Nyctophile

126 24 11
                                    

"Kau masih takut? Bisa tidur sendirian?" tanya Nebula kemudian, ketika ia melihat Vega yang perlahan tenang. "Ah, tidak. Maksudku apakah kau bisa tidur dalam keadaan seperti ini? Bukan itu, apakah kau punya sesuatu yang bisa menjadi healermu dalam keadaan seperti sekarang?" tampaknya Nebula agak sedikit canggung pada keadaan. Bertahun-tahun bukan waktu yang singkat, Nebula nyaris menghabiskan waktu selama itu untuk menutup diri, hampir tak berbaur pada orang-orang, apalagi pada wanita hanya berdua. Agaknya kematian Rigel meninggalakan kesediahan yang teramat membekas pada pria itu hingga ia menjadi pendiam dan tertutup.

Vega hanya diam. Ia memikirkan satu hal sebenarnya, hanya saja Vega nyaris tak ingin lagi megingat hal yang menjadi healernya. Vega sudah tak ingin helaing dengan hal itu lagi, Vega takut bukannya ia sembuh, tetapi justru membuatnya sedih akan hal itu.

Nebula paham, mungkin Vega memang sedang setakut itu hingga tak bisa memikirkan hal yang bisa mengobati ketakutannya selain dengan nyalanya penerangan.

"Kau ingin melihat beberapa vidio yang bisa menenagkan?" tawar Nebula pada akhirnya.

Gadis bintang itu diam, namun sebenarnya ia penasaran.

"Ini vidio yang bagus, bukan vidio sembarangan."

Cat eye Nebula, Helix Nebula, Orion Nebula, pria itu memperlihatkan tiga galaksi yang begitu indah pada Vega yang duduk di kursi makan, sementara Nebula sendiri berdiri di sebelahnya, sedikit menunduk, menggeser setiap vidio-vidio menarik yang berisi banyak pengetahuan tentang Astonomi itu.

Vega diam, tatapannya serius memperhatikan vidio tersebut yang mampu memberikannya sedikit rasa tenang. Dalam hati gadis itu senang sekaligus sedih. Sedih karena ibunya sedikitpun tak menyukai dirinya yang terlalu obsesi pada astronomi. Bahkan Vega juga tidak yakin sekarang astronomi bisa menjadi healing baginya atau bukan.

"Sudah lebih tenang?" Nebula menunduk, sementara Vega mendongak padanya, manik keduanya saling bertemu, beradu dengan kekuatan binar keduanya. Nebula melihat ada sedikit kesamaan antara Vega dan bumi yang selalu ia cintai.

"A--ada yang salah pada wajahku?" tanya Vega yang merasa aneh karena Nebula tak kunjung berhenti menatapnya, tatapan yang penuh dengan rasa penasaran.

"Tidak. Tidak ada yang aneh, hanya saja matamu terlihat seperti mata seseorang," Nebula kembali pada posisi berdiri, kecanggungan mendera keduanya. Hingga pada akhirnya kecanggungan itu terkecai oleh suara pintu yang dibuka juga suara derap langkah yang semakin mendekat.

"Sepertinya mereka sudah kembali," Nebula menunjuk ke arah derap langkah yang terdengar.

"Kalian di sini?" tanya Ellena ketika ia menemukan putranya juga Vega yang berada di dapur.

"Aku hanya menemaninya. Dia Niyctophobia," tunjuk Nebula ke arah Vega, kemudian pria tinggi itu pergi begitu saja meninggalkan Vega pada ibunya. Ellena sempat menggeleng melihat sikap putra kesayangannya.

***


Seirios masih betah menunggu, hingga kulitnya menjadi putih pucat karena menahan dingin. Ia seorang Nyctophile, seseorang yang menyukai malam hari, tidak ada yang lebih indah, tidak ada yang lebih menarik selain malam. Meski hujan, meski badai, ia akan tetap mencintai malam.

Percikan air hujan dari atap halte diembus oleh angin malam, memercik, basah pada pakaian Seirios yang tak begitu tebal.

Pria itu hampir tak pernah menyerah, ia akan menunggu hingga gadis itu tiba, meski menunggu adalah hal yang membosankan sekalipun.

"Apa dia tak jadi datang? Ataukah terjadi sesuatu padanya seperti waktu itu?" tanya Seirios pada dirinya sendiri. "sepertinya salah jika aku terlalu berharap ia akan datang, dia mungkin saja sibuk," Seirios bahkan hampir tak menyadari keberadaan seseorang yang sudah berdiri di sebelahnya.

"Siapa yang sibuk?" tanya gadis dengan mantel coklat di sebelah Seirios.

Seirios tersenyum, manis sekali, mengalahkan manisnya madu yang dipanen secara alami. Lesung pipi di kedua sisi wajah pria itu menjadi pemanis tambahan.

"Jangan perlihatkan senyuman itu lagi!" gadis itu balik tersenyum.

"Aku merindukanmu. Kenapa lama sekali?" Seirios bahkan tak malu untuk berhambur, memeluk tubuh mungil di sebelahnya, mencium pucuk kepala sang gadis yang surainya bewarna kecoklatan.

"Tapi sayangnya aku tidak," gadis itu mencoba menjauhkan tubuhnya dari Seirios, membuat pria itu diam sejenak. "Maaf?"

"U--untuk apa?" tanya Seirios pelan, hampir tak percaya dengan yang dikatakan oleh gadis di hadapannya.

"Maaf, sayangnya aku berbohong padamu," gadis itu tertawa kecil, kemudian ia yang balik berhambur memeluk Seirios, menenggelamkan kepalanya di antara bahu dan ceruk leher Seirios. "Aku merindukanmu. Sangat rindu."

Pertemuan antara sesama Nyctophile itu sungguh membuang segala kerinduan yang telah membuncah selama ini. Keduanya terlihat saling menunjukkan betapa mereka saling merindu dalam waktu yang lama.

"Kau menungguku di saat hujan seperti ini?" gadis itu mendongak pada wajah yang lebih tinggi darinya. Meminta jawaban atas pertanyaannya.

"Kau lihat sendiri bagaimana bajuku nyaris basah semua karena kehujanan," bisik pria itu yang masih tak kunjung melepas erat pelukan keduanya. Agaknya pelukan itu mampu memberi kehangatan di tengah malam yang dingin itu.

"Aku tahu kau tidak akan pernah ingkar pada janjimu untuk menunggu," gadis itu melayangkan sebuah kecupan singkat di wajah berdimple itu.

"Apa yang kau lakukan, Lyra?"


Love
AMEERA LIMZ




MOON [SUDAH CETAK]Where stories live. Discover now