Silently

251 32 15
                                    

Sudah siap dengan seragam lengkap, dengan jemari yang sudah bertengger di benda lingakran. Menancap gas laju dengan tenang.

I Just Couldn't Save You Tonight yang berputar membuat suasana semakin nyaman. Iringan lagu disertai anggukan menikmati pemuda 19 tahun ini.

Ia mengendarai mobil sport mewah berharga miliaran. Mobilnya hilang semalam, tetapi tak ada keluhan sama sekali, karena Ia kehilangan mobilnya saat tengah melakukan sesuatu yang berarti.

Memarkirkan mobilnya tepat di supermarket, menunggu sebuah mobil melaju.

Lagu sudah berganti menjadi Stay High Tove Lo, dan membuat suasana menjadi lebih serius.

Mobil yang ditunggunya sudah melaju. Segera saja Ia menancapkan gasnya lagi, membuntuti mobil yang ada di depannya, yang lagi lagi berkendara cukup pelan.

Arahnya bukan menuju ke tempat yang Ia kira, melainkan ke kantor yang sudah lama yang tidak dikunjunginya.

"Kantor Ayah?" Gumamnya.

Ia melihat orang yang dibuntutinya masuk dengan menggunakan seragam sekolah yang persis dengannya. Ia hanya menatap dari luar gedung, karena hanya pekerja di sana yang boleh masuk.

30 jam berlalu. Salah, 30 menit. Pemuda ini masih setia menunggu, tak peduli jika Ia terlambat masuk sekolah dan di hukum.

Pemuda yang Ia tunggu sudah keluar dari dalam gedung.

Menancapkan gas hingga ke tempat tujuan yang sama, benar saja Mereka terlambat. Gerbang besar bak benteng sekolah itu sudah tertutup rapat.

Jay, pembuntut pemuda tadi, hanua terkekeh keluar dari mobilnya dengan tas di punggungnya, melihat orang di depan sana sudah panik tak bisa masuk ke kelas.

"Santai" Jay buka suara, segera membuka gerbang itu dengan kunci yang Ia punya.

"Curang" Sarkas pemuda itu. Jay mempunyai kunci gerbang sekolah sehingga memiliki akses untuk membuka dan menutup gerbang itu.

"Masuk" Sahut Jay dengan raut wajah datar. Segera Sunghoon masuk dengan sedikit berlari.

"Hati hati, nanti sakit" Jay sedikit berteriak karena pemuda itu sudah cukup jauh. "Apa pedulimu!" Sahut keras pemuda yang satu tahun lebih muda darinya.

"Jay!" Panggil seseorang di sebrang kanan Jay. Sudah tau ingin di apakan, Jay langsung saja menyiapkan dirinya di tengah lapangan.

"Biarin aku dihukum dua kali lipat, Dia gak pantes di hukum, dia terlambat karena hal yang mulia"
Gumam Jay sebelum akhirnya berlari memutar lapangan 30 putaran.

Ia berusaha keras untuk tidak tumbang. Dadanya sudah sangat sesak.

°  °  °

Jay memarkirkan mobilnya di supermarket dekat dengan kawasan perumahan Sunghoon.

Sengaja, Ia awalnya hanya ingin melihat keadaannya dari jauh, dari mulai apa dia akan berangkat sekolah atau tidak, bagaimana Ia pergi ke sekolah dengan kakinya yang cedera.

Tujuan awalnya itu harus dibuang jauh jauh, ternyata Sunghoon malah menuju kantor Ayahnya.

Jay turun dari mobilnya, bertanya pada salah satu security yang berjaga.

"Permisi pak, maaf eumm laki laki yang tadi itu Park Sunghoon ya? Saya temennya, bukan ke sekolah kok dia ke kantor ini, kalau boleh tau kenapa ya Pak?" Tanya Jay dengan sopan.

"Oh iya, Ayahnya baru saja meninggal sekitar 4 hari lalu, jadi beliau mengambil alih perusahaan ini. Pagi ini setau saya beliau ada jadwal rapat" Jawab Security itu dengan senyuman.

Jay dibuat bungkam. "A..ayah meninggal?" Gumamnya.

"Ah eumm, kalau begitu saya permisi ya pak, terimakasih" Jay pamit kembali ke mobil, dibalas senyum dan anggukan security itu.

"Ayah.."

Ketika Ia menunggu Sunghoon, dirinya menghubungi petugas sekolah yang memang biasanya berjaga, dan memberi hukuman pada murid yang datang terlambat.

"Pak, nanti Sunghoon jangan di hukum ya, Sunghoon terlambat karena Jay, jadi nanti Jay yang dihukum lebih"

Petugas sekolah itu mendatangi lokasi Jay, dan memberi kunci pagar sekolah. Agar bisa membukanya sendiri. Ini permintaan, Tuan muda Jay.

Sampai di sekolah, Jay langsung saja membuka pagar itu. Tersenyum ketika melihat Sunghoon yang sudah bisa masuk ke kelas tanpa hukuman.

"Belajar yang rajin yaa" Gumamnya melihat Separuh nafasnya itu berjalan agak susah karena kesalahannya.

°  °  °

Jay memperhatikan sosok pemuda dari sebrang sana. Menyipitkan kedua matanya agar sinar matagari tidak menusuk terlalu banyak.

Pemuda yang di perhatikannya tengah menghabiskan waktu istirahatnya dengan bola bola basket yang disasarkan ke ring basket.

Jay mendudukkan dirinya disudut ruangan yang tak begitu nampak langsung dari lapangan.

Jay memiringkan kepalanya saat seseorang menghampiri yang sedang Ia perthatikan sedari tadi.

"Oh, jadi Sunghoon masuk club basket karena Jake?"

"Maaf ya Kak, tadi ada yang perlu diurusin di perpustakaan" Ucap seorang itu dengan senyuman khasnya yang membuat candu, Jake.

"Iyaa gapapa" Sunghoon membalas senyumannya.

Jay dengan sedikit kesal mengumpat sambil melihat pemandangan depannya itu. Jangan sampai kesayangannya di renggut.

Sunghoon mencoba melempar bola dari jarak jauh.

Bughh!

"Aww" Lirih Jake yang ternyata menjadi sasaran bola itu. Sunghoon segera mendekatinya.

"Sorry Jake.." Sunghoon tampak tidak serius meminta maaf, karena dirinya tak kuat menahan kekehan karena melihat ekspresi kesakitan Jake yang kesakitan.

Sunghoon segera mendekap kepala Jake, mengelus lembut dengan memposisikan dagunya di atas pucuk kepala Jake.

"Sunghoon keparat

Tak tahan dengan pemandangan itu, Jay memilih kembali ke kelasnya dengan segera.

Trash


TRASH || JaSuKeWhere stories live. Discover now