Enam-6

6 3 16
                                    


"Ini sepatunya ibu simpen disini ya" serunya, menenteng snekers merah gua kemudian menyimpannya di kolong meja.

Gua membelak kaget, te ... Terus gua nanti pake apa? Masa iya gua harus nyeker? Ya ampun kaki gua udah pecah-pecah kebanyakan nyeker dari SD

"Ta ... Tapi bu, nanti saya pake apa? Saya janji bu, saya gak akan pake sepatu warna merah, kuning, ungu, atau warna lain selain hitam bu" rayu gua memasang wajah melas minta dikasihani. Siapa tau bu Indah luluh liat gua.

"Sudah konsekuensinya seperti itu. Tidak ada tawar-menawar." ucapnya, mengambil buku di laci meja."Oke nama kamu siapa?"

"Buu ... Saya janjii bu" bujuk gua sekali lagi. Namun bu Indah sama sekali gak ngegubris gua. Ia melirik name tag gua dan mengambil pulpen yang terselip di saku baju bawahnya

"Regina Dwi A" ejahnya, bertaut dengan pulpen dan buku menulis nama gua. Oke gua pasrah

"A-nya apa?" tanyanya, menatap mata Gua

"Amara" jawab gua lesu

"Kelas?"

"sepuluh IPS satu"

"Oke" ia menutup bukunya, "...buat kedepannya usahakan selalu mentaati tata tertib sekolah ya. Sekarang kamu boleh kembali ke kelas kamu. 5 Menit lagi udah mau bel. Sepatunya bisa di ambil minggu depan," ujarnya tersenyum hangat

"Saya nyeker bu,?" tanya gua sekali lagi memasang wajah se menyedihkan mungkin. Ia mengangkat jempolnya sambil tersenyum.

Gua berjalan gontai keluar ruang BK. Sebelumnya gua menyalami bu Indah terlebih dahulu. Masih setia dengan wajah melas gua. Siaptau masih ada harapan sepatu gua balik

"Gina" alhamdulillah bu Indah berubah fikiran!

"Iya bu?" Gua menoleh sumbringah

"Kaos kakinya kalo bisa juga ganti ya pake warna putih. Jangan di pake keluar lama lama juga. Lama kelamaan bisa bolong"

"Iya bu" Wajah semangat gua kembali pudar. Gua membuka knop pintu dan menutupnya

Gua berjalan menuju kelas, menuruni anak tangga tanpa menggunakan sepatu. Jarak ruang BK dengan kelas gua lumayan jauh, perlu melewati kantin, lapangan yang luasnya segede gaban, lewatin koridor yang banyak di huni cowo-cowo yang lagi pada nongkrong menunggu bel berbunyi,Kebanyakan anak kelas 11 sama 12.

Sesekali mereka menggoda anak perempuan yang lewat. Sampai gua sendiri males lewat sana kalo emang gak kepepet atau perlu banget. Lebih baik nunggu mereka bubar. Gak segan pelototin mereka sama tatapan sinis gua kalo mereka mulai catcalling

Entah faedahnya apa nongkrong di koridor sambil goda-goda cewe. Kadang gua muak liat pemandangan kaya gitu. Menurut gua itu malah jatuhin harga diri mereka di depan anak perempuan dan emang pada dasarnya catcalling itu kebiasaan yang buruk

Beberapa murid yang mulai berdatangan menenteng tasnya menuju kelas masing-masing. Mereka memandang gua dengan berbagai macam ekspresi, ada yang bisik-bisik sambil nutup mulut ketawa.Ada juga yang acuh tak acuh, bahkan ada yang natap gua sama tatapan sinis, tak suka,cewe yang menenteng tas coklat disana lebih tepatnya.

Gua yakin dia kakak kelas, satu atau dua tingkat di atas gua. Terlihat dari penampilannya, bibir yang di poles liptint merah mencolok,rambut tergerai sebahu dan mata bersoflen biru. Dia menatap gua dari ujung rambut sampai ujung kaki kemudian tersenyum kecut. Bener-bener buat gua risih

Your A ChoiceWhere stories live. Discover now