Bagian 2 : Ada untuknya

9.8K 1.1K 37
                                    

Happy Reading all 🧘

🍓🍓🍓

Akira sesekali meringis pelan kala mengobati luka Dendra. Luka tamparan dari ayah tak berakhlak Shiera tadi siang, "apa sakit?" Tanya Akira lirih. Dendra menggeleng pelan sembari tersenyum.

Ia terus menatap lekat wajah sang nona yang begitu serius mengobati lukanya. Sesekali ia terkekeh melihat raut wajah serius nonanya. Hal yang langka. Sungguh.

"Kenapa kau tak melawan? Kau tahu kan bahwa kau tak salah, lagipula kau pun tak kalah hebat dalam segala hal dari daddy. Kau temanku, aku tak suka melihatmu terluka begini," tangis Akira seketika pecah. Padahal dahulu ia paling susah menangis, tapi sejak dalam tubuh Shiera ia terkadang terlalu emosional akan beberapa hal.

Dendra teman pertamanya di dimensi asing ini, sekaligus sudah seperti sosok sahabat baginya. Tapi, karena ulahnya, seringkali Dendra yang mendapat balasannya.

Dendra menurunkan tangan mungil Akira dari pipinya, menggenggam tangan mungil itu, "nona jangan menangis, tuan menampar saya pagi ini karena saya memang salah. Saya salah mengenali orang nona. Tuan sangat baik, percaya kepada saya," ucap Dendra sungguh-sungguh, membuat Akira terdiam sejenak.

Memalingkan wajahnya, tanpa terasa air matanya semakin deras saja. Dengan segera Akira menyeka air matanya, kemudian tersenyum riang, "sudah aku obati. Ayo kita makan. Aku lapar," Akira menarik tangan Dendra, menggandeng tangan Dendra keluar kamar. Menuju ruang makan.

Dengan nada riang Akira bertanya, "apa di sini tidak ada ramen? Samyang? Atau Seblak?" Dendra mengernyitkan keningnya, "maksud anda semua makanan aneh berwarna merah itu?" Akira mengangguk.

Dendra menghela nafas lelah, "jangan meminta itu nona," ucapnya, berdampak Akira yang mencibikkan bibirnya kesal, "menyebalkan."

Langkah Akira terhenti, menatap heran sosok maskulin yang duduk di kursi jamuan. Tangan mungil Akira menarik-narik ujung baju Dendra, dengan heran Dendra berjongkok, menaikkan sebelah alisnya bermaksud bertanya, "kenapa dia ada di situ?" Cicit Akira, Dendra mengedikkan bahunya acuh.

"Salam hormat tuan," ucap Dendra setelah itu. Gerald mengangguk, menatap Akira lekat. Eits jangan lupakan tatapan sinis nan tajam yang menjadi ciri khas tatapannya kapanpun dan dimanapun itu.

Dendra yang mengerti arahan mata tuannya, tanpa banyak basa-basi ia langsung menggendong Akira membuat sang empu berjingkat kaget, dengan sempurna Dendra berhasil mendudukkan Akira tepat di samping Gerald.

Secara perlahan semua pelayan termasuk Dendra mundur, sebelum ruang makan bernuansa gold itu hanya dihuni 2 orang saja. Keadaan sekitar menjadi hening, Akira samar-samar dapat merasakan aura mencekam Gerald. Akira menelan salivanya susah payah, antara takut dan gugup.

🍓🍓🍓

Di kursi taman halaman belakang mansion, dua orang kepercayaan Gerald sedang asik bercakap membahas hubungan Gerald dan putri kandung semata wayangnya.

"Tuan Hans, kenapa saya merasa tidak enak dengan rencana hadirnya gadis yang kau rekomendasikan itu?"

Pria berkepala 5 itu menghela nafas gusar, "akupun merasa seperti itu Dra, tapi entahlah. Aku hanya tak ingin nona kesepian dalam sangkar emasnya," sahut Hans.

"Kau pastikan saja gadis kecil itu aman untuk nona. Aku tak ingin nona terluka sedikitpun, perih rasanya mengingat masa kecil nona kita," lirih Gerald yang dibalas anggukan Hans, "kau benar, kita di sini memang hanya untuknya,"

Villain DaddyWhere stories live. Discover now