Tujuh-7

5 2 0
                                    

Happy Reading❤

_________________

Regina melihat pantulan dirinya di cermin, mengamati setiap sudut dirinya, iris matanya bertatapan dengan pantulan disana.

Regina masih menatap pantulan dirinya disana. Mengamati potongan rambutnya yang tidak pernah ia ubah sejak zaman sd.

Regina menurunkan lengan bajunya yang ia lipat ke atas. Ia mengambil jepit biru di dalam laci pemberian ibu Arvan ketika ia masih duduk di bangku kelas 4 SD.

Flash back on

Gina menemani Arvan menunggu ibunya yang katanya akan menjemput Arvan di depan gerbang sekolah sambil memakan lolipop yang sempat mereka beli.

Beberapa anak bubar di jemput orang tuanya masing-masing. Ada yang di jemput oleh ibunya, ayahnya, dan beberapa yang pulang sendiri berjalan kaki karna rumahnya bersebelahan dengan sekolah. Hari ini mereka tidak membawa sepeda karna kebetulan ban sepeda Gina bocor

"Ibuuu" Akhirnya yang ditunggu datang. Arvan berlari memeluk wanita berjilbab putih berseragam dinas yang baru turun dari mobil Sedan Hitam. Wanita itu memeluk Arvan balik dan mencium Arvan

Gina mengejar Arvan dan ikut menyalimi wanita yang barusan Arvan peluk

"Haii Assalamualaikum, ini siapa?" Aisyah--ibu Arvan menyapa hangat Regina dengan suara lembut

"Wa'alaikumsalam, Aku Regina tante, suka di panggil Gina" Jawab Regina sambil menjilat lolipop di tangannya yang belum habis, setengah malu-malu karna baru pertama kali bertemu.

"Ohh iinii Gina yang sering Arvan ceritain ya, Gina cantik bangett si nak" Aisyah masih tersenyum ramah mengusap kepala Regina lembut. Senyum itu tidak pernah luntur dari wajah Aisyah, karna memang Aisyah begitu ramah. Raut senyumnya selalu tergambar meski Aisyah tidak sedang tersenyum

"Nggak ah Gina gak cantik, Gina kan kaya laki-laki. Tuh rambutnya kaya rambut Arvan samaan" selah Arvan, membuat Gina tersenyum tetapi tampak sedikit murung layaknya anak kecil

"Ahh Azril mah semua anak perempuan itu cantik, orang Gina cantik gini kok . . ." Aisyah kembali mengusap rambut Gina " . . . Gina pulang bareng Arvan ya, rumah Gina dimana? Nanti tante anter pulang. Gina gak di jemputkan?" Tanya Aisyah, Gina kembali tersenyum

"Nggak tante, soalnya mama lagi nemenin nenek berobat. Kata mama rumah sakitnya jauh jadi agak lama pulangnya , Papa kerja" Jawab Gina polos

"Yaudah naik yuk" Aisyah membuka pintu mobil belakang. Arvan dan Regina duduk di belakang dan ia menyetir di depan dan mulai menyalakan mobil sedannya itu

Arvan dan Regina tengah asyik bercanda di belakang, seskali mereka bermain suit. Aisyah tersenyum melihat mereka sesekali.

Akhirnya mereka sampai di pekarangan rumah Gina yang terlihat sepi, tidak ada siapa-siapa. Mungkin para penghuni rumah itu belum pulang

"Tante mau masuk dulu? Tapi, mama sama papa kayanya belum pulang" Tawar Gina tak berhenti tersenyum. Ia senang berda fi dekat Aisyah, karna di mata gina. Aisyah seperti bidadari di pandangan pertama Gina melihat Aisyah. Wanita cantik, bakk berpakaian serba putih seperti bidadari dalam film. Bedanya Aisyah memakai baju dinas bukan daun.

"Cuma ibu aja, aku kok gak di suruh masuk! Kan aku yang temrn kamu" Arvan memasang muka masam sambil melipat tangannya di dada. Bisa dibilang Arvan cemburu karna sedari tadi mereka turun, Arvan tidak di ajak berbicara

"Suka-suka aku bleee" Gina menjulurkan lidahnya

Aisyah tersenyum dan mengusap rambut keduanya

"Mmm mau sih, tapi udah ini tante harus pulang lagi ke rumah sakit sayang. Lain kali aja ya" Jawab Aisyah

"Yahhh, Yaudah tante, Gina masuk dulu ya"

"Ehh bentar . . ." Aisyah membawa sesuatu di dalam tas kecilnya "Ini buat kamu ..." ia memasangkan jepit warna biru di rambut pendek dekat kening Gina

Gina memegang jepit itu dan tersenyum senang "makasi tantee"

"Kalo pake jepit rambut, gina cantik kaya cewe" cetus Arvan, Aisyah dan Gina tersenyum kembali

"Ini satu lagi, kamu pake kalo kamu mau ya" Aisyah menyelipkan jepit biru yang masih terbungkus satu lagi di tangan Gina.

"Makasi tanteee"

•Flashback off

Dalam hati kecilnya ada sedikit dorongan untuk berubah, namun ia masih ragu.

Tapi jika sudah memiliki keinginan, sedikit-sedikit pasti ada hasil dan kemajuan. Memang pada dasarnya Berubah itu butuh proses, mungkin harus merangkak sedikit-sedikit, kemudian tertatih, berjalan dan akhirnya bisa berlari

Seperti merajut kain, bukankan perlu proses yang memakan butuh waktu dan ketekunan untuk menyatukan benang menjadi kain? Setelah itu perlu menjahit untuk menyatukan kain yang akan menjadi pakaian?

Bukankah semua di dunia ini terbentuk karna proses? Termasuk perubahan

Mungkin juga begitu dengan perubahan Regina, butuh waktu untuk itu semua.

Gina memasang jepit rambut biru itu di kepalnya. Ia tersenyum ketika benda biru itu tersemat di rambutnya, ia merapikan rambutnya dengan sisir. Gina mulai memutuskan untuk tidak memotong Rambutnya dan membiarkannya tumbuh panjang

Beberapa Bulan lagi ia akan segera lulus dari Sekolah Menengah Pertama, dan akan memasuki Masa putih abu-abu yang kata orang-orang itu adalah masa paling menyenangkan.

Mungkin, itu baru katanya dan kedengarannya. Gina tidak ingin terlalu berekspetasi tinggi untuk bayangan-bayangan yang hanya sekedar 'kedengarannya'

Gina membuka camera hpnya, berfose di depan cermin dengan selfie miror

"Bye rambut, setelah ini gua gak akan potong lu lagi. Lagian kasian gua sama lu, gak pernah gua kasi kesempatan buat tumbuh dan berkembang"

•••

Gimana???? Udah tau kan kenapa Jepit biru itu gak pernah lepas dan kenapa Rambut Gina jadi sebahu??

See you next Part temen-temen^^

Jangan lupa Vote dan comennnnn😍

Your A ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang