Huft, mustahil sekali kalau wanita yang mengatakannya. Taehyung saja malu untuk berteman dengan wanita, justru banyak juga gadis-gadis yang ada di kampusnya malah minder berdekatan dengan Taehyung.

Taehyung itu manis sekali, bahkan yeoja pun ketika bersebelahan dengan dirinya merasa tidak ada apa-apanya. Tapi Taehyung merasa biasa saja, dia tahu dirinya menarik, tapi dia tidak bangga akan hal itu.

Tidak sedikit juga banyak namja di kampusnya yang tertarik kepada Taehyung, bahkan mengungkapkan perasaannya kepada Taehyung dengan gamblang.

Oh hell, Taehyung masih lurus bro. Tidak mungkin hanya karena dia manis dan bersikap feminim yang membuat dia menjadi gay. Big no!

Taehyung menatap toko buku yang ada di jalanan, itu toko buku favoritnya. Dia selalu membeli buku-buku pelajaran atau bahkan novel yang ia gemari disitu.

Ngomong-ngomong bicara soal toko buku, toko buku itu terletak sekitar 400m setelah kampusnya. Agak jauh sih untuk jalan kaki, tapi kan--

Hei tunggu, berarti dari tadi dia sudah melewati kampus?

Buru-buru tersadar akan lamunan bodohnya, dia segera meminta untuk berhenti lalu segera membayar ke supir bis itu. Lalu berlari dengan terbirit-birit menuju kampus yang sudah dilewatinya.

Kebiasaan Taehyung dari kecil.

Kalau sudah melamun dia lupa segalanya. Pasti kalau sadar akan lamunan mesti terjadi hal yang menyebalkan dulu baru sadar. Selalu begitu.

Ah sudahlah.

• • •

"Kenapa kau? Wajahmu masam sekali Tae." Hyungsik yang sedari tadi menemani Taehyung untuk makan di kantin kampus pun membuka suara. Lagi pula tak biasanya temannya ini seperti ini, ada masalah mungkin.

Taehyung hanya diam sambil menyeruput vanilla milkshake yang menjadi kesukaannya sejak kecil.

Sebenarnya ada apa dengan dirinya? Tak mungkin kan hanya karena tidak ada Jimin dia menjadi bosan seperti ini. Bahkan sehari saja dia berharap tidak direcoki oleh Jimin dan suara cemprengnya itu.

Bukan itu juga.

Masa iya karena berandal jadi-jadian itu? Kurang kerjaan sekali Taehyung sampai memikirkannya. Memangnya dia siapa sampai harus masuk ke pikiran Taehyung pagi ini, menyebalkan sekali.

Ah, iya dia baru ingat. Pasti Kakaknya itu masih berada di Seoul sekarang, mungkin. Ntahlah, tumben juga dia memikirkan Namjoon. Apa telepon saja ya? Ah tidak. Pasti jawabannya sedang sibuk atau alasan kerja lainnya.

"Oi!"

Merasa terusik akan teriakan seseorang, Taehyung hanya menatap malas kearah Hyungsik yang memerah mukanya.

"Apa?"

"Kau dengar ceritaku tidak sih?! Dasar tukang melamun. Kau pasti memikirkan hal-hal yang tidak penting sampai aku pun diacuhkan." Sinis Hyungsik kesal.

Taehyung pun tak tahu kenapa ia hobi melamun, tapi yang pasti hal-hal tidak penting yang dikatakan Hyungsik itu terdengar menyebalkan.

"Aku memikirkan hidupku tahu! Dan asal kau tahu, hidupku jauh lebih penting dibanding cerita tidak jelasmu tadi."

"Hidupmu, hidupmu. Terserah kau saja lah." Hyungsik tidak minat untuk berdebat. Tak akan ada ujungnya jika lawan bicaranya itu teman keras kepalanya ini.

Drrtt drtt... Drrtt drtt...

Oh siapa lagi ini, awas saja jika yang menelpon Taehyung sekarang adalah orang yang tidak penting.

Namjoon Hyung

Langsung saja Taehyung menggeser ikon telepon berwarna hijau untuk menghubungkan saluran teleponnya.

"Yeoboseyo Kak?" Tanya Taehyung pelan.

"Jam pulangmu kapan berakhir Tae?" Terdengar sahutan tajam dari seberang sana.

"Eh? Uhm... J-jam 11 aku pulang kak, ada apa?" Tanya Taehyung berusaha menghilangkan rasa gugup. Lagi pula kenapa tiba-tiba menanyakan jam pulang? Tidak mungkin kan kalau Kakaknya ini ingin--

"Tunggu di kampusmu. Aku akan menjemputmu, dan jangan kemana-mana."

Tuh kan. Sudahlah, nasib Taehyung itu sial terus. Apa yang mau diharapkan?

Terdengar helaan nafas pasrah dari Taehyung.

"Iya kak."

"Bagus." Dan terdengar bunyi sambungan putus dari sana. Oh rupanya dimatikan secara sepihak oleh Kakaknya tadi.

Hyungsik yang melihatnya hanya bertanya. "Apa itu Kak Namjoon?"

"Hm." Balas Taehyung singkat. Ah, kacau lagi hari menyenangkannya. Walaupun sejak tadi pagi sudah tidak ada damai-damainya sama sekali.

Taehyung segera menyeruput minumannya lagi lalu mengambil tas hendak bangun dan berpamitan ingin ke kelas kepada Hyungsik.

"Hei tunggu, kita kan sekelas bodoh!" Teriak Hyungsik saat Taehyung sudah mulai menjauh. Kenapa tidak bersama saja? Duh, dasar.

Tanpa Taehyung sadari ada dua orang mahasiswa yang lebih tua darinya sedang menatap kearah Taehyung.

"Oh jadi dia orangnya?" Tanya seseorang berkulit putih dan mempunyai surai abu-abu, tampak memakai tindik di telinganya.

Temannya yang berperawakan lebih tinggi dan bersurai cokelat itu hanya tersenyum simpul.

"Ya, kau benar." Jawabnya singkat tanpa melepaskan pandangan dari arah Taehyung yang sudah berjalan jauh menaiki tangga.

"Menarik."

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Refuser d'y Aller [KV]Where stories live. Discover now