mine | 43. Di Hari Pernikahan [1]

82 21 2
                                    

∞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Calon pengantin sudah selesai dirias, silakan lihat ke dalam," Seorang penata rias berucap sembari keluar ruangan, berpapasan dengan Tante Soora dan Yena yang juga baru rampung berbenah di ruangan sebelahnya.

Beliau mengapit senyum cerah, lantas mengangguk dan membuka perlahan pintu berwarna putih terang itu kemudian masuk ke dalam, disusul oleh Yena setelahnya.

Penampakan anak gadis—yang sudah bukan gadis lagi—kesayangan wanita itu membuatnya tersenyum penuh haru. Arin sudah siap dengan gaun dan makeup look ala pengantin muda yang manis, harum, dan sangat cantik.

Tante Soora menutup mulutnya dengan kedua tangan, tidak bisa berkata-kata. “Sayangnya Bunda..." lirihnya bergetar. Arin yang tadinya sibuk bercermin berbalik usai mendengar suara Sang Bunda, membalas senyumnya tak kalah senang.

Ia membenahi gaun panjangnya selagi Bunda dan Yena berjalan mendekat, "Gimana penampilan Arin, Bun?" tanyanya malu-malu. Tante Soora tertawa kecil.

"Cantik sekali. Arin selalu cantik, tapi hari ini Arin yang paling cantik sedunia."

Arin tertawa pula, ia menyandarkan pipinya ketika Sang Bunda mengelus bagian tembam tersebut.

"Anak kesayangan Bunda sudah mau jadi ibu..., Bunda sudah mau dikasih cucu,"

Sementara itu Yena berdiri di sebelah Tante Soora hanya turut memandangi. Tak merasa canggung, pun tak berniat ikut campur. Barulah selesai sesi tangis dan peluk tadi, saudari tirinya itu beralih kepadanya.

Yena mengambil senyum simpulnya, kedua tangan yang tadi dimasukkan ke saku blazer turun meraih milik Arin dan digenggam erat.

"Setelah ini lo bakal jalan kaki sepanjang delapan meter buat ke altar, sebelum itu lo harus makan yang banyak biar ga lemes, trus nanti sepanjang acara lo ga perlu ke mana-mana, pokoknya jangan sampe kecapean, kalo butuh sesuatu bilang Yohan aja, oke?"

Arin tertawa lepas, "iyaaa" meladeni ocehan Yena dan membalas genggaman tangannya. Yena tersenyum lagi.

"Happy ever after, my sist"

Arin mulai berkaca-kaca seraya tersenyum manis, "Ya, dan lo juga buruan nyusul" tukasnya dibalas dengan pukulan di bahu.

Tok Tok Tok

Si pengetuk langsung masuk tanpa persetujuan, Ayah Choi berdiri sebentar di ambang sana, menatap putri sulungnya dengan manik penuh binar dan berair, beliau memegang dadanya sambil bergumam kagum.

MINE : slowmotion 2.O - Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang