08. Bracelet

121 14 7
                                    

"Jangan membenci hujan. Kedatangan nya tak selalu membawa petaka,..."

-My Sun-

Happy Reading^-^

Aku dan Jihoon duduk di bangku taman kota Seoul yang ramai, aku hanya diam dan menurut saja tanpa tahu apa maksud Jihoon membawa ku kesini.

"Mereka sudah mulai..". Jihoon berdiri dari duduk nya dan menarikku menendekati sebuah lapak yang menjajakan berbagai pernak-pernik cantik dan unik.

Pasar loak?
Aku baru tahu kalau di taman kota seperti ini ada yang membuka pasar loakan.

Jihoon tampak memilih-milih gelang tali berbagai warna yang dihiasi alfhabeth, bulu, kerang, ataupun manik lainnya.

"Sini tangan kamu!".

Laki-laki itu memasangkan sebuah gelang tali berwarna merah dengan huruf J sebagai hiasannya.

Gelang itu sangat sederhana, tapi rasanya menjadi istimewa karna itu adalah pemberian langsung dari Jihoon.

"Cantik. Gelang itu tampak sempurna ketika dipakai di tangan kecil kamu yang anggun". Ucapnya sambil mengelus kecil punggung tangan ku.

Aku hanya bisa tertawa mendengar ucapan Jihoon yang begitu manis. Laki-laki ini..
Dia, benar-benar sesuatu.

"Sini!" aku menarik tangan Jihoon untuk memakaikan gelang serupa dengan huruf H sebagai hiasannya.

Warna merah dari gelang itu sangat cocok dipakaikan di tangan Jihoon yang putih pucat. Perpaduan nya sangat...

Sempurna.

"Jangan dilepas, karna sekarang kita terikat melalui gelang ini".

Jihoon tersenyum dan mengangguk pelan, mengiyakan ucapan ku.

Saat hari mulai sore, tempat ini semakin dipenuhi oleh para pasangan muda yang sengaja berjalan-jalan sambil membeli barang couple. Atau, mungkin ada juga yang datang hanya untuk melihat-lihat.

Setelah lelah berkeliling kami berniat untuk segera pulang.

Uang Jihoon tersisa sedikit, dan aku juga tak sempat membawa sepeser pun karna rencana yang begitu mendadak ini.

Alhasil kami harus berjalan melewati tiga pemberhentian bus agar uang ongkos nya menjadi cukup. Itu melelahkan, tapi tak apa karna ada Jihoon bersama ku.

~~~

"Kamu capek?".

"Enggak kok, aku masih kuat".

Jihoon berlutut membelakangi ku. Dia menepuk pundaknya sendiri tanda menyuruh ku untuk naik.

"Ih kan aku udah bilang nggak".

"Bohong".

"Apa sih, enggak ah".

"Hyerin aaa.." Jihoon memanggil nama ku dengan nada yang kesal. Dia tampaknya sangat ingin menggendong ku.

My Sun || Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang