"Pasangan itu berusaha meminta bantuan pada keluarga Gao. Hanya saja tak tahu kenapa, keluarga Gao semacam lepas tangan dan mengabaikan. Tampaknya memang benar, keluarga Gao tak ingin ikut campur yang kemudian berakhir menyeret nama baik dari kediaman Gao."

"Tidak mungkin ... tidak mungkin ...." Kian perutnya merasa sakit, pandangan membuyar bahkan sepasang pendengarannya terasa hampa. Kala pikiran terus saja mempertanyakan, kenapa keluarga Gao mengabaikan? Terlebih kenapa menyembunyikan masalah ini darinya? Terlebih pula ... kenapa Zhan Hou tak mengatakan apa-apa terkait hal ini? Tidak mungkin pria itu tak tahu, bukan? "Kenapa ... kenapa ...?"

"Ehhh, kau tidak tahu siapa dia? Dia menantu keluarga Gao, apa kau sudah gila mengatakan hal itu padanya?"

"Apa?! Kenapa kau tidak memberitahuku dari tadi? Lalu ... lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Jika keluarga Gao tahu, maka aku ... aku pasti akan dibunuh."

"Sungguh bodoh kau, ayo pergi dari sini sebelum ketahuan."

Kerumunan tak lagi merupakan kerumunan, menyisakan Mo Shan seorang yang bernapas saja tak bisa dikatakan bernapas, begitulah tercekat dan menyesakkan. Yang mana air mata adalah bukti rasa sakitnya yang teramat sangat, menghancurkan ia sepenuhnya yang kini kembali melangkahkan kaki memberat sembari melupakan sudah rasa sakit yang berasal dari perut kehamilannya itu.

Wajah memucat, peluh membanjiri. Selangkah demi selangkah ia membawa tubuh tak bertenanganya, gontai seakan sedikit embusan angin saja akan sukses menumbangkan ia yang semacam tak bernyawa ini.

Apakah ini sudah menjadi takdirnya? Takdir buruk yang haruslah ia terima kala menginjak 20 tahunan usianya. Apa mungkin karena takdir buruknya ini pula yang mengharuskan keluarganya pun ikut terseret merasakan penderitaan?

Jikalau memang demikian, masih pantaskah ia menginjakkan kaki di kediaman Wu ini? Kediaman yang dulunya hangat, damai dan penuh sukacita, tapi lihatlah kini bagaimana dingin, sepi, hening dan berantakannya. Bahkan papan nama yang tergantung di depan gerbang utama, bertuliskan 'Keluarga Wu', sekarang tak lagi ada. Melainkan tergeletak sudah di tanah, terbelah menjadi dua bagian.

BRUKK!

Tenggelam dalam tangisan, memukul-mukul keras dadanya yang penuh kesesakan. Menggeleng-geleng akan jenis ketidakterimaan kenyataan ini. Terus saja Mo Shan memanggil ayah dan ibunya, berharap kalau kedua orang tuanya akan segera datang menghampiri, membangunkan ia yang duduk terpuruk sembari menghiburnya, menyeka pergi air mata yang secara bergantian membasahi permukaan tanah dari halaman rumahnya ini. Namun, tak ada siapa pun yang menghampiri, bahkan pelayan pun tidaklah ada.

Alhasil, raungan tangisan pun terdengar. Kala embusan angin yang menerbangkan debu-debuan menjadi peredam, mendapati pula bagaimana kuatnya kepalan kedua tangan Mo Shan yang menggenggam tanah, meninggalkan noda berupa darah. Tatkala wajah wanita ini memerah, urat pada leher dan bagian pelipis menegang. Menggeram sudah ia, mengatup rapat rahangnya sembari sepasang netra diarahkan sudah pada perbukitan yang terlihat taklah begitu jauh, tepat di bagian belakang dari kediamannya ini. "Jangan salahkan aku ... kau mungkin lebih baik memang tidak dilahirkan." Menyentuh perutnya, kain sutera pakaiannya pun meninggalkan noda darah.

Lantas, bagaimana sekiranya dengan kediaman Gao kini? Kala di mana hari telah sore, kesibukan akan pengurusan pernikahan Zhan Hou tidak mungkin sampai membuat seisi rumah lupa akan menghilangnya Mo Shan, bukan? Tatkala lihatlah bagaimana terburu-burunya A'Gui berlarian, menghampiri tuan mudanya dengan napas memburu nan membuat kesulitan berucapnya itu. "Tidak baik! Xiaojie ... dia ... dia ...!"

Panik hal utama, sedangkan kekhawatiran menjadi hal berikutnya bersamaan perasaan buruk lainnya ditunjukkan pada Zhan Hou. Meskipun memang A'Gui tak menyelesaikan ucapannya, Zhan Hou taklah begitu bodoh untuk tak mampu menanggapi. Yang mana lembaran kertas merah yang diketahui kartu undangan pernikahannya, terlepas sudah dari kedua tangan, berhamburan. Mendapati pula akan bagaimana bergegasnya tuan muda kedua kediaman Gao ini berlarian, diekori A'Gui, pun kemudian keduanya meninggalkan kediaman.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang