New Book, New Story

59 14 6
                                    

~~***~~


Janjinya memang mungkin hanya akan pergi beberapa hari saja. Tapi, siapa yang mengira jika pada akhirnya beberapa hari itu bisa menjadi dua minggu atau lebih. Menjadi waktu yang sangat lama bagi yang yang tak menikmati, cepat bagi yang menikmati harinya. Dan Ellena juga suaminya memutuskan menambah waktu perginya. Sengaja. Memberikan lebih banyak waktu untuk Nebula bisa beradaptasi pada orang asing.

Mungkin ia sedang merasa bosan, atau justru rindu sedang mengerayangi perasaannya. Jika sudah rindu Nebula pasti akan memadamkan lampu utama kamarnya, menyalakan lampu galaksi yang membuat sebuah ilusi. Langit-langit kamar yang semulanya di dominasi warna putih seketika dipenuhi dengan ribuan atau jutaan bintang yang bersinar di rasinya masing-masing. Kamar Nebula serasa berubah seperti ruang planetarium mini.

Ia berbaring pada ranjang buatan Italia yang terasa begitu empuk dan nyaman. Matanya tak henti untuk memandangi bintang yang paling terang ke tujuh di langit malam, bintang yang berada pada rasi Orion, Rigel. Alunan musik Binaural Beats mengalun merdu guna memberikan sebuah ketenangan jiwa. Tak begitu kencang juga tak begitu pelan, cukup sopan masuk ke dalam indra pendengaran.

Sementara itu, Min Vega sedang berkutat pada peralatan dapur, menyiapkan beberapa makan malam sehat yang bisa dirinya dan Nebula nikmati, itupun kalau Nebula mau, karena kalau tidak, Vega akan menghabiskannya sendiri, ia membuatnya tak begitu banyak.

Hidung Nebula terlihat seperti sedang mengendus-endus aroma sesuatu, sesuatu yang begitu menggugah hingga perutnya tiba-tiba menimbulkan bunyi, sesuatu di dalam perutnya minta segera diisi. Karena sudah tak bisa untuk ia tahan lagi, Nebula pada akhirnya berjalan menuju dapur, ia menemukan Vega sedang menyiapkan makanan dan menuangkan segelas susu hangat ke dalam gelas kaca bening.

"Kau memasak apa?" tanya Nebula yang langsung menarik kursi pantry, menjatuhkan bantalan duduknya di sana, tangannya meraih satu gelas kosong yang ada di mini bar, menuankan susu yang sama seperti Vega.

"Aku baru saja membuat beberapa tumisan sayur, apa kau juga mau?" tawar Vega.

"Boleh juga, kebetulan aku merasa lapar. Apa aku bisa meminta tolong padamu?" tanya Nebula, sebenarnya ia agak tak enak hati. Namun perutnya terasa begitu lapar, harus di isi agar nantinya bisa tertidur dengan tenang dan berkualitas.

"Apa yang bisa aku bantu?"

"Tolong buatkan aku sesuatu yang bisa mengenyangkan selain tumisan sayur, seperti makanan yang mengandung karbohidrat."

"Tapi tidak baik mengkonsumsi makanan dengan karbohidrat di malam hari," protes Vega yang memang orangnya selalu mementingkan kesehatan.

"Aku pikir mengkonsumsi karbohidrat malam hari sekali-kali tak masalah."

Tidak lucu berdebat di malam hari, lantas pada akhirnya Vega mengalah, ia menyiapkan beberapa potong roti dan telur, tak lupa beberapa helai Red Lettuce juga saus sambal. Menu paling gampang dibuat dengan bahan-bahan yang Vega siapkan adalah Toast Sandwich.

Tanpa di sadari oleh Min Vega yang tengah sibuk memotong roti, Nebula mengamatinya sedari tadi.

Nebula seperti terkena sebuah sihir, bagaiamana ia bisa begitu tertarik untuk memandangi keindahan Min Vega, gadis itu seolah terlihat bersinar seperti bintang sungguhan.

Ceruk leher yang cukup tinggi, rambut yang di ikat dan di gulung ke atas membuat kulit lehernya terlihat lebih jelas, kulit putihnya kontras dengan warna baju tidur yang gelap. Mungkin Min Vega tak ingin rambutnya yang indah menjadi bau karena uap makanan yang ia masak.

Nebula sempat beberapa kali menggelengkan kepalanya pelan, sedang menyadarkan dirinya untuk tak terlaku terpesona pada pesona seorang Vega. Terlalu bahaya untuk hatinya. Bagaimanapun ia seorang pria, bisa membangkitkan sisi lainnya jika melihat wanita yang menarik dalam waktu yang lama.

MOON [SUDAH CETAK]Where stories live. Discover now