"Hei kita kan belum makan Jim? Aku lapar." Rengek Taehyung yang memang perutnya daritadi lapar dan minta diisi.

"Sudahlah, kita makan di tempat lain saja."

• • •

Jimin memarkirkan sepeda motornya di depan kedai ramyeon langganan dia dan sahabatnya itu.

"Uhh Jim! Motormu ketinggian saat aku turun pasti celana ku tersangkut."

"Mengaku lebih tinggi dariku tapi turun dari motor begitu saja susah, cih." Jimin berdecih karena Taehyung tidak tahu diri sekali, sudah diantar, gratis, mengeluh pula.

"Jadi kau tidak niat?! Jahat sekali sih... Kan aku ini saha--" Disaat mengeluh, netra Taehyung menangkap seseorang berperawakan tinggi serta tampan sedang memarkir mobil disebrang jalan."

Buru-buru ia langsung menarik tangan Jimin yang masih diluar kedai dan langsung memasuki kedai itu.

"Hei apasih?! Main tarik-tarik! Untung aku tidak jatuh." Jimin marah-marah. Bagaimana bisa dia sedang mengikat tali sepatunya tiba-tiba ditarik begitu saja.

"Sstt diamlah!! Aku melihat kakakku tadi." Taehyung meringis melihat sosok pria tadi yang ternyata adalah kakaknya.

"Huh masa? Kak Namjoon sudah balik dari Ilsan?" Jimin pun ikutan berbisik, padahal suara mereka tidak akan terdengar sampai di sebrang sana, apalagi di jalan raya yang ramai. Bodoh sekali.

"Aish. Aku pun tak tahu Park! Aku sembunyi karena takut kakakku melihatku."

"Huh? Untuk apa kau takut?" Tanya Jimin bingung.

"Ya... Karena aku berbohong dan bilang aku ini sedang berada di Gyeongsang." Jawab Taehyung santai.

"What the? Kenapa kau bilang sedang ada di Gyeongsang bodoh??"

"Uhm, karena aku takut ditanyai macam-macam olehnya. Karena aku ketika ditanyai sesuatu lewat telepon atau chat, pasti aku menghindar. Oleh sebab itu aku tahu, dia pasti akan datang menemuiku lalu bertanya ini itu." Cengir Taehyung yang membuat Jimin memijat kepalanya.

Jimin ikutan dibuat pusing karenanya. Lagipula kenapa sahabat bodohnya ini tidak jujur saja sih kepada kakaknya itu? Kenapa dia harus berbohong dan mengatakan kalau dia ada di Gyeongsang? Lagi pula si alien ini tidak punya urusan apapun di Gyeongsang, keluarga pun tidak ada disana. Dasar aneh.

"Yang biasa nak?" Tanya laki-laki tua pemilik kedai itu.

Jimin membalas ucapannya dengan mengangguk dan memberi simbol dua dari jarinya. Yang artinya dua pesanan, yang satu untuk dia dan tentunya satunya lagi untuk Taehyung.

• • •

Jungkook menatap lembaran uang didepannya dengan tidak minat. Oh ayolah, apa iya dia diajak kesini hanya untuk mendengar taruhan bodoh temannya ini?

"C'mon Jung. Taruhan kali ini dijamin kau pasti akan suka." Ucap temannya sambil melihat kearah wanita-wanita yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya menggoda.

Jungkook hanya berdecih dan melirik wanita-wanita jalang itu dengan tidak nafsu. Karena diapun tidak memiliki ketertarikan kepada yeoja, tetapi kepada namja. Entahlah, menurutnya lebih menarik melihat wajah manis serta dada rata yang tergolong satu jenis dengannya.

Menegak gelas kedua alkohol itu dengan sekali teguk, dan sedikit menimbang penawaran temannya ini.

"Apa memang taruhannya Jae?"

Temannya yang semula menatap yeoja-yeoja itu dengan lapar kemudian bergantian menatap Jungkook dengan semangat.

"Tentu saja bar gay yang selama ini kau incar, Jung." Balas temannya itu.

Apa katanya? Bar gay? Jungkook berbinar mendengarnya.

"Kau serius kan Jaehyun? Jangan mencoba-coba untuk menipuku." Sarkas Jungkook kepada Jaehyun, yang kerap kali sering menipunya karena tidak ada teman balapan.

Jaehyun hanya meringis mendengarnya, kenapa kasar sekali sih temannya ini. Padahal kan dia sedang tidak bohong.

"Aku tidak berbohong Jung. Datanglah malam ini." Ucap Jaehyun meyakinkan.

Jungkook hanya menyeringai mendengarnya, pasalnya dia sedari dulu menantang pemilik bar gay yang selalu banyak pengunjung itu untuk balapan, tetapi yang ditantang tidak menggubris tawaran Jungkook. Dan sekarang, orang itu sudah berani rupanya.

"Baik. Aku akan datang."

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Refuser d'y Aller [KV]Where stories live. Discover now