"Lo nggak boleh pergi, Va," gumam Marvel yang masih bisa didengar oleh yang lain.

"Canva nggak bakalan kenapa-kenapa. Gue yakin itu. Lo jangan mikir aneh-aneh, Vel," ucap Marvin pada kembarannya. Bella mengangguk setuju dengan perkataan pacarnya.

"Orang tuanya Bang Canva mau ke sini," ujar Damar memberi tahu. Semua pasang mata mengarah kepadanya. "Tadi ada panggilan masuk di ponsel dia. Mereka nanyain Bang Canva karena nggak pulang-pulang. Dan sekarang mereka lagi menuju ke sini."

"Orang tuanya Canva balik?" tanya Areksa.

Damar menganggukkan kepalanya. "Buktinya mereka lagi menuju ke sini."

Hal itu semakin membuat mereka merasa takut. Di hari spesial ini, Canva justru mengalami nasib buruk di hidupnya. Hari yang sudah lama dinanti cowok itu malah menjadi malapetaka untuk Canva sendiri.

"Lo bisa, Va. Lo anggota paling hebat di sini. Wujudin mimpi lo sekarang juga. Orang tua lo udah balik, Va," kata Samuel di depan pintu ruangan yang menangani Canva yang tertutup rapat itu.

Mendengar itu, Marvel menahan sesak di dadanya. Selama ini, ia yang paling tahu semua penderitaan yang dialami Canva. Saat-saat di mana sahabatnya itu selalu mengumbar keceriaan di balik hatinya yang terluka.

"DI MANA ANAK SAYA? DI MANA?" Teriakan dari seorang wanita yang datang bersama seorang pria itu membuat delapan remaja yang ada di sana sontak menoleh. Seluruh inti Diamond tahu kalau mereka adalah orang tua Canva. Hal itu membuat emosi Marvel memuncak saat melihat kehadiran mereka

"MAU APA LO, HAH?! KALAU UDAH KAYAK GINI BARU MAU NYESEL?!" teriak Marvel marah. Cowok itu menatap nyalang ke arah Nafisha dan Ridwan yang merupakan orang tua kandung Canva.

Samuel berdiri dan memegang bahu Marvel. Mencegah cowok itu untuk tidak melampiaskan amarah sekarang. Melihat reaksi Marvel yang seperti itu, tentu membuat Nafisha dan Ridwan semakin merasa bersalah. Mereka berdua semakin sadar kalau sikap mereka selama ini memang tidak mencerminkan orang tua yang baik. Yang tumbuh dalam benak keduanya kini hanyalah penyesalan yang amat sangat. Nafisha dan Ridwan berharap dapat memperbaiki hubungan mereka dengan Canva dan memulai semuanya dari awal.

"Om sama Tante silakan duduk dulu." Areksa yang merupakan anggota paling bijak itu masih bisa menjaga sikap hormatnya kepada orang tua Canva.

Nafisha dan Ridwan mengangguki perkataan Areksa. Saat keduanya hendak duduk di kursi, tiba-tiba pintu ruangan yang digunakan untuk menangani Canva itu terbuka. Menampakkan seorang dokter wanita ditemani dua orang suster itu keluar dengan raut wajah yang kecewa.

"Bagaimana sama kondisi anak saya?" tanya Nafisha langsung pada intinya.

Dokter Lila menundukkan kepala dengan gelengan pelan. "Orang tuanya Canva, ya?" tanya Dokter Lila.

Nasifha dan Ridwan mengangguk cepat dengan raut cemas.

"Bapak sama Ibu bisa ikut ke ruangan saya sebentar."

"Saya ikut juga, Dok," serobot Samuel yang membuat Dokter Lila langsung mengangguk tanpa banyak pikir.

******

Di dalam ruangan Dokter Lila sudah ada Nafisha, Ridwan, dan Samuel. Ketiganya menatap penuh kecemasan ke arah Dokter Lila yang sudah duduk di kursinya seraya membuka lembaran-lembaran berisi laporan kesehatan Canva selama dua minggu terakhir.

SAMUELWhere stories live. Discover now