Orphanage

601 49 11
                                    

Sunghoon menghampiri sang Ayah yang sedang bersinggah santai dengan buku yang dibacanya.

"Ayah.." Sunghoon mencoba meraih atensinya.

"Hm..?" Respon Ayah yang masih konsen membaca bukunya.

Sunghoon mengusap tengkuknya, untuk bersiap melontarkan pertanyaan pada sang Ayah. "Ayah.. Sunghoon boleh gak, pindah ke sekolah Jake?"

Sang Ayah tampak menaikkan alisnya, mencerna setiap kata yang Sunghoon lontarkan, dan mengalihkan atensinya untuk putranya itu.

"Pindah? memangnya kenapa?" Ayah sedikit memiringkan kepalanya.

Sunghoon menunduk, tak memiliki nyali untuk menatap sang Ayah. "Eeungg.. Sunghoon mau Jake"
Sunghoon gugup sampai kata katanya terasa ambigu.

"Mau Jake?" Ayah melebarkan matanya, apa maksud Sungoon? Ia mau Jake? apa anaknya ini sudah berbelok arah?

"A.. bukan Ayah, iya Sunghoon mau Jake.. tapi Sunghoon mau deket sama Jake lagi" Lirihnya, Ia masih setia menunduk menatap kakinya.

"Yasudah"

°  °  °

Sunghoon menginjakkan kakinya pada lantai kelas barunya. Ini sudah 3 hari setelah peninggalan sang Ayah, Sunghoon tak boleh terus terusan berdiam diri di rumah.

Sunghoon sudah tau, ini sekolah milik keluarganya. Sejak sekolah dasar, Sunghoon selalu menuntut ilmu dibawah naungan sekolah ini.

Tetapi sejak kejadian 5 tahun lalu, saat dirinya baru saja beralih menjadi murid SMP, Ia pindah dari sekolah milik keluarganya ini.

Dengan berat hati, Sunghoon menjalankan sekolahnya selama 5 tahun di luar yayasan keluarganya.
Sejak mulai kelas 7, hingga kelas 11 sampai akhirnya Ia kembali kesini.

Sunghoon sudah menyiapkan dirinya, iya dia tau, dia akan sekelas dengan Jay.

Jay itu musuhnya, dan juga separuh nafasnya.


Sang guru membuat atensi semua murid di kelasnya menuju padanya. Ah ralat, pada pemuda asing yang juga ikut memasuki kelas.

"Semalat pagi semuanya, hari ini ada temen baru loh.. ayo Sunghoon" Guru itu memberi Sunghoon kode, untuk memperkenalkan dirinya.

"Hai semua, aku Park Sunghoon.. kalian bisa panggil aku Sunghoon ya, aku mungkin satu tahun lebih muda dari kalian, jadi bicaranya santai aja"
Sunghoon memperkenalkan dirinya dengan senyuman tipis yang mengembang. Setidaknya, Ia tersenyum.

"You just got out of the orphanage and started a new life?" Sahutan pertanyaan seorang siswa dengan senyum menyeringai dari meja paling belakang di kelas itu.

Sunghoon geram.

"Jay.." Sang guru memberi kode agar Jay lebih sopan pada teman barunya.
Eh teman?

"Oh.. maaf gak bisa bahasa Inggris ya?  pantas gak jawab, maaf maaf.. nevermind gak usah dipikir" Lanjutnya.

Sunghoon makin geram, bisa saja Ia sekarang membunuhnya. Ah tapi tidak bisa, bagaimanapun Sunghoon sudah berjanji, Jay itu separuh nafasnya. Jika Jay mati, Sunghoon mati juga dong?

"Sunghoon, duduk di kursi tengah itu yang kosong ya.." Sang guru mempersilahkannya untuk menuju mejanya. Sunghoon hanya mengangguk saja.

"Hai, aku Heeseung.. salam kenal" Sapa seorang siswa yang berada di sampingnya.

Sunghoon hanya tersenyum tipis. Ah bukan ini respon yang diinginkan Heeseung, dari awal Ia tertarik dengan Sunghoon dan ingin berteman dengannya.

Sudah dibilang, setidaknya Ia tersenyum.

°  °  °

Sunghoon keluar dari kelasnya, Ia terus memperhatikan setiap kelas yang di laluinya sambil menuju kantin sekolah.

Mengapa tidak ada orang yang Ia cari?

Sunghoon akhirnya langsung saja datang ke kantin untuk makan. Ahh lapar sekali, pagi ini dia belum sarapan. Apalagi sekarang perusahaan juga berada di tangannya. Ia harus mengurus semua itu di umurnya yang masih terlalu dini.

Sunghoon hanya duduk sendiri di ujung ruang makan. Ia tak peduli, malah merasa lebih nyaman.

Sunghoon tak lupa, Ia tengah mencari seseorang lagi. Kali ini, bukan 'Separuh nafasku' tetapi 'Separuh nyawaku'

Sunghoon hanya mempunyai foto lama Orang itu, 5 tahun yang lalu.
Tapi, setidaknya mungkin Ia bisa mencari wajah yang mirip.

Terlihat wajah seseorang masih sangat imut 5 tahun yang lalu itu, kini Sunghoon tidak tau bagaimana keadaannya. Pasti sudah tumbuh menjadi Pria yang baik.

Dirinya melanjutkan pencarian orang itu. Sampai sampai setiap sudut sekolah yang sangat luas, seluas Samudera pasifik.

Lelah, Sunghoon memutuskan untuk masuk menuju Perpustakaan yang ada dihadapannya.

Ia memilih milih buku apa yang akan Ia baca kali ini. Ah, buku novel fantasi seru juga.

Sunghoon terduduk di meja ujung ruangan. Dengan jendela cukup lebar di sampingnya, yang langsung memberi pemandangan taman sekolah yang indah.

"Lagi baca buku apa?" Seseorang dengan nametag 'ACE HIGH SCHOOL LIBRARY STAFF J-'

Terlalu dekat orang itu berdiri disampingnya sambil memerhatikan buku yang Sunghoon baca. Nametagnya menempel pada pelipis Sunghoon hingga saat menengok jarak wajah dengan tubuh orang itu dekat sekali.

Belum selesai Sunghoon membaca nametagnya, orang itu menjauhkan dirinya satu langkah.

"Oh, maaf senior.. aku tidak sengaja lancang mendekatimu seperti ini, maafkan aku, kukira kamu adik kelas, karena biasanya para senior pergi membaca ke perpustakaan yang ada di sebrang sana" Orang itu menunjuk bangunan dari jendela.

"Sekali lagi, maafkan aku senior" Orang itu lagi lagi meminta maaf.

"Apa boleh aku berteman denganmu, Jake?"

Trash

TRASH || JaSuKeWhere stories live. Discover now