"Ini bisa lain kali, tapi sekarang lo harus baikan sama Dwi, gw gak mau lo nyesel nantinya" ucap Tasya.

Galih diam.

Tasya tidak bisa menyalahkan keduanya karena dirinya sama-sama mengenal dua orang itu.

"Apa lo gak mau ketemu Dwi dulu?" tanya Tasya.

Galih masih saja diam, dan Tasya semakin binggung dengan kebungkaman Galih.

¥¥¥¥¥¥¥
Pagi-pagi sekali Dwi sudah berkemas ingin pergi, Tasya yang melihat itu langsung panik dan mencegah teman nya itu untuk pergi.

"Lo bisa ngomong baik-baik sama kak galih, jangan begini" ucap Tasya.

"Percuma" ucap Dwi.

"Kenapa?" tanya Tasya.

"Karena dia sayang sama lo Tasya" jawab Dwi di dalam hati.

"Jangan diem aja, gw bingung kalian kenapa" ucap Tasya lagi.

"Gw lagi butuh sendiri sya" ucap Dwi.

"Gw gak akan biarin lo sendiri" balas Tasya.

"Sya" ucap Dwi pelan.

"Gak" tegas Tasya.

Tak lama Galih keluar dari kamarnya.

"Sayang, kita harus ngomong" ucap Galih.

Tasya tersenyum mendengar itu, Galih memang masih menyayangi Dwi.

"Lo harus kasih kak Galih kesempatan kedua Wi" ucap Tasya.

Dwi hanya diam, Galih menghampiri Dwi dan mengandeng tangan Dwi keluar villa.

Tasya berharap masalah mereka tidak begitu besar, sehingga keduanya bisa berbaikan.

"Apa lagi?" tanya Dwi begitu mereka sampai di taman villa.

"Maaf sayang" ucap Galih.

"Maaf kamu gak ngaruh buat rasa sakit ku sekarang" balas Dwi.

Galih diam.

"Kenapa harus Tasya?, kamu tau aku begitu menyayangi nya, aku gak bisa benci dia walau sekarang aku tau kamu punya rasa lebih ke dia" ucap Dwi.

"Kamu emang gak boleh benci dia, karena Tasya gak tau apa-apa, disini aku yang salah" balas Galih.

"Aku mau pulang" ucap Dwi.

"Sayang" ucap Galih.

"Jangan panggil aku sayang" balas Dwi cepat.

"Apa yang gw gak tau?" tanya Tasya tiba-tiba.

Galih dan Dwi terkejut.

"Kok lo disini?" tanya Galih.

"Tadi mau keluar, terus gak sengaja denger kakak sebut nama gw" ucap Tasya.

"Bukan apa-apa" balas Galih.

"Mau coba bohong?" tanya Tasya.

"Sya tolong" ucap Galih pelan.

"Okay, lagi pula gw gak peduli" ucap Tasya kemudian pergi.

Melihat kepergian Tasya, Galih takut wanita itu mendengar pembicaraan nya, tanpa ba-bi-bu galih langsung mengejar Tasya.

Dwi tersenyum kecut, hati pria itu memang sudah bukan untuk dirinya lagi.

"Tasya tunggu" ucap Galih sembari meraih tangan Tasya.

"Kenapa nyusul gw, harusnya lo disana" ucap Tasya.

"Dengerin gw dulu" ucap Galih

"Yang harusnya dengerin kakak itu Dwi" balas Tasya sembari terus jalan.

"Cantik" ucap Galih pelan.

"Apa Dwi udah tau kita udah ngelakuin hal itu?" tanya Tasya.

Galih diam.

"Jawab kak" pinta Tasya.

Galih masih diam.

Diam nya Galih Tasya anggap jawaban.

"Gw harus jelasin ke Dwi" ucap Tasya, ia berbalik ingin kembali.

"Cantik" ucap Galih menahan Tasya.

"Kita harus jelasin kak, gw gak mau Dwi benci sama gw" balas Tasya.

"Lo perduli sama perasaan Dwi tapi gak pernah peduli sama perasaan gw" ucap Galih.

Tasya terkejut Galih menyatakan hal itu.

"Gw juga perduli sama kakak, gw gak mau kakak nyesel kalo sampe pisah sama Dwi cuma karna kesalahpahaman" ucap Tasya.

"Gak, lo peduli sama Dwi doang" ucap Galih, sungguh sedari dulu Tasya tak pernah menghargai perasaannya.

Tasya menghadap pria itu.

"Gw cuma gak mau dia sakit hati" ucap Tasya.

Galih diam.

"Ya udah, gw gak ikut campur" ucap Tasya lagi.

"Lo gak pernah peduli sama gw, lo anggap gw gak punya hati, selalu Dwi dan Dwi" ucap Galih.

Tasya memeluk pria itu.

"Maaf" ucap Tasya pelan.

Galih membalas pelukan Tasya erat.

"Sekarang gw harus apa?" bisik Tasya.

"Sekali aja pikirin gw" jawab Galih, ia mengecup pipi Tasya dengan lembut, berharap perempuan itu mengerti.

Tasya melepas pelukan tersebut.

"Kakak mau biarin Dwi pergi?" tanya Tasya.

"Kita cegah dia" balas Galih.

Tasya tersenyum, ia tahu Galih mencintai gadis itu, hati Galih memang hanya untuk Dwi.

"Ya udah yuk balik" ucap Tasya, mereka pun kembali ke villa.

between me, you and himWhere stories live. Discover now