Chapter 1: His Name

Start from the beginning
                                    

***

Semua terasa lancar awalnya. Betapa mereka percaya diri bahwa jejak harry sudah menghilang. Tetapi kekacauan datang di tengah jalan. Bahkan sampai terjadi duel singkat antara Harry dan Voldemort. Pertemuan dua wand yang membawa takdir masa depan.

Yang paling menyayangkan adalah jatuhnya Hedwig, burung hantu Harry. Burung betina itu  menyelamatkan Harry dari serangan Voldemort namun harus terhempas ke bawah pada akhirnya.

Belum lagi insiden telinga teriris yang terjadi. Juga beberapa kekacauan lainnya. Begitulah semuanya berjalan. Luka demi luka baru terus di buat oleh Pangeran Kegelapan. Menelan apapun yang mereka cintai.

Namun ditengah semua kesedihan itu, mereka barusaha bersukacita menyambut pernikahan Bill dan Fleur di The Burrow.

Mereka mendirikan tenda di halaman sebagai tempat resepsi. Kepala Hermione telah terisi berbagai jenis rencana untuk melarikan diri dari Weasleys. Dia Ron dan Harry akan mencari Horcrux bersama sama.

Tanpa bantuan yang lainnya. Hanya mereka bertiga...

Maka dari itu mulai lah Hermione menyiapkan apa saja yang mereka perlukan selama pencaharian.

Pencaharian akan sesuatu yang bahkan mereka sendiri tak tahu apa bentuknya. Voldemort memang menyebalkan dan merepotkan.

***

Draco Malfoy menatap benci pantulan wajah yang kini terpampang di cermin di hadapannya.

Semua karena dirinya. Ketidakmampuannya yang membuat ibunya menangis. Dia tahu. Dia mendengar setiap malam ibunya menangis.

Ada kah kesempatan untuk memukuli ayahnya sampai tersadar dari semua kebodohan ini? Dia tidak tahan lagi harus berlatih meng Crucio orang lain setiap malamnya. Tidak tahan lagi dengan segala luka yang dibuat ayahnya pada tubuhnya. Yang paling parah, setiap malam Narcissa akan selalu menangis, tidak ingin putranya ikut dalam segala kegilaan ini.

Hhh tentu nya dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dari awal dirinya hanyalah the-boy-who-not-has-a-choice.

Berbeda dengan seorang Harry Potter yang bebas, tidak terkungkung. Setidaknya dia masih memiliki Mum nya. Segalanya untuk dirinya saat ini.

***

Semua terkesiap ketika terdengar suara ledakan di sana.

Pesta yang berjalan cukup meriah itu hancur seketika. Para Death Eaters menyerang dan hal itu memaksa Harry, Ron dan Hermione untuk melarikan diri dari sana saat itu juga.

Mereka terus berlari dan berlari hingga sampailah mereka pada sebuah gang kecil.

Mereka berganti pakaian dan memulai diskusi mereka tentang cara mendapatkan Horcrux kedua mereka.

"Masalahnya adalah, bagaimana kita akan menghancurkan Horcrux itu Harry" kata Hermione.

"Waktu itu Harry menghancurkan diari Tom Riddle dengan taring basilisk" jawab Ron.

"Tapi kita tak bisa mengambil taring itu sekarang" balas Hermione panik.

"Tenang saja kita pasti bisa mencari cara. Yang penting kita temukan dulu Horcruxnya" kata Harry menenangkan.

"Menurutmu apakah iblis itu mengetahui rencana pencarian kita?" Tanya Hermione.

"Aku tidak tahu. Aku... aku sebenarnya masih sering membuka koneksi dengan Voldemort lewat bekas luka ini" jawab Harry.

Hermione melotot tak percaya, kesal tentunya.

"HARRY POTTER! Sudah berapa kali semua orang mengatakannya padamu? Jangan membuka lagi penglihatan itu! Semakin lama kau akan semakin terancam" kata Hermione marah.

"Itu satu satunya kesempatan untuk kita mengetahui rencananya, Mione" balas Harry.

Hermione hanya mendesah lelah.

"Tapi resikonya sangat besar, Harry"

"Aku tahu Mione, tapi apa boleh buat kan?"

Lalu mereka terdiam karena seseorang mulai datang, tentu bukan dengan niat baik.

Untung nya mereka bisa segera mengatasinya dan berpindah ke sebuah cafe muggle.

Namun belum lama mereka berdiskusi, tempat itu kembali diserang.

"Ada apa sih sebenarnya?! Jejakmu sudah menghilang, tapi kenapa sepertinya mereka bisa terus mengetahui keberadaan kita?!" Tanya Hermione jengkel.

"PELACAK!!" Teriak Ron tiba tiba membuat Harry dan Hermione menoleh ke arahnya.

"Apa maksudmu,Ron?" Tanya Harry.

"Sekarang jangan ucapkan nama si pesek. Namanya telah diberi pelacak!!! Si vo- pesek brengsek itu tahu bahwa hanya kau yang berani mengucapkan namanya, Harry" jelas Ron.

"Tadi di kafe, kita menyebut namanya berkali-kali. Begitu pula saat pernikahan Bill dan Fleur."

"Hhh demi Merlin." Desah Hermione frustasi.

Mereka bertiga kembali melanjutkan perjalanan. Tak lupa membawa warisan yang masing-masing mereka dapatkan dari Dumbledore.

Dan pada sebuah malam diantara pencaharian mereka, Hermione menemukan sebuah tanda pada buku pemberian Dumbledore yang di ketahui Ron merupakan lambang dari Deathly Hallow. Salah satu cerita anak anak tentang batu kematian, tongkat sihir elder, dan Invincible Cloak.

"Aku pernah melihat lambang itu! Mr. Lovegood menggunakan kalung dengan lambang itu pada pernikahan Bill dan Fleur" kata Harry tersadar.

Mereka bertiga saling memandang. Merasa mulai mendapat pencerahan, mereka bersama sama memutuskan untuk pergi ke rumah Luna.

Mereka masuk ke kandang singa.

***

Draco berjalan di koridor gelap di Manornya.

Firasatnya mengatakan ada yang tidak beres dengan Dark Lord. Dia terus berada di ruang tertutup bersama dengan Ben, peramal kepercayaan Dark Lord.

Dan yang anehnya, Voldemort memerlukan bantuan Draco. Bukan Lucius yang dicarinya.

Yang lebih anehnya lagi, Draco di panggil secara langsung oleh Dark Lord. Dengan enggan dia pergi kesana, padahal tidak ingin terlibat apapun saat ini.

Otaknya terus mencari tahu apakah yang di inginkan oleh Voldemort dari dirinya.

Dia menuju ke ruangan itu tanpa tahu bahwa sesuatu yang mengerikan akan menunggunya disana.

Hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan oleh imajinasi terliarnya sekalipun.

***

Repost lagi ^^ hai, yg reader lama masih ada?

[END] Dramione-The Other Side of MalfoyWhere stories live. Discover now