Tak ada ringisan, rokok itu pasti panas dan menyengat telapak tangan dan menimbulkan luka bakar. Andrew tak bereaksi apapun, seperti tak terjadi apa-apa. Matanya malah menajam membius Defan.

LAVENDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang