BAB 16

506 68 2
                                    

Aqeela baru saja sampai di rumahnya  untung saja Mamahnya sudah tidur. Ia tidak mau Mamahnya khawatir karena melihatnya menangis.

Di dalam kamarnya Aqeela bersandar di belakang pintu, air mata merembes tanpa henti. Di temani suara isak tangis yang tertahan, Aqeela meracau merasa bersalah sekaligus bodoh.

"Maafin gue Syya," Aqeela menangis tersedu-sedu ia merasa bersalah sudah mempermalukan Rasyya di depan para sahabatnya.

Di lain tempat, Rasyya melampiaskan amarahnya di ruang bawah tanah yang ada di kamarnya. Ia melempar segala apa yang ada di depan matanya.

"AQEELA! GUE TAU LO MASIH SUKA SAMA GUE!" teriaknya prustasi, untung saja ruangan yang ia tempati kedap suara. Rasyya mengibas wajahnya dari keringat yang bercampur air mata.

Tok!tok!tok!

"Syya?"

Tok!tok!tok!

Rasyya mengeram marah, siapa yang berani menganggunya di saat ia sedang marah, ia langsung berjalan membuka handle pintu dengan raut wajah menahan amarah.

"APASIH ANJING!"

Alin terdiam, ia dapat melihat Rasyya yang menutup mata untuk menetralkan amarahnya. Ia berpikir sepertinya salah mencari perhatian Rasyya dengan datang ke ruang bawah tanah. Tempat privasi Rasyya.

Rasyya masih ngos-ngosan, ia menahan amarah sekuat hati. "Bisa tinggalin gue sendiri?" tanyanya yang lebih terdengar seperti orang mengusir.

"Jangan kayak gini Syya, Gue.... gu---"

"KELUAR BANGSAT!"

Alin tersentak, air mata sudah mengucur deras. Tanpa membuang waktu ia langsung berlari keluar dari tempat terkutuk itu. Sedangkan yang di lakukan Rasyya hanya terdiam, keningnya menempel di dinding menyesali segala perkataannya pada sahabatnya sendiri.

***

Pukul 06:00 Aqeela sudah berada di sekolah, alasanya? Jelas untuk menghindari sahabat-sahabatnya dan juga Rasyya. Cupu memang lari dari masalah, namun hanya ini yang bisa lakukan, Rasanya ia tidak punya muka untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya terutama sahabat-sahabat Rasyya.

Aqeela berjalan di lorong dengan keheningan, ia menunduk lalu mendongak setelah melihat sepasang sepatu yang bertengger di depannya yang ternyata Alin. Tanpa aba-aba satu tamparan mendarat di pipinya.

PLAK!

"Dasar yah lo manusia ngak tau diri, apasih yang kurang dari sosok Rasyya HAH!? APA? GUE TANYA APA!"

Aqeela masih terdiam memegang pipinya yang perih, tak menyangka akan mendapat tamparan dari sahabat Rasyya.

"Gagu lo hah?" Aqeela mengerjap dan menggeleng. Ia tidak dapat mengeluarkan suaranya.

"Lin? Gu---."

"DIAM LO! MANUSIA SAMPAH!"

Alin langsung meninggalkan Aqeela, sedangkan Aqeel dengan air mata yang mengalir deras, ia langsung berlari ke taman belakang sekolah yang untungnya masih sepi.

"Papah... Aqeela kangen," Aqeela meracau dengan tangis yang tak kunjung berhenti. Hingga melihat tangan seseorang yang menyodorkan sapu tangan. Aqeela mendongak.

"Rasyya?" tanya nya tak percaya.

"Nih, hapus air mata lo. Gue sebagai sahabat Alin minta maaf atas sikap nya tadi," Aqeela dapat melihat raut wajah bersalah pada Rasyya.

"Ngak apa-apa, gue emang pantas dapat ini. Secara ngak langsung gue udah permaluin elo di depan para sahabat-sahabat lo."

"Gue hargai keputusan lo, nih hapus air mata lo."

Aqeela menerima sapu tangan yang di berikan Rasyya, ia menghapus air matanya hingga tak sadar jika Rasyya sudah duduk di sampingnya.

"Gue kayaknya harus balik ke kelas, thanks sapu tanganya. Nanti gue cuci dulu."

Aqeela langsung pergi meninggalkan Rasyya yang masih diam mencermati perkataan Aqeela sekaligus memikirkan tentang Alin yang berani menampar Aqeela.

Murid-murid sudah mulai berdatangan, termasuk para sahabat Aqeela.

"Qeel? Gue telponin kok ngak di angkat? Kata Mamah lo udah berangkat tadi pagi," tanya Saski dengan nada khawatir.

Aqeela bangun dari tidurnya, "ngak apa-apa. Pengen aja."

Michi, Ratu dan Saski heran melihat tingkah Aqeela yang aneh, sejujurnya mereka tahu semua pasti berawal dari pesta semalam.

"Udah yah Qeel, ngak usah di pikirin. Mau gue anter ke UKS aja?" tanya Michi.

"Thanks Michi, tapi ngak usah. Gue fine, okay?  Gak usah khawatir."

Ketiganya mengangguk mengerti, menghargai keputusan Aqeela. Mereka kembali ke bangku masing-masing. Hingga Bu Ami guru Bahasa inggris memasuki ruangan.

"Anak-anak ibu cuma mau kasih kalian tugas, karna akan ada rapat ujian kelulusan. Tapi ingat jangan berkeliaran oke?"

Semua yang berada di kelas mengangguk semangat. Bu Ami yang melihat itu tersenyum maklum.

***

Suasana sekolah sudah sepi sejak 10 menit yang lalu. Namun Michi masih harus stay karena klub dancenya akan rapat. Ia di temani oleh sang pacar.

"Rey, kantin dulu yuk."

Rey yang di panggil berdiri dan langsung menyusul Michi yang jalan di depan. Di belokan menuju kantin mereka terdiam mendengar suara orang yang berteriak.

"Itu gudang kan?" tunjuk Michi ke arah gudang di mana suara itu terdengar.

Rey mengangguk mengiyakan, "udah ayo."

"Eh kita cek dulu, Aku kaya kenal suaranya. Ayo!" Rey hanya pasrah tangannya di tarik oleh Michi.

"Kita ketahuan anying!"

"Yah terus!? Gue juga panik!"

"Pokoknya ngak ada yang boleh tahu kita yang nyelakain Aqeela!"

Rey dan Michi tersentak, Rey mengode agar Michi diam. Ia mengeluarkan hp nya dan merekam percakapan yang terjadi di dalam gudang.

...

Menuju ending....

BERSAMAMU [REVISI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz