26. Haechan and His Nana

Start from the beginning
                                    

"Seumuran sama lo lah!"

Haechan buru-buru menerobos dua adiknya yang masih meributkan hal tidak jelas. Please banget ini mah kalau Jaemin sampai marah-marah karena kelamaan nunggu, bisa tamat riwayat Haechan.

"Iiihh Kak Echaaaann, gue sama Adek mau ikuuutt!"

"Iya Kaaaaaaak!"

"GAK! Sana ajak Bang Mark aja, kasian dia udah sekarat gara-gara skripsi. Lo mending seret dia keluar kamar sebelum membusuk."

Chenle mendengus. "Abang aja udah keluar dari tadi bareng Kak Mina."

"Dih, si setan semangka lagi belajar jadi fakboi? Minggu lalu sama Yeri, sekarang sama Mina. Besok sama siapa?"

"Ngehomo sama Kak Dery." Chenle menyahut asal.

"Kak Nako sih kayanya." Jisung nyengir tanpa dosa. "Soalnya kemarin Abang bilang nggak sengaja ketemu cewek Jepang mungil yang lucu banget."

"Sialan. Kalo Abang sampe beneran mepet Nako, gue hapus file skripsinya."

"Kata gue jangan sih Kak, soalnya lo bakal dibantai." Chenle menggeleng, ide Haechan terlalu buruk. "Tapi sama Kak Na. Tau sendiri Bang Mark kan suka ngadu sama Yang Mulia. Kaos kaki di depan mata aja minta dicariin sama Kak Na, apalagi file skripsi."

Oiya, Haechan lupa kalau Mark suka berlindung di balik punggung Jaemin kalau sudah dibully adik-adiknya.

"Yaudah ah sana, gue mau jalan-jalan."

"Ih ikuuuttt."

"Berisik. Gue bilangin ke Nana ya kalau kalian udah mulai berani main ke arena minggu kemarin."

Chenle dan Jisung langsung memucat. Padahal mereka sudah berusaha keras agar tidak ketahuan oleh lima kakaknya, terutama Kak Na tercinta. Si kembar Renjun-Jeno saja tidak tahu karena dua bungsu ini pandai menyamar. Kenapa Haechan mendadak tahu?

"Kak Echan t-tau dari mana?"

"Salah sendiri kenapa kabur lewat balkon? Padahal rumah ini punya banyak pintu." cibir Haechan. "Gue denger ada suara gedebuk di tanah. Kirain maling ternyata malang."

Chenle meringis. Salahnya yang tidak hati-hati saat pendaratan dan berakhir jatuh. Beruntungnya tidak ada cedera dan lebih beruntung lagi bukan Jaemin yang terbangun.

"Untung lo yang denger, bukan Kak Na." Jisung menggaruk tengkuknya.

"Gue juga heran sih kenapa Nana nggak kebangun padahal dia light sleeper. Kecapekan kali." Haechan mengendikkan bahu kemudian berjalan pergi. "Kalau lo berdua mau aman, ikutin kata gue."

Haechan tersenyum miring, sekarang ia punya senjata baru untuk dua adiknya. Ada untungnya juga ia terbangun kala itu.

Chenle dan Jisung terdiam di tempat, memperhatikan punggung Haechan yang menjauh kemudian hilang di balik pintu.

••••

"Lama amat." cibir Jaemin saat Haechan baru memasuki mobil. Kecelakaan tempo hari tidak membuat Haechan kapok menyetir, hanya saja menjadi jauh lebih berhati-hati terutama ketika bersama Jaemin. Haechan tidak mau melihat pemandangan buruk itu lagi atau dia bisa mati muda.

"Si bocil ngerengek minta ikut." Haechan memasang sabuk pengaman dan mulai menjalankan mobil yang sebelumnya sudah dipanaskan oleh Jaemin. Gerbang terbuka otomatis dan Haechan membunyikan klakson sekali sembari mengangguk sekilas pada satpam rumah.

"Trus? Kok bisa mereka nurut?"

"Gue ancem." Haechan tersenyum. "Kalau nekat ikut, gue kasih tau Mami kalau mereka yang mecahin serum seharga 20 juta yang masih baru itu."

My Stupid Brothers ✔Where stories live. Discover now