"Bisa, pelan-pelan" balas Galih.

Tasya diam, dirinya ragu untuk melakukan itu.

"Mau ya, biar punya gw tenang" ucap Galih.

"Sekarang?" tanya Tasya.

"Menurut lo?" tanya Galih balik, ia gemas dengan istrinya itu, polos sekali tingkah nya.

Galih pun berdiri.

"Janji pelan-pelan lohh" peringat Tasya.

"Mana pernah sih gw nyakitin lo" balas Galih.

"Ini sih apa" bantah Tasya.

"Lo nyebelin banget ya" balas Galih mendelik kepada Tasya.

Tasya tidak merespon, ia menarik napas untuk kembali meladeni Galih, sungguh pria itu tak ada lelahnya, sepasang suami-istri itu pun kembali saling memuaskan di kamar mandi, sebelum benar-benar membersihkan diri.



¥¥¥
Galih tak bisa menahan tawanya saat melihat cara jalan Tasya yang sedikit aneh.

"napa ketawa?" tanya Tasya mendelik kepada suaminya.

"Jalan lo lucu" jawab galih, dirinya berusaha menahan tawa.

"Ini gara-gara siapa coba" ucap Tasya sewot, sungguh suaminya ini benar-benar menyebalkan.

"Udah sini makan" ucap Galih yang sudah duduk manis di meja makan.

"Sabar, sakit nih" balas Tasya, dirinya berjalan dengan perlahan menuju kursi.

"Duduk nya sakit gak?" tanya Galih.

"Sedikit, udah gak sesakit yang pertama" jawab Tasya.

"Mau gw pangku?" tawar Galih.

"Yang ada gak akan makan itu mah" balas Tasya.

"Terus apa?" tanya Galih.

"Gak tau ya" balas Tasya.

Galih hanya tersenyum mendengar nya.

"Udah ayo makan" ucap Galih.

Tasya tidak merespon, ia mulai sarapan, di tengah-tengah menyatap makanan, Tasya teringat sesuatu.

"Oh iya kak, hari ini gw izin ketemuan sama yang bantu naik cetak buku gw ya" ucap Tasya.

"Cewek atau cowok?" tanya Galih.

"Cowok" jawab Tasya.

"Berapa orang?" tanya Galih lagi.

"2 paling" jawab Tasya.

"Lo kan lagi sakit" ucap Galih.

"bisa kok, gini doang nanti juga ilang, mereka gak akan curiga" ucap Tasya.

"Curiga juga gapapa kali, lo kan punya suami" ucap Galih.

"Iya juga sih, tapi kakak kan cuma suami sementara gw" ucap Tasya.

"Udah deh gak usah mulai, baru aja mau sarapan" ucap Galih, ia paling tidak suka jika Tasya terus saja membahas hal yang mendekati tentang perpisahan dirinya dengan wanita itu.

Tasya hanya mengangguk.

"Gw anter ya" ucap Galih.

"Boleh" balas Tasya.

"Ya udah siap-siap dulu sana" ucap Galih.

"Kakak gak kerja apa?" tanya Tasya.

"Iya nanti sekalian berangkat bareng lo" jawab Galih.

Rak terasa Tasya selesai makan, ia pun berdiri dan berjalan menuju kamar, melihat cara jalan Tasya yang seperti itu, Galih ikut berdiri dan bergegas menggendong Tasya ke kamar.

"Gak usah di gedong, gw bisa jalan sendiri" ucap Tasya yang sudah berada di gendongan Galih.

"Abisnya jalan lo lama" ucap Galih.

"Sebab siapa coba?" tanya Tasya.

Mendengar itu Galih hanya mengecup kening Tasya dengan lembut, entah mengapa Tasya malah tersenyum di perlakukan seperti itu.

"Gw ikhlas kok" ucap Tasya.

"Bener?" tanya Galih.

"Bener dong" jawab Tasya.

"Makasih ya" ucap Galih tersenyum.

"Makasih mulu" balas Tasya.

"Pengen bilang aja" ucap Galih.

Sampai di kamar, Tasya segera bersiap dengan jalan yang sedikit tertatih.

"Kakak juga siap-siap sana" ucap Tasya.

"Gak mau banget gw lihat sih" ucap galih sembari terkekeh.

"Enggak, soalnya nanti yang ada gak jadi pergi gw" balas Tasya.

"Segitu mesum nya gw di mata lo ya" ucap Galih.

"Emang, gak sadar kah?" tanya Tasya dengan maksud meledek.

"Gak tuh" jawab Galih sembari tersenyum.

"Udah sana keluar" ucap Tasya.

"Yakin gak mau di bantuin?" tanya Galih menggoda lagi dan lagi.

Tasya tersenyum tipis, laki-laki menyebalkan itu sungguh memang menyebalkan untuknya.

Melihat senyum Tasya, Galih berjalan masuk.

"Gw tau lo mau" ucap Galih.

"Kalo di bantuin, gw yakin gak akan jadi pergi, beneran deh" ucap Tasya.

"Ya udah gw disini aja, gak tega gw lihat lo kesakitan" ucap Galih.

"Dasar nyebelin, keras kepala" ucap Tasya gemas, dirinya menyerah untuk mengusir Galih dari kamar.

Galih tidak merespon, dirinya duduk di sisi tempat tidur untuk menunggu dan melihat Tasya berganti pakaian.

between me, you and himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang