“Apa ini waktunya untuk melangkah maju mendekat ke Jaehyun?” Tanya Taeyong lirih, namun ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Tidak, tidak mungkin, Jaehyun kan menyukai perempuan, kenapa kamu bisa berpikir seperti itu sih Tae.” Taeyong memarahi dirinya sendiri sebelum mengemas barang bawaannya dan berjalan pergi.

Dia sudah terlalu lama berdebat dengan dirinya sendiri, takutnya Jaehyun menunggu.

---

Ding dong…

Taeyong menekan bel pintu Apartemen Jaehyun, selang beberapa saat, sang pemilik apartemen membuka pintu dengan penampilan sedikit berantakan.

“Jae, kamu terlihat kacau.” Ucap Taeyong pertama kali.

Jaehyun hanya mengangguk kecil lalu mempersilahkan Taeyong untuk masuk. Beruntung Taeyong sudah pernah kesini, jadi tak setakut kemarin, walau kejadian kemarin cukup membuatnya terbayang.

“Thanks udah datang Tae, jujur gue hebat dalam beberapa mapel, tapi kali ini, gue gak bisa—ehh kurang bisa maksudnya.” Ucap Jaehyun agak gengsi. Taeyong hanya mengangguk kecil, tanda mengiyakan perkataan Jaehyun.

“Okelah, kita mulai saja, apa yang membuat Jae belum paham?” Tanya Taeyong. Segera  Jaehyun membuka bukunya dan memperlihatkan pada Taeyong, sekarang jarak mereka cukup dekat membuat Taeyong sedikit menahan napas. Sungguh dia ingin berteriak.

“Ohh ini, jadi ini tuh…” Mereka larut dalam pembicaraan tentang ini dan itu, sesekali mereka mengeluarkan candaan—maksudku Jaehyun yang memulainya, karena ia merasa Taeyong sedikit canggung dengannya, setelah mereka bercanda barulah Jaehyun merasa sedikit tenang.

Tak terasa sudah jam menunjukkan pukul 8 lebih, pembahasan materi mereka pun telah usai. Taeyong sedang memasukkan barang miliknya ke tas.

“Tae, hujan diluar” Ucap Jaehyun membuat Taeyong menolehkan kepala ke jendela yang dibuka Jaehyun, benar diluar hujan turun sangat lebat, lalu bagaimana caranya untuk pulang?

“Gue gabisa anterin, mobil gue masuk bengkel, baru bisa diambil besok pagi, maaf.” Ucap Jaehyun membuat Taeyong menatapnya.

“Tak apa Jae, aku bisa pulang naik bus.” Ucap Taeyong.
“Jarak halte agak jauh dari apart, dan sialnya gaada payung di apart.”
"Gapapa Jae, aku bisa lari kok." Ucap Taeyong, dan beranjak dari tempat duduknya namun segera Jaehyun menarik tangan taeyong untuk duduk kembali.

"Daripada lo sakit kehujanan dan ga ikut ujian besok, baiknya lo tunggu sampai hujannya reda." Taeyong ingin menolak tapi genggaman tangan Jaehyun semakin erat, itu membuat Jantung Taeyong berdegup lebih cepat.

"Jantung, diam dulu mohon kerjasamanya, ehh jangan dehh, nanti aku mati dong." Taeyong akhirnya memilih menyetujui Jaehyun.

Dia kembali duduk dengan tenang di sofa, sedangkan Jaehyun berjalan ke dapur, entah sedang apa.

“Kalau hujannya gak reda gimana ya?” Tanya Taeyong lirih, dan sesekali menguap, karena  hujan ia menjadi mengantuk.

Jaehyun yang datang membawa dua cangkir teh melihat Taeyong yang hampir terlelap karena tak bisa menahan kantuknya.

“Lucu… ehh gaa!!” Segera ia mengusir pikiran anehnya itu.

Jaehyun meletakkan dua teh itu di meja dan menatap wajah Taeyong.

“Tae… Taeyong.” Panggil nya sedikit lembut yang membuat sang pemilik nama langsung terbangun.
“I-ya Jae?, maaf aku tadi ketiduran.” Ucap Taeyong. Jaehyun mengangguk.

“Ga laper?” Tanya Jaehyun membuat Taeyong memiringkan kepala bingung.
"Gue mau order makan, lo laper gak?" Tanya Jaehyun lagi.
“Eumm enggak Jae.” Krrruukk… suara perut Taeyong berhasil membuat Taeyong malu setengah mati.

“Hahaha,  gue order-in makanan.” Ucap Jaehyun. Taeyong hanya mengangguk kecil, karena masih malu.

“Uangnya…” “Gue bayarin.” Belum selesai Taeyong bicara Jaehyun sudah mengatakan itu, dan membuatnya kembali diam.

Selang setengah jam, bel Apartemen Jaehyun berbunyi, dia berjalan menuju pintu dan kembali membawa dua box makanan cepat saji.

“Selamat makan.” Ucap Jaehyun. Taeyong mengangguk kecil lalu mulai memakan makanan nya dalam diam.

10 menit berlalu, hujan masih sama derasnya seperti tadi yang membuat ia semakin murung, bagaimana caranya ia bisa pulang?

“Apa aku pulang sekarang aja ya Jae, gapapa kok kehujanan, takutnya bus terakhir sudah lewat.” Ucap Taeyong. Jaehyun menatap Taeyong khawatir. Sebentar… Khawatir?!

“Sebaiknya lo nginep disini aja, bus terakhir udah lewat.” Ucap Jaehyun sambil menunjukkan jam.

“Ehh?!” Apa Taeyong bermimpi sekarang, jika iya… jangan bangunkan Taeyong, mimpi ini terlalu indah.

“Lo bisa nginep, gue ada satu kamar lagi, lo bisa tidur disana.” Ucap Jaehyun sambil menunjuk sebuah kamar di samping kamarnya.

Kamar itu adalah kesalahan, sekaligus keberuntungan. Kesalahan karena Jaehyun tinggal sendiri tapi oleh Papanya diberikan Apartemen dua kamar, dan keberuntungannya, disaat seperti ini.

Taeyong diam, dia masih bingung. Sebenarnya dia malah senang bisa bersama Jaehyun, tapi…

“Ini paksaan.” Entah angin dari mana Jaehyun bisa mengatakan itu, namun hal itu membuat Taeyong pasrah.

“Eumm-iyaa, aku akan mengabari mama.” Ucap Taeyong. Jaehyun mengangguk lalu berjalan pergi. Taeyong pun membuka Handphone dan mengabari ibunya.

Taeyong menghela napas pelan, untung sang mama mengijinkan, sekarang masalahnya adalah, dimana Jaehyun?

“Jae!” Teriak Taeyong memanggil sambil melihat ke sekeliling.

“Hm.” Balas Jaehyun dari kamar mandi dekat Dapur.

“Aku… ijin ke kamar ya.” Ucap Taeyong. Terdengar suara shower air berhenti hingga akhirnya pintu terbuka menampilkan sosok Jaehyun yang terbalut bath robes yang membuat dada bidang miliknya sedikit terlihat.

“Hmm, sleepwell Tae.” Kalimat yang berhasil membuat Taeyong lagi-lagi menahan teriakannya, ucapan manis dari Jaehyun, anggap saja begitu.

“B-baiklah, Jae selamat malam.” Ucap Taeyong lalu berlari masuk ke kamar.

“Woahh!!” Kagum Taeyong, kamar ini sangat rapi, ia kira kamar ini tidak digunakan jadi didiamkan begitu saja, ternyata sebaliknya, seperti selalu dibersihkan setiap saat.

Taeyong berjalan ke ranjang dan langsung merebahkan badannya, hari ini cukup melelahkan, hal itu membuat Taeyong tertidur lelap dalam sekejap.
.
.
.

TBC

The Jung'sFam (Jaeyong)Where stories live. Discover now