🌙ㅣ12. Permintaan Maaf Ditolak

Start from the beginning
                                    

"Nolong?" Jio bertanya dengan kening berkerut. "Siapa? Siapa yang nolongin? Kok ada?!"

Rembulan menunjukkan deretan giginya, membuat Jio dan Jia semakin dibuat penasaran.

"Murid baru," jawab Rembulan membuat kedua mata orang di depannya ini membelalak.

"MAKSUDNYA?!!" Jia refleks berteriak. "Alvano atau Alvaro?! Yang sekelas sama kamu itu?!"

Tangan Rembulan bergerak menggaruk tengkuk, senyum polosnya keluar. "Mmm ... iya, Ba—Alvano yang nolong Bulan buat cuci rambut Bulan sama ganti seragam," jawab Rembulan agak kaku. Ia tidak enak saat menyebut nama Alvano tanpa awalan 'bang'.

"Kok bisa sih?! Keren banget, dia baik yaa? Ternyata orang kaya gak semuanya jahat-jahat," antusias Jia dengan binaran mata, sementara Jio mendengkus.

"Asal kalian tahu, aku juga pernah ditolongin sama anak baru waktu aku masih kelas sepuluh. Tapi jadinya apa? Sekarang dia juga malah ikut bully! Aku masih gak percaya sama orang-orang kaya itu." Jio melipat tangannya di depan dada, matanya berkilat tajam membuat Jia menutup mulutnya.

Sementara di sisi lain, Rembulan merasakan sesuatu menusuk dadanya saat Jio mengatakan itu. Jio tidak suka dengan orang kaya?

"J-Jio gak suka sama mereka?" tanya Rembulan pelan.

"Bukan gak suka, aku benci orang-orag kaya. Aku benci mereka lebih dari aku benci sama serangga."

Rembulan menelan ludahnya susah payah. Jika Jio tahu mengenai Rembulan sekarang, apa Jio juga akan membencinya? Rembulan bahkan sudah menjadi bagian dari keluarga kaya yang berpengaruh di kota.

"Tapi 'kan gak semuanya kayak gitu," ucap Rembulan ragu.

Jio mengangkat satu alisnya menatap Rembulan. "Atas dasar apa kamu bilang begitu?"

Rembulan bungkam. Kebingungan harus menjawab bagaimana, berakhir memilih mengeluarkan senyumannya yang tersungging kaku.

- 4B -

Rembulan sering kali mendapat omelan dari orang-orang saat Rembulan selalu menabrak mereka tanpa sengaja jika sedang berjalan. Itu semua karena kepala Rembulan yang selalu tertunduk, berjalan menatap ubin di lantai yang terkena debu dari sepatu. Kepalanya sudah terbiasa tidak mau terangkat jika berada di hadapan orang banyak. Ini sudah menjadi kebiasaannya, termasuk sekarang.

Setelah keluar dari gudang tadi, Rembulan tidak henti-hentinya memikirkan ucapan Jio. Rembulan ingin membantah Jio dan mengatakan jikalau masih ada Alderion, Alzero, dan juga Alvano yang akan bersikap baik pada siapapun, termasuk pada orang-orang seperti Rembulan. Tapi ia tidak bisa melakukan hal gegabah.

Rembulan belum mau dirinya diketahui bahwa ia sudah menjadi bagian keluarga Zanava.

Kembali pada keadaan Rembulan sekarang, ia masih mengusap keningnya saat membentur sesuatu yang keras di hadapannya. Dengan pergerakan yang sangat pelan, Rembulan menatap ke atas, tepat pada seseorang yang sudah ia tabrak. Hingga akhirnya mata Rembulan membulat.

"K-kakak?" Rembulan bertanya takut-takut saat melihat tatapan datar Alvaro. Lelaki itu yang barusan ia tabrak.

"Minggir." Alvaro berujar ketus, ia hendak pergi dari sana namun tangan Rembulan menahan kemeja seragamnya membuat Alvaro berbalik menatap Rembulan.

"M-maaf, Kak."

Alvaro berdecak, ia menepis kasar tangan Rembulan dan kembali melangkah, namun lagi-lagi Rembulan menahan.

"B-bulan juga m-minta maaf atas kejadian semalam!" ucap Rembulan dengan suara agak meninggi agar Alvaro mendengar. "B-Bulan yang salah."

Mendengar ucapan Rembulan barusan, Alvaro mengepalkan kedua tangannya hingga kuku-kukunya terlihat memutih, ia kembali teringat dengan kejadian semalam. Padahal dengan susah payah Alvaro berusaha melupakannya. Kenapa gadis itu malah mengungkitnya lagi?! Apa ia sengaja?!

"Papa pasti enggak sengaja. Papa cuman kaget aja. Dia pasti enggak mau—"

"Dia emang bener." Suara Alvaro kembali terdengar membuat Rembulan mengangkat wajahnya sedikit. "Dia bener ngelakuin hal itu, karena gue bukan siapa-siapa buat dia."

Mata Rembulan membulat, mulutnya sedikit terbuka mendengar ucapan Alvaro.

"J-jangan bilang gitu." Rembulan meremas roknya kuat-kuat, ia agak takut. "B-Bulan gak tau bakalan kayak gini, Kak."

Alvaro menajamkan pandangannya, ia berdecih pelan. Tangannya bergerak mencengkeram dagu Rembulan, membuat mereka saling tatap. "Iya, lo gak tau ini bakalan terjadi karena lo berharap lebih parah dari ini 'kan?!" sentaknya kasar. "Lo hadir ke keluarga gue cuman mau ngancurin keluarga gue. Lo mau ngerebut harta papa! Lo mau status lo di sini berubah dan gak jadi bahan bully lagi! Bener?!"

Kedua tangan Rembulan tambah gemetar, air matanya mengalir saat tuduhan itu bertubi-tubi masuk menghantam dirinya. Kepalanya menggeleng, berusaha tidak membenarkan apa yang dikatakan Alvaro padanya, sementara mulutnya tidak mau mengeluarkan suara karena terasa sesak.

"Sial banget hidup gue, harus ketemu lo sama nyokap sialan lo!" bentak Alvaro dengan nada tinggi, mampu membuat Rembulan bergetar takut. "Lo ngerebut semuanya dari gue! Apa salah gue, hah?!"

Isakan Rembukan mulai mengencang saat air matanya terus bertambah. Alvaro di depannya terlihat begitu marah, namun secara bersamaan Rembulan melihat pandangan Alvaro terlihat kosong, hampa, sepi, dan juga menyakitkan.

"Bu-Bulan ... enggak d-dendam." Rembulan berbicara susah payah. Suaranya tidak stabil akibat tangisannya. "B-bulan—"

"Lo gak dendam, berarti cuman mau ngancurin hidup gue doang." Alvaro berkata ketus, ia membuang pandangannya ke arah lain, enggan menatap Rembulan. "Kenapa sih lo harus ada di sini? Kenapa lo harus ada di keluarga gue? Apa salah gue sampai gue dapat kehidupan yang kayak gini?" Alvaro memasukan kedua tangannya ke saku celana, lalu menatap bengis ke arah Rembulan. "Gue benci sama lo dan nyokap lo itu!"

Rembulan sudah tidak bisa menahan bobot tubuhnya lagi. Gadis itu terduduk dengan isakannya saat Alvaro berbalik meninggalkannya dari halaman yang ada di depan gudang.

Jujur, Rembulan baru merasakan sakit hati yang begitu dalam saat ia disalahkan oleh orang yang sudah Rembulan anggap sebagai saudara sendiri.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
4 Brother'z | TERBITWhere stories live. Discover now