Bagian 6 : Siluet Hoodie Hitam

6.1K 671 61
                                    

Happy reading all 🧘

🍓🍓🍓

Dalam kegelapan terlihat siluet seseorang yang mengendap-endap mendekati gadis mungil yang tepat berada 2 meter di hadapannya. Pria berhoodie hitam itu semakin mengeratkan genggamannya pada gagang pisau.

“Tunggu,”

Pria itu sontak menghentikan gerakan tangannya. Matanya memelotot kaget, sedetik kemudian ia menarik kembali pisau yang tadinya menyentuh bahu Akira yang berlapiskan kain biru langit.

Akira tersenyum sinis, kemudian terkekeh remeh, “paman paman, kau sanga lucu ya hahaha,” tawa Akira menggema diiringi suara tepukan tangan yang menggema, “dasar pembunuh,” desis Akira tajam.

Sesaat pria itu terkejut bukan main, namun dengan lihainya ia menutupi semua dengan sempurna. Ia menyamakan tingginya dengan Akira, pria itu mengelus pipi chubby Akira dengan ujung pisau berkarat, “kau sangat pintar ya manis,” ujar orang itu sembari tersenyum manis.

“Tentu, karena aku Aki- em maaf maksudku aku Shiera,” ujar Akira tersenyum tak kalah manis, dengan berani ia memegang pergelangan bertato lebah itu, “sshh ini pasti akan sangat indah ketika daddy menggambar lebah lebih nyata lagi,” desis Akira menatap intens pergelangan tangan yang ia sentuh.

Mata pria itu melotot marah, tangan kekarnya dalam hitungan detik membuang pisau yang ia pegang kemudian mencekik leher Akira kuat, “daddy yang kau banggakan itu sangat bodoh. Sangat. Bodoh,” cerca pria itu. Ia semakin mengeratkan cekikannya, geram karena mata biru itu menatapnya remeh.

“Nona! Anda di mana?” Teriak Dendra mencari Akira yang tak tampak sedari tadi, sesekali matanya melirik ke bawah menatap kakinya yang hendak menapaki tangga selanjutnya.

Ia bertambah cemas kala sampai di tangga terakhir, matanya tanpa sengaja menatap siluet nonanya, tunggu—nonanya itu tak sendiri. Sial! Nonanya pasti dalam bahaya.

Tanpa basa-basi Dendra menodongkan pisau ke kepala pria itu begitu ia berada tepat di belakang pria itu, “diam atau kau ku-“

Mata Dendra membola kala menatap dengan jelas wajah pria itu setelah berbalik tadi, “k-kau?”

“Hm,”

“Maafkan saya tuan, saya mengira ada orang yang berbuat tak baik kepada nona,” ucap Dendra membungkukkan badannya hormat sekaligus meminta maaf, sedetik kemudian ia kembali menegakkan punggungnya kembali.

Gerald menatap malas pria yang sayangnya adalah tangan kanannya, “obati gadis kecil itu, dan cari tau siapa yang melakukan semuanya,” tegas Gerald. Tatapan serta nadanya menandakan ia tak menerima pembantahan atau semacamnya.

Dendra mengiyakan titah tuannya patuh meski sebenarnya bingung, sedetik kemudian ia melangkah mendekati Akira yang sedari tadi tersenyum manis yang entah untuk siapa gadis kecil itu tujukan.

“Pengelihatanmu cukup jeli namun tak teliti, kau perlu meningkatkannya. Dan karena kelalaianmu tadi, gadis kecil itu dalam bahaya,”

“Maafkan saya tuan,”

“Mulai hari ini jangan ada ruangan yang gelap sekalipun itu malam, tak terkecuali gudang sekalipun,” ucap Gerald tajam dengan sorot mata tak ingin dibantah, “bila ada halangan sekecil apapun untuk hal ini, kau tau apa yang harus kau lakukan,” lanjutnya.

“Baik tuan,” lagi dan lagi Dendra hanya bisa diam sembari mengiyakan semua perkataan tuannya itu. Sebenarnya ia heran, kenapa tuannya itu selalu bersikap tsundere? Apa sesusah itu untuk menunjukkan sedikit perhatiannya?

Villain DaddyWhere stories live. Discover now