Jealous

102 13 48
                                    

~~***~~

Nebula sempat terdiam. Kebingungan. Ia merasa tak begitu yakin kalau ia memang pernah mengenal gadis itu, kalaupun memang dulunya kenal, itu artinya Nebula memang lupa.

"Iya. Aku Nebula. Maaf, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Nebula kesulitan untuk mengingat. Itu sudah terlalu lama. Bahkan sejak Nebula menutup diri dari dunia luar saja sudah melewati begitu banyak waktu. Sudah banyak hal yang berubah di dunia luar.

"Aku Lyra, Kak. Aku yang dulu sering bermain bersama Kak Rigel, yang sering menanam bunga bersama Kak Rigel di taman rumah Kakak." Lyra menjelaskannya dengan raut bahagia, ia berupaya untuk membuat Nebula mengingatnya. Namun, itu percuma. Tak semudah itu untuk Nebula mengingat segalanya. "Kakak ingat, kan?" tanya Lyra lagi, penuh dengan harap.

"Maaf, Lyra. Sepertinya aku lupa. Semuanya terjadi sudah begitu lama," sesal Nebula. Mungkin aku sudah melupakan banyak hal dalam hidupku. Ya, benar. Nebula memang sudah melupakan banyak hal, yang ia ingat hanyalah Rigel, dan selalu Rigel. Bahkan Nebula melupakan bagaimana caranya untuk hidup bahagia. Ia sudah terlalu dalam membenamkan diri pada luka dan keterpurukan.

"Kakak ini," Lyra menunjuk ke arah Vega. "Kak, Rigel, ya?" Lyra hanya asal menebak saja. Beharap tebakannya benar.

Vega menggeleng. Ia bukanlah Rigel.

"Oh, kalau begitu, aku tebak Kakak ini pasti kekasih Kak Nebula, aku benar kan?"

Nebula menggeleng pelan sebagai jawaban. Cukup membuat Lyra terdiam.

"Aku cuma orang yang bekerja pada keluarga mereka," Vega agak sedikit menyesal mengatakannya, karena Lyra seperti memasang wajah kecewa mengetahui jika ia bukanlah Rigel.

"Lalu, kenapa Kak Rigel tak ikut bersama kalian?" Lyra tampaknya sangat berharap untuk bisa bertemu Rigel.

Baik Nebula maupun Vega, keduanya kompak terdiam. Vega hanya memberikan kesempatan untuk Nebula, menceritakan semuanya atau justru menyembunyikan faktanya ke Lyra.

"Dia sedang istirahat. Istirahat dengan tenang." Faktanya itu antara sebuah kebenaran atau kebohongan dari Nebula, hanya bagaimana Lyra bisa memahami kalimatnya.

"Begitu, ya?" Lyra mengangguk. "Padahal sudah sangat lama aku tak bertemu dengannya. Saat itu aku masih berusia 4 tahun, sementara Kak Lyra setahun di atasku." Nebula merasa kagum pada Ingatan Lyra tentang masa kecilnya. Ingatan yang cukup bagus, hingga Lyra masih mampu mengingat dirinya dan Rigel, padahal mungkin saja wajahnya sudah mengalami perubahan yang banyak. Lyra masih mampu mengenalinya. Mungkin dari matanya yang memang berbeda dari mata orang kebanyakan.

" Sudah cukup, Lyra?" tanya Seirios yang sejak tadi hanya menggeleng melihat tingkah adiknya yang terlihat begitu semangat mengingat segalanya. Bahkan Seirios tak diberi kesempatan untuk mengenalkannya ke Vega.

"Ah, iya." Lyra tersenyum-senyum, tanggan menggaruk bagian belakang kepala sendiri, padahal mungkin itu sama sekali tak terasa gatal sedikitpun. Lyra sangat menggemaskan dengan tingkahnya yang sering seperti anak remaja belasan tahun. "Padahal aku kira tadinya... Ah, tunggu dulu. Jadi, Kakak ini adalah wanita yang Kakak Seirios bikin lukisannya, bukan?" Lyra menunjuk Vega dan Seirios bergantian. "Wah, jadi Kakak ini calon Kakak iparku?" Pertanyaan Lyra cukup membuat Vega terkejut, Vega membulatkan matanya, bahkan Min Vega nyaris tersedak ludah sendiri. Bagaimana bisa ia menjadi kakak ipar dari Lyra? Sementara ia dan Seirios saja baru kenal, baru dua kali bertemu, itu pun dengan malam itu.

Seirios hampir gila menyikapi kelakuan adik kandung kesayangannya. Bicaranya memang terlalu polos. Terkadang membuat Seirios merasa malu pada orang lain.

MOON [SUDAH CETAK]Where stories live. Discover now