Ingin langsung mengubungi Jungkook, tapi gengsi. Nanti yang ada dirinya hanya akan dikatai bodoh dan tidak ada otak, mengerjakan soal begini saja harus bertanya.

Apa tidak usah ya? Harga diriku bisa hancur kalau menghubunginya, lagi pula tidak lucu jika dia bertanya dapat nomornya darimana lalu kujawab dari Taehyung.

Jimin kembali mengacak-acak rambutnya kasar, sepertinya ia harus mendekam didalam kamarnya untuk mengerjakan soal-soal ini.

• • •

Kelas Taehyung sudah berakhir, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Taehyung memutuskan untuk mampir ke minimarket di dekat kampusnya, ia sudah kehabisan stok ramyeon di rumahnya.

Setelah selesai memilih-milih yang ia butuhkan, ia segera menuju ke kasir lalu membayar semua yang dia beli.

Saat mau keluar dari minimarket itu untuk mencari bis lalu pulang, seseorang menabraknya dan membuat minuman yang dipegang orang itu tumpah. Tentu saja bajunya jadi basah dan dingin.

"Aduh! Kau--" Ucapannya terhenti karena melihat sosok menyebalkan itu, entah ke yang berapa kali.

"Kau!! Dasar ceroboh, dimana matamu?!" Omelnya kepada orang itu.

"Oh maaf. Habisnya badanmu kecil, tidak terlihat." Jawab orang itu lalu menarik Taehyung untuk duduk di kursi yang ada disitu.

"Maaf, maaf! Bajuku basah Jungkook! Dan kau buta atau bagaimana sehingga badanku saja tak terlihat?!" Iya, orang itu Jungkook. Kebetulan yang sepertinya sudah direncanakan oleh... Takdir?

Jungkook hanya mengendikkan bahunya lalu melepaskan jaket kulitnya untuk memakaikannya kepada Taehyung.

"Kau akan kedinginan." Ucapnya gentle.

Taehyung yang semula pikirannya masih loading, kembali berdecih karena ucapan Jungkook tadi.

"Terkena kesialan macam apa aku sampai dimana-mana harus bertemu denganmu. Seperti tidak ada manusia lain saja di muka bumi ini." Ucap Taehyung pelan sambil merapatkan jaket Jungkook ke tubuhnya.

Karena jujur, ia kedinginan. Minuman Jungkook tadi sepertinya minuman dingin, sampai badan Taehyung ikutan dingin dibuatnya.

"Kau tahu karma, huh? Kau kan waktu itu menabrakku, dan kau sendiri berjanji akan ke rumahku. Tapi tahunya tidak, nah kau terkena karma sekarang." Ucap Jungkook santai yang dihadiahi tatapan maut dari Taehyung.

"Jadi menurutmu aku terkena karma?!" Rasanya ingin menendang orang sombong ini ke samudera saja.

"Terserah kau. Mau kuantar?" Tanya Jungkook.

Agaknya ia merasa bersalah. Oh ayolah, Jungkook itu gentle orangnya. Tidak mungkin dia tidak mengantar Taehyung, minuman dia tadi pasti membuat Taehyung kedinginan. Daripada anak itu sakit, pasti dia akan kena bogeman mentah dari temannya itu.

Taehyung seperti menimbang-nimbang tawaran itu.

Ikut? Irit ongkos sih, tapi gengsi. Kalau kutolak bisa-bisa mati kedinginan aku.

"Ck, tidak usah gengsi. Aku bukan tipe orang yang mengirit-irit bensin." Ucap Jungkook kesal seperti tahu apa yang Taehyung pikirkan.

"Fine. Ayo, aku ingin pulang. Awas saja kau ngebut-ngebut dijalanan." Ancam Taehyung dengan melototkan matanya.

Jungkook hanya menghela nafas lelah, kenapa orang ini galak sekali sih? Badan boleh kecil tapi suara nyaring sekali, dan juga tidak tahu berterimakasih. Sudah mau diantarkan malah marah-marah.

Taehyung berjalan duluan sambil celingak-celinguk melihat parkiran yang ada disitu.

"Tunggu aku bodoh! Memangnya kau tahu motorku yang mana!" Teriak Jungkook lalu menghampiri motornya.

"Huh? Kupikir kau cuma punya satu motor."

"Aku bukan orang miskin."

"Dasar sombong." Umpat Taehyung.

Jungkook mengambil helm yang ada di motornya lalu memberikannya kepada Taehyung. Dia membawa dua karena Mingyu selalu menebeng, dasar tidak modal.

"Pakai."

Taehyung memakainya tetapi agak sedikit susah mengaitkannya dan menekan tombolnya, agak sedikit berbeda dengan helm Jimin yang selalu ia pakai.

"Ck, pakai helm saja tidak bisa." Ucap Jungkook lalu memasangkan helm itu dengan benar di kepala Taehyung, mana tahu nanti ia kebut-kebutan lalu jatuh dijalan.

Taehyung spontan diam lalu menatap iris mata Jungkook sambil melamun.

Karena sadar Taehyung hanya diam, ia menatap balik iris mata Taehyung sehingga pandangan mereka bertemu.

Taehyung yang sadar akan kebodohannya langsung gelagapan lalu naik ke motor Jungkook yang membuat Jungkook juga sadar akan lamunannya.

"Ah, a-ayo jalan." Ucap Taehyung terbata-bata.

Jungkook langsung menjalankan motornya untuk mengantar Taehyung pulang, ia masih gugup karena kejadian tadi.

Gugup bukan gayamu Jeon!

"Rumahmu yang mana?" Tanya Jungkook berusaha menetralkan rasa gugupnya.

"Aku tinggal di apartemen didekat restoran kimchi yang waktu kau kecelakaan itu." Sahut Taehyung.

"Ohh, disitu." Jungkook hanya ber-oh ria menanggapinya.

Jalanan sedang sepi yang membuat Jungkook menaikkan kecepatan motornya lalu mendapat tamparan di pundaknya.

"JANGAN NGEBUT-NGEBUT!" Teriak Taehyung tidak santai, kan tadi ia sudah bilang kepada Jungkook jangan mengebut.

Tidak menyahuti teriakan itu, Jungkook malah semakin mengencangkan laju motornya yang membuat Taehyung mau tak mau melingkarkan tangannya pada perut Jungkook.

"JUNGKOOK!"

"Iya, iya. Pegangan!" Ucap Jungkook agak keras agar Taehyung mendengarnya.

"Dasar modus!" Taehyung menggerutu dibelakangnya sambil mencubit perut Jungkook.

"Aduh, sakit." Jungkook mengeluh sakit karena dicubit, tapi entah mengapa hatinya menghangat disaat seperti ini.

Jungkook diam-diam tersenyum kecil akan kejadian barusan.

Sementara Jimin sudah selesai mengerjakan soal-soal iblis itu tetapi kembali kesal karena Taehyung tak kunjung membalas pesannya.

"Kau ada dimana?!" Gerutuan kembali terdengar dari mulut Jimin.

Rasanya pusing sekali kalau sudah mengkhawatirkan bocah itu, lebih baik ia mandi saja.

"Pusing-pusing aku memikirkannya!"

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Refuser d'y Aller [KV]Where stories live. Discover now