BAB 03

779 81 0
                                    

Hay guysss...

Sudah satu minggu setelah memberikan kejutan untuk Aqeela, namun sudah satu minggu juga Aqeela mengabaikannya. Mulai dari telpon yang tidak di angkat pesan yang tak kunjung di balas dan juga pintu rumahnya yang selalu tertutup jika Rasyya datang berkunjung padahal ia tahu Aqeela ada di dalam.

"Lo kenapa lagi sih?" tanya Rey pasalnya sahabatnya itu uring-uringan terus seperti orang tak punya semangat.

"Ngak," jawab Rasyya singkat.

"Ohiya gue baru ingat, waktu kita nginep di rumahnya Aqeela, kok lo ngak ada, pulang duluan ya lo?" itu Jeje yang bertanya.

"Ngg.. ngak nyokap nelpon gue," jawab Rasyya yang sepenuhnya tidak berbohong. Karena Bundanya menelpon memberitahu bahwa Alin drop lagi.

"Kayak ngak tahu aja lo Je," Gema menimpali.

"Btw Ica mana?" tanya Rasyya mengalihkan pembicaraan yang membuat Reymengernyitkan dahi. Namun alih-alih curiga ia menjawab pertanyaan Rasyya.

"Biasa ngapel."

Kebiasaan Ica jika jam istirahat ia akan ke kelas sang pacar dari pada ke kantin.

"Lo ngak ngapel-in Michi juga?"

"Lagi sibuk dia," jawab Rey santai.

***

"Berantem lagi yah?" tanya Ratu

"Ntah," jawab Aqeela sekenanya.

"Jangan gitu lah, lo harus selsain masalah lo."

Keduanya sedang berada di kantin, meninggalkan Saski yang sedang asyik berpacaran dan Michi yang sibuk di eskul dance.

"Ya gue harus gimana?" tanya Aqeela yang sudah putus asa atas apa yang sudah terjadi.

"Gimana-giamanya lo yang nentuin, saran gue lo ketemu Rasyya dulu. Bicarakan yang perlu di bicarakan. Dan ingat lo jangan emosi oke?" pernyataan Ratu membuat Rara mengangguk dan langsung mengambil hp untuk mengabari Rassya.

Aqeela : bisa ketemu ngk?

Rasayyang : akhirnya

Rasayyang : kamu kenapa?

Aqeela : bisa ketemu ngk?

Rassyang : bisa, di mana?

Aqeela : tempat biasa.

Aqeela mengabaikan pertanyaan Rasyya yang di berikan padanya, setelah bertukar pesan. Ia langsung pamit pada Ratu dan berjalan menuju taman sekolah.

"Hay, udah nunggu lama yah?"

Aqeela mendongak. Ingin sekali rasanya memeluk seseorang yang berdiri di depannya. Sudah satu minggu ia menghindar dari pacarnya sendiri.

Aqeela memandang tangan Rasyya "Duduk." suruh Aqeela.

Rasyya terdiam mendengar nada dingin Aqeela namun tak ingin membuat masalah ia memberikan Susu Vanilla dan Roti coklat kesukaan Aqeela.

"Nih, kata Ratu kamu belum makan apa-apa tadi," Aqeela menerima susu vanilla dan roti coklat kesukannya.

"Makasih."

"Kamu kenapa ngehindar sama aku?" tanya Rasyya yang membuat Aqeela kembali diam.

Tanpa menjawab pertanyaan Rasyya. Aqeela mengeluarkan suara.

"Aku mau ngomong serius. Dan semoga ini yang terbaik untuk aku dan kamu."

Rasyya mendekat, ia tahu Aqeela akan mengutarakan masalah hatinya. "Apa?" jawabnya berusaha santai.

"Ngg.... semoga ini yang terbaik, Aku mau putus." Aqeela menghembuskan napasnya. Ia di landa gugup mengatakan kata putus pada Rasyya.

Rasyya menghela napas, ini yang ia takutkan. Dan ia akan berusaha untuk sabar dan menerima konsekuensinya.

"Emang ngak bisa di pertahankan dulu?" tanya Rasyya yang mash berusaha untuk mempertahankan hubungan Mereka.

Aqeela menggeleng, keputusan ini juga berat baginya. Namun apa boleh buat.

"Kita bisa saling intropeksi diri. Dan kembali menjadi orang biasa."

"Gue pergi dulu, Btw thanks yah," Aqeela mengangkat susu vanilla dan roti coklatnya.

"Sama-sama." jawab Rasyya berusaha santai mendegar Aqeela mengubah panggilan Kamu menjadi Lo.

Sulit rasnya berpisah dengan oran yang kita sayang, yang sudah tahu segalanya tentang kita. Namun ini lah konsekuensi menjalin ikatan.

***

Rasyya pulang ke rumahnya dalam keadaan lesuh, sekarang ia harus terbiasa untuk memulai hari-harinya tanpa Aqeela di sampingnya.

"Syya?"

Merasa di panggil, Rasyya menoleh di depan pagarnya ada Alin yang beridiri dengan senyum lemahnya.

"Hay Lin. Gimana keadaan lo?" ucapnya, sambil berjalan membuka pagar untuk Alin.

"Alhamdulillah, kok lesu gitu?"

"Ngak, masuk dulu."

Alin mengikuti Rasyya yang duduk di kursi ruang tamu. "Duduk dulu yah, gue mau ganti baju." Alin mengangguk. Ia sudah dengar kabar jika Rasyya dan Aqeela sudah putus maka dari itu ia datang kerumah Rasyya.

Ting.

Aza💜 : lo bisa bantu gue ngak?

Alin memandang hp Rasyya yang menampilkan notifikasi pesan dari Aqeela dan dengan berat hati ia menghapus pesan itu.

"Sorry syya, qeel." Ucapnya dalam hati. Setelahnya ia menyimpan kembali hp Rasyya.

setelah berganti baju Rasyya berjalan menuju Alin, "Udah makan belum?" tanya Rasyya, Alin yang mendengar itu berusaha menahan senyumnya.

"Belum, mama lagi pergi," jawab Alin.

"Yaudah, kita delivery aja, lo mau apa?" tanya Rasyya sembari meraih hpnya di atas meja.

"Lo tau kan?" melihat Rasyya mengangguk membuat Alin kembali tersenyum.

Rasyya mengangguk dan langsung memesan makan siang untuk mereka berdua.

"Syya selfi yuk," seru Alin dengan senyum bahagianya.

Rasyya menghela napas sebetulnya ia sangat bad mood namun melihat senyum ceria Alin, mau tidak mau Rasyya mengangguk setuju, "tumben."

"Hehehe, pake hp lo yah."

Rasyya memberikan hpnya pada Alin, setelahnya mereka berselfi dengan berbagai macam gaya.

Ting.

Bell rumah berbunyi.

"Gue kedepan dulu."

Rasyya meninggalkan Alin yang sedang mengutak-atik hpnya, dan ia tidak peduli.

***

Di pinggir jalan, dengan terik matahari yang panas. Aqeela menggerutu mobilnya sedang mogok. Ia sudah mengambari keempat sahabatnya namun tidak ada yang berhasil. Dan jalan satu-satunya adalah Rasyya Dengan berat hati ia mengabari Rasyya

Rasyya : lo bisa bantu gue ngak?

Rara mengehela napas, ia sudah mengganti nama Rasyya pada kontak hpnya pesan sudah terkirim lima menit yang lalu, tapi Rasyya belum juga membalas pesannya.

Aqeela menyerah, ia duduk di halte yang di tumbuhi pohon beringin, cukup untuk melindunginya dari sinar matahari. Di landa rasa bosan, ia membuka sosmed sembari menunggu bengkel langgananya setelah berkali-kali ia telpon.

"Untung ada anak buah papa," Aqeela berguman sendiri, lalu melihat sosmednya.

"Tumbenan Rasyya bikin story," tak ingin di landa rasa penasaran, ia membuka dan melihatnya.

Rasyya sedang berfoto dengan Alin, dengan latar belakang ruang tamu Rava. Dan Emot love ungu?

Rara mendengkus, "Hahaha, bodoh banget lo Qeel."

Aqeela terdiam, memandang kendaraan yang berlalu lalang di depannya. Ini keputusannya dan ia harus menerima semuanya.

BERSAMAMU [REVISI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz