"Cowok" jawab Tasya.

"Kenapa kebanyakan cowok sih?" tanya Galih.

"Ya gak tau, udah begitu mungkin" jawab Tasya.

Galih tidak puas dengan jawaban tersebut.

"Minta yang cewek aja lah" ucap Galih.

"Gak bisa gitu" ucap Tasya.

"Kenapa?" tanya Galih.

"Gw gak mungkin macem-macem elah, tenang aja, gak usah cemburu" ucap Tasya.

"Buktinya lo sama Alfian" ucap Galih.

"Butuh waktu tahunan buat bisa seakrab itu" ucap Tasya.

Galih diam, Tasya selalu seperti itu.




¥¥¥
Usai mengantar Tasya, Galih menuju studio foto, ia menyibukkan diri untuk mengalihkan pikiran nya dari Tasya, Galih rasa cukup banyak pria yang tertarik dengan Tasya, tidak dapat di pungkiri Tasya termasuk wanita yang cantik dan manis.

"Kenapa lo?, kaya gak fokus" tanya asisten Galih.

"Gapapa" jawab Galih.

"Masalah rumah jangan di bawa ke kerjaan" ucap nya.

"Iya gw tau" balas Galih.

Galih berusaha untuk kembali fokus, asisten nya pun tidak berusaha bertanya lebih jauh karena bagaimanapun itu bukan urusan nya.

Selesai pemotretan, Galih menghubungi Dwi untuk bertemu, dan akhirnya mereka bertemu di tempat makan.

"Ada apa, tumben" ucap Dwi saat sudah berhadapan dengan Galih.

"Kenapa kamu tanya begitu?, gak seneng ketemu aku?" tanya Galih.

"Gimana aku mau seneng kalo hati kamu bukan buat aku lagi" ucap Dwi.

"Aku akan memperbaiki hubungan kita" ucap Galih.

"Kamu gak pandai bohong" balas Dwi.

"Dwi" ucap Galih pelan.

"I know you" balas Dwi.

"Ya udah sekarang kamu mau gimana?" tanya Galih.

"Ceraikan tasya" jawab Dwi.

"Akan ada waktunya" balas Galih.

"Kapan?" tanya Dwi lagi.

"Sayang" ucap Galih pelan.

"Aku tau kamu udah suka sama Tasya, jadi berat buat kamu lepasin dia" ucap Dwi.

"Aku sayang dia, tapi aku gak tau sayang nya itu dalam bentuk apa" ucap Galih.

"Gak usah ngelak Galih" balas Dwi.

Dwi benar, dirinya memang sudah memiliki perasaan lebih bahkan sudah cinta, tapi Galih tidak ingin menyakiti Dwi lebih jauh jika perempuan itu tahu.

"Jadi kamu mau kita putus?" tanya Galih.

"Kenapa kamu tiba-tiba nyimpulin kaya gitu?" tanya Dwi.

"Feeling aja" jawab Galih.

"Bukan feeling tapi itu emang mau kamu" balas Dwi.

"Aku minta ketemu bukan buat berantem" ucap Galih.

"Aku gak ngajak kamu berantem" balas Dwi.

"Ini namanya kamu ngajak aku berantem" ucap Galih.

"Ya udah terserah kamu anggap apa" ucap Dwi.

Galih menatap Dwi, ia juga bingung dengan dirinya sendiri, ia masih mencintai Dwi namun Tasya sudah mengambil isi kepalanya, entah mengapa semua ini membingungkan untuk dirinya.

"Ya udah gak usah di bahas lagi, gak akan ada jalan keluar nya juga, jadi percuma" ucap Galih.

"Gak ada yang percuma" balas Dwi.

"Intinya aku cuma mau kamu milih" ucap Dwi.

"Gak usah kaya gitu, apa-apaan" ucap Galih.

"Kamu gak mau menceraikan Tasya berarti kamu milih dia kan" ucap Galih.

"Kesimpulan macam apa itu" ucap Galih.

"Iya kan?" tanya Dwi.

"Kan tadi aku udah bilang gak usah di bahas, kenapa jadi ribut lagi" ucap Galih.

"Karna aku belum dapet jawaban pasti" ucap Dwi.

"Aku udah bilang bahwa aku mau memperbaiki hubungan kita" ucap Galih.

"Gak, kamu gak bisa, dunia kamu udah bukan aku lagi" ucap Dwi.

"Gak begitu sayang, aku masih sayang sama kamu, rasa itu gak berubah" ucap Galih.

"Ya udah ceraikan Tasya" balas Dwi, ia mengulang pembahasan yang tadi.

"Jangan ngomong muter-muter" ucap Galih.

"Karna jawaban kamu gak ngasih kepastian apa-apa sama sekali" ucap Dwi.

"Gak segampang itu, semua butuh waktu" ucap Galih.

"Sampe kapan, kapan waktu itu tiba?" tanya Dwi.

"Aku gak tau" jawab Galih.

Dwi menarik napas panjang, dirinya lelah dengan sikap Galih yang berubah, bukan hanya sekedar sikap tapi perasaan nya juga berubah.

"Aku capek sama perubahan kamu ini" jujur Dwi.

"Aku gak berubah" elak Galih.

"Itu menurut kamu, sedangkan diri kita itu orang lain yang melihat" ucap Dwi.

"Terserah kamu mau bilang apa, aku juga capek ngadepin sikap kamu yang kaya gini" ucap Galih.

"Tuh kan, kamu tuh berubah" ucap Dwi.

Galih diam, ia menyadari akan hal tersebut, sikap nya pada Dwi memang sedikit berubah semenjak Tasya mulai memenuhi isi kepala nya.

"Kenapa diem?" tanya Dwi.

"Maaf atas perubahan sikapku" ucap Galih.

"Percuma, percuma di bahas panjang lebar juga" ucap Dwi kemudian
wanita itu memesan makanan untuk dirinya dan Galih.

Galih hanya diam.

Setelah makanan datang mereka makan dalam diam.
Dwi sudah malas berbicara dengan Galih, laki-laki itu sungguh sudah menyakiti perasaan nya namun Dwi sadar hal ini bukan seratus persen salah Galih, ia pun turut andil.

between me, you and himWhere stories live. Discover now