🌈Bab 21 - Ada Apa Dengan Fikri?🌈

Start from the beginning
                                    

Aku mencoba menelfon Fikri lagi, nomornya masih belum aktif.

Aku sadar, dihiraukan olehmu jadi hal yang menyakitkan. Namun kehilanganmu tanpa kabar paling jadi hal yang menyedihkan. Benarkah kisah kita tak kau anggap?

***

Pagi ini, aku mendaftar ulang SNMPTN di website, aku juga ke bank untuk membayar uang kuliah. Minggu depan aku sudah mulai kuliah. Sudah nggak sabar rasanya menunggu hari pertama masuk kuliah.

Pulang dari sana aku pulang ke rumah dulu dan bersiap-siap ke alamat kontrakkan yang dikirim Ibu Fikri. Aku coba menelfon Fikri lagi, nomornya masih belum aktif sudah dua hari ini. Kemana, sih dia? Menghilang tanpa kabar. Aku benar-benar enggak mengerti.

Kak Nasya memanggilku,"Dek, kita makan siang di luar, yuk? Ayah dan Ibu juga ikut." Ajaknya, ketika aku sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kontrakkan Ibu Fikri.

"Maaf, Kak, Syifa ada janji mau ketemu orang."

"Ketemu siapa? Fikri?

"Bukan, Fikri di Jakarta, Kak!"

"Terus, ketemu siapa?"

"Ibunya." Ucapku datar.

"Ooh, lagi pendekatan ke calon mertua."

"Apa, sih, Kak." Aku tersenyum kearahnya.

"Yaudah. Kakak, Ayah, Ibu, sama Aldo pergi, ya! Kamu jangan lupa makan siang."

"Siap, bos!"

"Jangan lupa kasih kabar kalau Ayah dan Ibu mau rujuk, ya, Kak?"

"Siap Adekku, sukses ya pdkt ke calon mertua nya."

"Iih, Kakak." Teriakku kesal.

***

Aku mencari-cari alamat yang dikirim Ibu Fikri tadi malam. Rumahnya berada di komplek kecil, mobil saja sepertinya tidak bisa masuk.

Setelah lama mencari-cari, akhirnya aku menemukan nomor rumahnya. Ternyata rumahnya enggak terlalu besar dan Enggak kecil juga. Aku berjalan ke teras rumahnya, mulai mengetuk pintunya agak keras.

"Eh, Syifa, ayo masuk, Nak." Suruh Ibu Fikri ramah.

"Ya, Tante."

"Syifa mau minum apa?

"Nggak usah repot-repot, Tante. Syifa cuma sebentar."

"Oh, ya, Syifa kuliah dimana?"

"Universitas Negeri Padang, Tante."

"Ooh, keren." Ucapnya sambil tersenyum, "Ada apa, Syifa?"

"Tadi malam, pagi, dan baru sebentar ini Syifa telfon Fikri, tapi hp-nya enggak aktif-aktif. Tante tahu nomor Fikri yang bisa di hubunggi?"

"Memangnya kalian ada masalah apa?" Tanyanya bingung.

"Nggak ada, Tante. Kita baik-baik saja."

"Sebenarnya, Fikri melarang Tante memberi nomor baru dia ke Syifa, Tante kira kalian ada masalah."

"Nggak, Tante." Aku benar-benar enggak percaya dengan apa yang di katakan Ibunya Fikri.

"Ya, sudah, ini nomor Fikri yang baru." Dia memberikan hp-nya ke tanganku.

"Makasi, Tante, kalau gitu Syifa coba telfon Fikri sebentar." Aku berjalan keluar menuju teras rumahnya.

Ada apa dengan Fikri? Kenapa perasaanku jadi tidak enak, kuharap tidak terjadi sesuatu yang buruk.

Aku menarik napas panjang, ku tekan nomor Fikri, semoga dia senang aku menelfonnya.

Nomornya tersambung, alhamdulillah, kuharap dia mengangkatnya.

Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️Where stories live. Discover now