"Baca doa dulu yah...". Menunduk sebentar meramalkan doa mau makan.

" Aamiin, ittadakimasu!!" Seru Riana girang.

Satu cup ramen sedang Riana santap, cara dia mengunyah dan memasukan setiap suapnya membuat orang-orang yang melihatnya seketika keroncong dan ngiler. Disurul ramyoun (maaf kalo salah ngetiknya) cup instan dan masih banyak lagi.

Semua makanan tadi hanya membutuhkan 20 menit untuk Riana selesaikan, dan dirinya kini sangat amat kenyang!! Tapi di juga bahagia karena ada satu penggemarnya yang tadi me-like komen dan share, komentar gadis itu tak pernah Riana lewatkan disela-sela dia makan tadi, DM dari gadis itu pun selalu dia baca. Riana harap gadis itu memiliki takdir baik. Namanya Prisila Nasution, panggilannya prisil, dia adalah gadis berusia 10 tahun yang tengah berjuang melawan kanker otaknya, Riana mengenal gadis itu saat dia bernyanyi di rumah sakit, kebetulan Riana hanya ingin menghibur nenek Mira yang sedang dirawat, tapi siapa sangka orang-orang yang mendengar suara Riana berdatangan ke ruang inap nenek Mira. Temasuk gadis itu, prisil sangat periang dan aura positifnya dapat merubah mood semua orang, sayang sekali tuhan lagi-lagi menguji, entah ujian atau karma tau tanggungan dosa?. Yang jelas, mulai hari itu prisil jadi lebih dekat dengan Riana, meski jarang bertemu, dia mengungkapkan bahwa suara Riana bagus, bikin dia tenang, juga prisil sangat suka saat melihat Riana mukbeng di ignya. Riana juga akan selalu membalas chat dan komentar dari gadis ini, bahkan pernah mengupdate foto mereka berdua diwall akun sosial media masing-masing. Sudah 2 bulan dia tak bertemu gadis manis itu, kangker yang ada ditubuh prisil semakin ganas, jadi prisil tepaksa diterbangkan ke Singapura untuk menjalani pengobatan sungguh sungguh disana. Kita berdoa saja semoga dia dapat sembuh, dan bisa selalu bertemu idolanya Riana.

"Alhamdulillah kenyang bet ya Allah!" Ujar Riana. Melirik jam didinding kamar sudah mulai malm, lalu bangkit membersihkan sisa-sisa dan bekas makannya tadi.

Selesai bersih-bersih, Riana kembali melanjutkan acara bungkus membungkus mainan dan alat tulis."Aren belum pulang jam segini? Ah bodo amat lah, paling juga lagi nongkrong. Ck Kasian yah nasib gue, punya suami tapi ditinggal mulu haha. Bahkan gue gak pernah jadi istri dimata dia." Riana menghela napas berat, hidupnya putih abu-abu.

Tak memiliki warna, mungkin sudah 1 tahun lebih Riana menjalani hidup seperti tak memiliki tujuan. Memang, Riana selalu menutupi semua rasa sedih dan sakitnya sendiri, semenjak kejadian 1 tahun lalu itu, Riana tak pernah percaya kepada siapa pun lagi, dirinya tak ingin mengenal orang baru kembali. satu tetes harapan muncul saat Riana memulai hidup baru dengan berpindah sekolah, namun ternyata harapan itu jatuh kembali, hidup Riana semu kambali. Dia tak pernah egois untuk berkorban, dia adalah perempuan yang Tuhan uji kehidupannya sedari dia lahir, kematian baginya sudah seperti angin lalu, ketika dia bertemu kembali dengan ruang kosong kesepian, maka tak akan ada alasan dia untuk keluar dari ruangan itu, Dia terlalu nyaman sendirian, meski gelap dan sunyi. Andai ada satu orang yang bisa mengeluarkan dia dari ruangan itu, tapi untuk apa? Dia tak memiliki alasan untuk melangkah ke dunia yang penuh warna, dia telalu asing tanpa ruang gelap kesepiannya.

Ceklek...

"Belum tidur lo?" Satu kepala tiba-tiba menyembul dari balik pintu.

"Hm, Lagi banyak kerjaan." Riana tersadar dari lamunannya, lalu kembali membungkus barang-barang yang akan diberikan kepada adik-adik kecilnya nanti.

"Anjir itu beli buat sembako gratis, apa gimana di?" Pekik Ares, kembarannya si kulkas idup aren.

Awal mula Riana sempat terkejut ketika Ares pulang dari Jerman, bahkan sempat pingsan karena syok, ada dua Aren, yang ternyata salah satunya ares.

"Brisik ih. Gue kalo mau bikin bansos mandiri juga mikir mikir, lu kata tuh beras sama telor gak mahal satu kilonya!!" Balas Riana.

"Ye lo, btw mau dibantuy gak nyonya Wijaya?" Ares tengah bersender ganteng didepan pintu masuk, sambil menyesap sebatang rokok dikedua sela jari telunjuk dan tengahnya.

"Gak makasih, udah mau beres. Eh besok pas gue pulang sekolah mau ikut gak?" Riana masih sibuk dengan pembungkus barang.

"Kemana? Eum boleh sih, besok gue gak ada kelas dikampus. Aren ikut?"

"Engga, cuma bertiga. Gue lo sama Rama, juga kalo Selvi sama Amel bisa mereka ikut. Gue mau ke panti asuhan besok, oh ya nanti malem bantuin gue masak, harus!!" Ujar Riana.

"Ngokey dah, eh iya Aren kemana sih? Tuh anak emang kurang ajar banget, punya bini ditinggal mulu njir!"

"Gue udh selesai bungkus, lo ikut gue kebawah. Kita masak!" Tak menunggu Jawaban dari Ares. Riana langsung menarik tangan pemuda itu untuk dijadikannya babu, saat dia masak nanti wkwk.


o0o

Setelah beberapa jam berkutat didapur, 4 makanan sudah selesai iya buat, ada kue brownies, dadar gulung, onde-onde, dan donat. Riana sengaja membuat ini untuk nanti dibagikan kepada anak-anak panti, Riana belajar memasak secara otodidak. Hidup sendiri karena sering ditinggal sang Daddy membuat dia mau tak mau harus bisa melalukan apa saja pekerjaan rumah, termasuk memasak. Hm wanita idaman, bisa cari duit, bisa ngurus rumah wkwk.

"Res ini kalo udah dingin semua masukin boks yang putih besar itu yah, gue mulai ngantuk, gak papa kan tidur dulu?" Ujar Riana seraya membereskan peralatan masak.

Ares melirik jam dinding didapur, matanya melotot, sudah jam 4 jam mereka memasak, kini jarum jam menunjukkan pukul 01 lewat." Yaudah Sana tidur, biar gue aja yang lanjutin. Aren udah balik?" Riana menggeleng pertanda belum pulang, atau belum tau sang suami sudah pulangkah.

"Yaudah lo tidur aja, gak usah mikirin Abang laknat satu itu."

"Laknat laknat gitu suami gue res, ya kali gue harus nyumpah serapahin dia. Takut kualat ma suami gue hhe ..." Ares hanya geleng-geleng kepala, gak Kaka ipar, gak Abang sendiri, semuanya gk ada yang normal kecuali dia sendiri wkwk.

BERSAMBUNG
.
.
.
.
.
.

TBC

¥PANGANDARAN, 2021🥑

PEREMPUAN MERAH JAMBUWhere stories live. Discover now