"Jadi?"

"Gue cuma mau bilang. G-gue,"

"Apa si, jangsn bertele-tele deh,"

Raka menghela nafas sejenak, "Gue akui, gue nyerah buat dapetin lo, gue sadar Ra. Cinta lo bukan buat gue,"

"Terus,"

"Yah gue udah stop gangguin lo soal pacar-pacar itu,"

"Terus,"

"Yah lo jangan cuek sama gue,"

"Terus,"

"Athira,"

"Ya yaa,"

"Apa?"

"Ada syaratnya,"

"Apa? Gue gak harus matikan?"

"Enggak, lo cukup cari tau informasi tentang cowok yang di cafe waktu itu,"

Raka hanya diam, dia tampak berfikir. "Oke,"

•••

"Ustadzah Arumi!" panggil Erga.

Ustadzah Arumi meliriknya sekilas, jantungnya berdebar saat merasakan langkah demi langkah Erga menghampirinya.

"Ada apa?" tanya nya menundukkan kepalanya.

"Ini ada buku dari Saddam, katanya titipan Umi Bilqis," ucap Erga sedikit gugup, matanya pun melirik ke kanan.

"Buku apa?"

"Emm, baca sendiri aja yah. Kita jadi sorotan santri-santri,"

"Yasudah, makasih," ujarnya setelah mengambil alih buku itu.

"Ana permisi," ujar Erga lalu pergi.

"Huff, lega,"

•••

"Ih, masa ana ditikung Ustadzah," cicit Sarah memerhatikan keduanya. Mereka terlihat malu-malu, yang satu menunduk, dan yang satunya menghadap ke kanan.

"Gak bisa dibiarin nih, ana harus cepet-cepet nikahin Ustadzah Arumi sama Aa'," tambah Sarah.

Melihat kepergian Erga, Sarah langsung berlari menghampirinya.
"Bang Erga!"

"Iya?"

"Bang Erga suka baca buku?"

"Emm, emang kenapa Ning?"

"Nanya aja si, Sarah juga suka baca buku,"

"Ohh, gitu,"

"Bang Erga suka baca buku apa?"

Erga merasakan hawa tidak baik, dia harus menjauhi Sarah sebelum terpantau oleh pengurus ponpes.

"Ana pamit dulu yah Ning, buru-buru ada kelas,"

"Bang! Bang Erga!"

"Yahh, baru ada kesempatan emas, malah kabur orangnya," cicit Sarah.

"Intinya ana harus cepet-cepet nikahin Ustadzah Arumi sama Aa',"

•••

"Jadi gue harus cari Informasi tentang dia?"

"Iya, harus. Katanya mau bantuin gue,"

"Emm, oke deh. Ini demi lo nih Ra,"

"Yahh,"

"Satu lagi,"

"Apa Ra?"

"Berita kita berdua udah beres di sekolah? Udah bersih?"

"Udah kok Ra, tinggal nyari si pelaku yang nyebarin berita gak jelas itu,"

"Ohh, bagus deh,"

"Entah Senin kita bisa sekolah kek biasa,"

"Yahh, padahal gue udah nyaman di rumah,"

"Jangsn terlau nyaman di zona lo sekarang, karena sesuatu yang berlebihan itu, ujung-ujungnya gak baik,"

"Iya, iya,"

"Eh, gue mau nanya. Lo gak tau apa-apa gitu soal dia?"

"Siapa?"

"Si cowok itu,"

"Ohh dia, panggil aja calon doi gue,"

"Yah, terserah,"

"Ikhlas gak nih?"

"Ikhlas kok,"

"Yang gue tau dari dia itu, cuman dia itu tinggal di pondok Kun Anta, terus anaknya Pak Kiyai,"

"Pondok Kun Anta? Anak Kiyai?"

"Iyaa,"

"Ohh, gue paham kenapa lo berubah drastis. Anaknya Pak Kiyai toh yang dikejar,"

"Diem lo,"

•••

"Kenapa si setiap orang yang gue suka selalu aja gak bener," cicit Irgi. Kini dia berada di ruang OSIS, dia sangat lelah.

"Curhat lo sama tembok?"

"Apa si,"

"Lo dipanggil Pak Dion tuh,"

"Iyaa, dia di mana?"

"Di ruangan dia,"

"Oke,"

"Kak Irgi," sapa adik kelas yang berlintasan dengannya. Irgi hanya diam, tak seperti biasanya. Irgi adalah sosok waketos yang friendly ke semua orang, sekali pun itu guru. Tapi hari ini ada yang berbeda dengannya.

"Kak Irgi kenapa?" tanya gadis itu kepada temannya.

"Gak tau, ada masalah mungkin,"

"Sayang!" panggil Kayla saat melihat kekasihnya itu. Nihil, Irgi tak membalas sapaan gadisnya, dikirik pun tidak.

"Kamu kenapa?" teriak Kayla berlari kecil.

"Sayang!"

"Aku sibuk! Jangan ganggu!" mendengar ucapan tajam Irgi membuat langkah Kayla terhenti.

"Ada yang gak beres nih,"

•••

"Hallo Ra,"

"Apa?"

"Gue punya berita soal Saddam,"

"Saddam? Siapa?"

"Gimana sih, itu cowok yang lo demen," decak Raka disebrang sana.

"Hah? Demi apa?" teriak Athira kegirangan.

"Serius gue, sumpah,"

"Terus, apa lagi yang lo dapet?"

"Nama lengkap dia Saddam Hussein, dia itu baru pulang dari sekolah di Mesir, terus dia seumuran sama Abang lo,"

"Seriusan lo,"

"Iyaa,"

"Saddam," gumam Athira, ujung bibirnya terangkat sedari tadi.

"Heh, jangan senyum-senyum hp nya iri, kalah manis soalnya,"

"Dihh, gombal mancam apa itu,"

"Yaudah, gue matiin yah."

Tut

Raka tersenyum menatap cermin dihadapannya, "Sesakit inikah mencintai seseorang yang tak mencintai kita?"

••••
Hallo semua ...
Ngomong-ngomong kasian yah Raka 😢

See next part 👋
Vote, komen, share yah!!

Lov you 100000 dirham ❤️

Impian Athira Where stories live. Discover now