9. PULANG MALAM LAGI

15 6 30
                                    

BAB 9

Kali ini Cindy pulang larut malam lagi, ia melangkahkan kakinya begitu pelan sehingga tidak menghasilkan suara. Jam di dinding menunjukkan pukul satu dini hari, harapan Cindy sekarang adalah semoga saja seisi rumah tidak ada yang terbangun.

"Satu langkah lagi, ayolah cepat ke kamar," gerutunya kepada dirinya sendiri. "Ini dia!" umpatnya memegangi gagang pintu kamarnya, ia segera membuka pintu dengan pelan. Berhasil membuka pintu, Cindy segera masuk ke kamarnya sembari menutup pintu.

Cindy menjatuhkan tubuhnya diatas king bad ruangan itu, sebenarnya ia suka tinggal dirumah ini.

"Nyaman banget tinggal disini," serunya kecil dan memeluk gulingnya. "Walaupun Jeri itu ngeselin, tapi dia itu bestie yang paaaliiinng ... pengertian," ucapnya senang, entah mengapa gadis ini sangat senang malam ini.

Kling ...

Satu notifikasi masuk di ponselnya, pesan itu dikirim dua jam yang lalu, namun karena ponsel milik Cindy tidak ada signal maka pesannya baru terkirim sekarang.

#Jeri alien
Lo dimana?
Gue panggil ngga ada yang nyautin
Oh udah tidur, yaudah.

"Jeri manggil gue? Duh ini anak, untung nggak sampai masuk kamar," ucapnya dengan suasana hati berubah. Cindy mengubah posisinya, ia meyenderkan kepalanya diatas bantal. "Udah ah biarin aja, besok gue pikirin jawabannya. Sekarang saatnya bertemu dengan dunia kapuk," tambah Cindy mulai memeluk gulingnya.

°°°

Semburat cahaya mentari menembus tirai kaca jendela ruangan Jeri, ia terbangun sesaat itu juga. Melirik jam di dinding ternyata sudah pukul 7 pagi, lelaki ini berteriak antusias, "aaa ... gue telat, kenapa nggak ada yang bangunin!"

Dengan langkah plin-plan, Jeri ingin membuka pintunya namun pintu sudah dibuka duluan dari luar oleh Cindy. Alhasil dia menabrak pintu kayu itu. "Aduh!" umpatnya kecil.

Diliriknya, dihadapannya berdiri Cindy yang sudah mengenakan seragam sekolah lengkap dengan tas yang digendongnya. "Cindy, lo kenapa nggak bangunin gue? Gue telat!" ujarnya sembari menggoyang-goyangkan pundak Cindy, gadis itu memandangnya diam.

"Lo telat? Kayaknya lo udah gila," aku Cindy datar dan membalikkan tubuhnya hendak pergi, "ayo berangkat, nggak usah basa-basi," tambahnya. Jeri memandangnya geram, dikiranya Cindy sedang stres sekarang, "stres! Mandi belum, sarapan belum, pake seragam juga belum, tapi lo udah ngajakin berangkat sekolah aja," kata Jeri yang dapat membuat Cindy membalikkan tubuhnya.

"Hah? Kayaknya lo bukan gila lagi, tapi penyakitan," ucap Cindy menahan tawanya. Gadis itu menunjuk kaca rias yang berdiri dibelakang Jeri, "lihat!"

Jeri membalikkan badannya dan memandangi dirinya di cermin, lelaki ini nampak terkejut sekarang. "Sejak kapan gue udah pakai seragam kayak gini? Perasaan kemarin malam gue pakai baju kaos," tanyanya bingung. Dan benar saja, Jeri sudah mengenakan seragamnya sedari tadi pagi.

"Cie udah amnesia saja!" seru Cindy tertawa geli melihat kelakuan sahabatnya itu, "lo tadi udah bangun jam 6 pagi, terus lo mandi, sarapan, pakai seragam dan tidur lagi. Gue tanyain kenapa tidur lagi, lo bilangnya ngantuk tapi lo udah nitip pesan ke gue kalau jam 7 harus dibangunin. Yah pas gue kesini, lo nya udah bangun, pakai acara plin-plan segala lagi," tambah Cindy menjelaskan secara detail konsep plin-plan Jeri.

"Penjelasan yang singkat, padat, dan nggak jelas," ujar Jeri beralih mengambil ranselnya, ia melewati Cindy begitu saja dan keluar dari ruangan tersebut. "Yee udah dijelasin malah dibilang nggak jelas." Cindy membuka sepatunya dan melemparnya ke kepala Jeri, "Kena!"

Tentu saja kena, lelaki itu mengusap kepalanya kesakitan, "aduh! Sialan punya sahabat kayak gini." Cindy tertawa geli menyadari bahwa lemparannya tidak meleset.

Namun tidak cukup sampai disana, Jeri mengambil dan melarikan sepatu milik Cindy tersebut. "Heh! Balikin sepatu gue, udah telat, Jeri," ucapnya dan mengejar lelaki itu, nampaknya Jeri tidak bercanda, ia benar-benar mengambil sepatu itu.

"Sialan!" umpat Cindy kesal. "Jeri, tungguin," teriaknya berlari mengikuti Jeri. "Cepetan, udah telat ini," balas Jeri.

°°°

Dengan wajah penuh kekesalan, Cindy turun dari motor milik Jeri. Lelaki itu tampak sangat senang melihat wajah kesal Cindy. Sepatu yang diambilnya tadi akhirnya dapat diraihnya kembali dari Jeri.

"Nanti pulang sekolah nggak usah jemput gue ya, gue pulang sendiri," ucap Cindy datar. "Kenapa? Cuma gara-gara sepatu aja lo marah sama gue? Jangan kayak anak kecil dong, nanti gue beliin es krim deh," jawab Jeri mengerjapkan kedua matanya sebagai ungkapan permintaan.

"Bukan itu! Sebentar gue ada jam tambahan, paling pulangnya jam empat sore. Gue harap bakalan selesai cepet, intinya jangan dijemput ya," perintah Cindy yang membuat Jeri bertanya-tanya. "Jam tambahan apa?" tanyanya.

"Ekskul!" Ucapnya singkat, namun Jeri tidak cukup sampai disana. "Lo ekskul hari jumat, monyet. Dan ini hari selasa, lo mau nipu siapa hah?" tanyanya seperti orang yang tidak bisa ditipu daya. "Tau aja sih. Gue ada jam tambahan di mapel sejarah," kata Cindy dan meninggalkan Jeri yang diam memandanginya masuk ke gerbang sekolah.

"Cindy!" teriak Jeri sekali lagi dan berhasil membuat gadis itu membalikkan tubuhnya. "Apa lagi?" tanyanya menaikkan satu alisnya. "Seriusan nggak mau gue jemput?" Jujur saja Jeri khawatir, takut jika kejadian yang dialami Cindy di lorong sekolah itu akan terjadi lagi. Cindy yang mendengar pertanyaan dari Jeri tersebut hanya menggeleng sembari tersenyum kearah Jeri, ia melambaikan tangannya dan mulai melanjutkan langkahnya.

"Ada cowo sekolah sebelah nih! Dia nggak mau pulang bareng lo ya ntar? Yaudah pulang bareng gue aja ya," ucap salah satu siswi dari sekolah SMA Triluna Bangsa, gadis ini memang terkenal super cabe dan pembuat onar. Namun walaupun sikapnya seperti itu gadis ini tidak pernah berani adu mulut dengan Cindy ataupun Geng Jupiter.

"Udah gila nih orang," umpat Jeri dan mulai menancapkan gasnya.

"Ditolak terus gue," gerutu gadis tersebut yang kerap dipanggil Loli, Lolita.

To be continued

#mensivWG

JUPITERWhere stories live. Discover now