5. Di Balik Nama Denneira

18 5 0
                                    

Happy Reading Fellas!

~🥀~

Sekali datang aku dirasuk

Pergi pun aku jadi lapuk

Menetap di sana aku mati tertusuk

Menemuimu dengan kabar buruk

Jauh dari panggung terkutuk

Melihatmu ikut terpuruk

Aku membusuk

-denneira

~🥀~

Haraska's POV

'Tring-tring-tring!'

Dering telepon dari ponsel gue berbunyi keras. Gue yang baru aja selesai dari ritual mandi ganteng mengambil ponsel gue di nakas. Tertera nama cewek yang amat istimewa dalam hidup gue di sana. Denneira. Tanpa pikir panjang gue mengusap layar itu dan menerima telepon dari Neira.

"Halo? Dengan Haraska tampan di sini!" sapa gue dengan percaya diri berlebih. Gue bisa mendengar kekehan lembut Denneira dari sini.

"Halo Haraska tampan! Neira mau tanya," jawabnya dari seberang. Suaranya jauh lebih lembut dari yang gue duga.

"Ada apa, Nei?" tanya gue.

"Hara punya waktu sore ini?" Gue melirik ke arah jam dinding di depan tempat tidur gue. Sekarang udah sore, buktinya udah jam 4 lebih 20 menit. 

Jadi maksud Neira itu sekarang?

"Punya kok. Hara kosong sampe malam nanti. Kenapa? Neira mau ngajak Hara jalan ya?" tanya gue lagi. Biasanya sih, Nei bakal ajak gue ketemu kalau udah tanya soal gue punya waktu atau enggak.

Neira terdiam cukup lama. Gue sedikit bingung karena nggak biasanya dia diam lama di telepon kayak gini. Kayaknya ada sesuatu yang terjadi sama pacar gue ini. Gue juga ikut menunggu Neira untuk ngomong karena gue enggak mau memaksa dia. 

"Hara... mau dateng ke apartemen Neira?" tawarnya yang kedengeran kayak permohonan.

"Apartemen?" gue mulai khawatir karena Neira jarang ajak gue ke apartemennya kecuali memang terjadi sesuatu.

"Gue butuh lo, Har. Lo bisa dateng?" lirih Neira yang bikin gue panik seketika. Tapi gue berusaha tenang dan nggak berpikiran buruk.

"Bisa, Nei. Lo di apartemen sekarang?"

"Iya,"

"Lima belas menit lagi gue ke sana. Lo tunggu gue ya? Mau gue bawain sesuatu?"

"Cukup lo aja, Har,"

Ah, ini cewek. Bisa aja bikin gue meleleh.

"Ya udah. Gue siap-siap dulu,"

"Makasih, Haraska,"

"Sama-sama, Denneira."

Setelah menutup sambungan telepon itu, gue pun beranjak menuju ke lemari dan mengganti baju gue. Gue pakai kaus oblong hitam dan jeans, nggak lupa bawa hoodie hitam kesayangan gue. Gue keluar kamar dan segera berpamitan ke ayah bunda yang sedang bersantai. 

Gue nggak berpikir lagi dan langsung mengendarai mobil untuk menuju ke apartemen Denneira. Perjalanan ke apartemen Neira butuh waktu sekitar 20 menit. Jadi gue ngebut dan menyalip beberapa mobil di depan. 

THEATRE: Sekat BersempadanWhere stories live. Discover now