mine | 40. Ramalan

189 48 10
                                    

∞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yena mendengus, tak kuasa membuka mata lebar-lebar sebab cahaya matahari benar-benar silau di seluruh penjuru.

Berulangkali gadis itu mendecak malas dan bergeser lebih jauh. Yena tidak suka bau bensin yang sangat menyengat itu, sialnya sejauh apapun ia melangkah semakin tajam yang masuk ke hidung.

"Nunggu lama? Maaf ya?"

Dan akhirnya sosok yang ditunggu datang juga. Yena sekedar menampilkan senyum sekelebat sebelum memalingkan wajah, gengsi. Sedangkan Taeyong siap membukakan pintu mobil untuknya.

Mereka mampir pom bensin beberapa saat lalu. Karena Yena tidak menyukai aroma khas pom bensin, gadis itu memilih menunggu di luar gerbang yang mana cuacanya luar biasa terik. Padahal kan dia bisa menunggu di dalam—ada minimarket dingin yang disediakan di sana.

Mobil sedan hitam itu mulai melesat maju. Suasana hatinya sudah tak secerah tadi, ia hanya diam sambil memandang ke luar jendela dengan muka datar tak berekspresi.

Taeyong peka akan hal tersebut. Pria itu melirik sekilas gadis di sebelahnya. Tersenyum kecut, "kamu pasti haus, saya mampir beliin minum dulu ya?"

Yena tak menjawab membuat Taeyong menelan ludahnya gugup. Bukan masalah kalau Yena masih mau bersuara dan menolak ajakannya, tapi ini, Yena tidak menyahut sama sekali, gadis itu pasti sudah terlampau kesal.

"Tunggu sini ya" Si pria keluar dari mobil usai memarkirkan kendaraan roda empat tersebut di depan sebuah kedai minuman dingin. Lagi-lagi, gadis yang duduk di sebelahnya tak mengucap sepatah katapun.

Kira-kira apa yang dipikirkan gadis itu?

Ya, beberapa saat lalu memang dia merasa kesal pada Taeyong. Pria itu banyak mampir, seolah sengaja mengulur waktu lebih lama dan membuat mereka berduaan seharian. Taeyong pikir Yena tidak peka? Cih.

Itu yang dipikirkan oleh Yena tadi. Namun ketika mobil itu berhenti, fokusnya teralihkan pada sebuah bangunan kecil di seberang jalan.

Kecil sekali, menyempil di antara bangunan-bangunan yang lebih besar dan ber-cat lebih terang—berbeda jauh dengan bangunan itu sendiri yang warna temboknya dominan abu-abu dan lembayung, gelap bak tak dihuni siapapun.

Satu lagi yang menarik perhatian adalah, plang dan spanduk besar di depan gerbangnya; tertulis 'Jang Si Peramal'.

Yena sampai tak sadar kalau kakinya sudah melangkah keluar mobil dan berdiri di tepi jalan raya, siap menyeberang sampai lengannya ditahan oleh Taeyong yang sudah selesai urusan di kedai minuman.

MINE : slowmotion 2.O - Choi YenaWhere stories live. Discover now