Bagian 1 : Akira

14.3K 1.1K 39
                                    

Happy Reading all 🧘

🍓🍓🍓

Plak!

Mendengar suara tamparan itu, sontak membuat gadis kecil di sana memejamkan matanya erat. Bibirnya bergetar menahan isak tangis yang hampir keluar. Mata sebening kristal itu berlinang air mata.

Gadis kecil yang biasanya dipanggil 'Shiera' itu terduduk lemas di lantai yang dingin. Mata bulat gadis itu menatap kedua tangannya sendiri, mulutnya terbuka, "daddy kejam! Daddy jahat! Lala nggak salah apapun! Daddy kejam! Jahat! Hikss jahat...." paraunya.

Mata setajam elang itu mengalihkan pandangannya, berganti menatap tubuh mungil di hadapannya bergetar karena menangis. Ah, atau karena ia ketakutan? Hahahaha

Gerald berjongkok, mengusap pelan pipi putri kandungnya, membuat pipi seputih salju menjadi merah terkena darah. Dengan nada dingin Gerald berucap, "tangisanmu tak berguna. Diam atau-", Gerald menjeda ucapannya. Kemudian pergi begitu saja. Meninggalkan gadis mungil itu sendiri di dalam gelapnya ruangan.

"Harusnya nggak gini kan? Harusnya Lala jadi mama aku kan? Kenapa gini? Hiks maafin aku Lala," gadis kecil itu berdiri dengan susah payahnya, dengan langkah mungil ia menghampiri tubuh gadis yang bersimbah darah.

Kondisi gadis itu terlihat sangat menggenaskan dengan organ-organ tubuh yang keluar dari tempatnya. Apa gadis kecil itu ketakutan? Jawabannya tidak. Karena dia Akira. Bukan lagi Shiera.

Akira berhenti, menatap kosong ke depan. Tangannya terulur hendak menyentuh wajah Lala, gadis yang dibunuh dengan sebegitu kejamnya oleh ayah kandungnya sendiri. Oh tidak, ralat. Maksudnya ayah kandung Shiera. Sang antagonis novel tak waras.

"Diam. Jangan berani menyentuhnya." Suara bariton itu menghentikan gerakan tangan Akira, Akira kembali berdiri dan mundur beberapa langkah. Lagi-lagi dengan tatapan yang kosong ia memandang.

"Jangan menyentuhnya n-nona atau Tuan besar a-akan marah," Akira berbalik, dengan genangan air mata di pelupuk matanya, ia terduduk lemas, menangis. Tangisan memilukan mengalun begitu merdunya, andai saja itu bukan tangisan tetapi tawanya.

Akira menutup kedua wajahnya, menangis tersedu-sedu. Membuat Dendra tergerak untuk mendekati dan langsung memeluk tubuh rapuh Akira, "nona jangan menangis, saya mohon nona. Berhentilah menangis sebelum tuan kembali. Saya memohon dengan sangat." Akira terdiam, menyingkirkan kedua telapak tangannya lalu menatap sang tangan kanan ayahnya, "apa sandiwaraku bagus paman?"

Dendra mengerjapkan matanya bingung, ia seketika terdiam seperti patung tak mengerti. Maksudnya apa?

Menghembuskan nafas kasar, Akira dengan santainya naik ke punggung Dendra, lalu menepuk pelan bahu Dendra, "meskipun paman itu masih berkepala 3, beristirahat saja ok?" Dendra kembali terhentak ke dunia nyata mendengar ucapan Akira, "maksudmu aku sudah hampir tua?" todong Dendra, Akira hanya mengedikkan bahunya acuh.

🍓🍓🍓

"Katakan apa yang perlu,"

Seorang pria berkepala 4 membungkukkan badannya sejenak sebelum menjawab pertanyaan tuannya, "begini tuan, saat kami sedang mengecek keadaan di-"

"Intinya?" Potong Gerald. Pria bernama Hans itu terhenyak sejenak, "ekhem, kami menemukan anak yang terlihat penurut dan manis. Saya rasa dia cocok dengan nona muda tuan."

"Terlihat?"

Hans berdehem sejenak, "saya akan mengurus attitude anak itu tuan. Itupun, apabila-"

"Urus dia. Dan-"

"Saya pamit tuan, saya akan segera mengurusnya," pamit Hans, sesegera mungkin ia keluar dari ruangan beraura mencekam tadi, "huft selamat, nona muda anda tidak akan kesepian lagi! Yes, nona akan punya teman yes yes!" Sorak Hans sepanjang lorong mansion, berdampak di tatap aneh para pelayan yang dilewatinya.

Gerald menatap pisau bermandikan darah segar yang di genggamnya. Decakan kesal terdengar, "merepotkan," keluhnya.

🍓🍓🍓

Akira terus menutup kedua telinganya yang sedari tadi berdengung karena ulah Dendra. Ya, memang siapa lagi? Sepanjang perjalanan ke kamarnya Dendra menasehatinya panjang lebar. Setiap hendak menyela, pria itu malah bertambah menjengkelkan. Dan seperti inilah jadinya.

"Itu perbuatan yang tidak baik nona. Saya tau anda putri tuan saya, tetapi saya mohon dan sarankan jangan mengikuti jejak sifatnya itu. Sungguh nona, anda itu-"

"Paman....." rengek Akira, "aku lelah paman, sungguh. Aku ingin-hoamm"

Dendra menghela nafas kasar, "baiklah paman percepat langkah paman, dan kau cepat istirahat," titah Dendra. Akira mengangguk patuh di belakang punggungnya.

Samar-samar Dendra tersenyum tipis mendengar dengkuran halus nonanya. Perlahan ia membuka pintu kamar bernuansa biru pastel, dengan hati-hati ia memindahkan Akira yang ada di punggungnya kemudian membaringkan tubuh mungil nonanya di ranjang king size.

Sebelum pergi, Dendra sempatkan mengecup kening nonanya, "bahagia selalu nona," ucapnya kemudian melangkah menjauh dari ranjang, menutup pelan pintu kamar dan kembali menjalankan tugasnya.

Brak

"Au sakit anjing!" Umpatnya karena terjatuh dengan tak elegannya dari ranjang, "merepotkan cih," decih Akira kesal. Akira bangun dari posisi tak elitnya, "cokelat di mana kamu? Ku mencarimu, ingin menang-" ocehan tak jelas Akira terhenti, matanya berbinar menangkap sebungkus cokelat ada di bawah meja riasnya.

Dengan hati-hati Akira berjongkok, kemudian merangkak mengambil cokelat itu, "yes dapat!" Serunya, kemudian mundur secara perlahan. Tapi setelah itu-

"apa yang kau lakukan?" Akira berdecak kesal mendengar suara itu lagi dan lagi. Dengan geram Akira berdiri dengan dagu terangkat, "aku sedang mengambil cokelat! Kenapa? Mau marah? Mau mengambilnya?" Oceh Akira sebelum melahap habis cokelat itu, "cokelatnya sudah aku makan. Kau mau apa hah?" Tantang Akira.

"Dendra!" Teriaknya, membuat Akira yang bersedekap dada mengernyit heran.

"Cih, masih saja biang onar," gumam Gerald

"Iya tuan?"

"Jangan hidangkan es krim untuk dessert." Titah Gerald tak terbantahkan. Dendra menjawab patuh perintah tuannya, kemudian keluar dari kamar Akira, tapi sebelum itu ia sempat menjulurkan lidah mengejek Akira. Dan tentu saja membuat Akira makin kesal bukan main.

"Sekarang?" Tanya Gerald.

Akira mencibikkan bibirnya kesal, "kau menyebalkan!" Sentak Akira bar-bar. Gerald berjongkok menyamakan tingginya dengan Akira, menyentil dahi Akira, membuat sang empu meringis kesakitan. Hei! Meskipun jiwanya itu gadis berusia 20 tahun, tapi tubuhnya itu kan tubuh anak kecil!

"Sandiwaramu cukup bagus," bisik Gerald tepat di telinga Akira, "Shiera," lanjutnya membuat tubuh Akira menegang. Ini- pertama kalinya Gerald mau mengucapkan kata yang-haram baginya.

🍓🍓🍓

Jangan lupa vote n coment all.
Jumpa lagi di next part👋🧘

Jumpa lagi di next part👋🧘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shiera Digabraka

12 Agustus 2021

Villain DaddyWhere stories live. Discover now