"Sianjirrr ini gimana, mana tambal bannya masih jauh!" Caleya frustasi. Dia sudah mau nangis. "Jaeden anjrittt, dasar bunglon! Kerjaannya mimikri mulu, aishh!" Caleya menendang motornya. Namun yang ia dapat cuma rasa sakit di kaki.

"Nendangin motor nggak bikin bannya ke isi angin." sebuah moge berhenti di sebelah Caleya. Caleya langsung terkesiap saat si pengemudi membuka helmnya.

"Eh Rega, gue kira siapa." nada bicara Caleya kaku memgingat cowok didepannya adalah mantan pacarnya.

Rega tertawa melihat kondisi Caleya. Bahkan ia nggak sempat merapikan rambutnya yang berantakan bekas pakai helm.

"Lo kenapa teriak-teriak di jalanan?"

"Ehh itu, biasalah si Jaeden, nyebelin." jawab Caleya jujur.

Rega malah mengusap rambut Caleya, membuat cewek itu mundur satu langkah.

"Di depan sana ada tambal ban, yuk gue bantu dorong," tawar Rega.

Mata Caleya langsung bersinar. "Serius lo?" Rega mengangguk tak kalah semangat.

Setelah sampai di tempat tambal ban yang dituju, Caleya segera menuntun motornya. "Bang tambal ban yang kilat bisa nggak?"

"Bercanda neng? Dipikir JNE pakai kilat segala?"

Rega tertawa di tempat. Caleya nggak pernah gagal bikin moodnya naik.

"Bang serius, saya udah mau telat! Lima menit jadi ya?" cewek itu memohon.

"Lima menit saya baru ngelepas itu ban. Kalau mau naikin motor bannya dilepas ya silahkan" abang-abang tukang tambal ban itu geleng-geleng kepala. Apa cewek SMA ini belum pernah nambalin ban?

Caleya semakin panik.

"Bang, biar motornya ditinggal disini dulu aja, biar diambil nanti siang." ucap Rega tiba-tiba. Caleya melotot.

"Ga kok gitu? Ntar kalau motornya ilang gimana?"

Rega menepuk jidat Caleya pelan. "Nethink mulu kerjaan lo, ayo berangkat, ntar keburu telat"

Caleya setengah hati mengambil helmnya. Sebelum menaiki motor Rega, cewek itu mewanti-wanti si tukang tambal ban agar benar-benar menjaga motornya. Rega mendengus geli.


◇◆◇


Jaeden masih berdiri di koridor masuk. Banyak cewek-cewek yang berniat mendekatinya tapi mundur kembali karena baru satu langkah maju ke arah Jaeden, mereka sudah mendapat pelototan tajam dari Jaeden sendiri.

Cowok dengan mantel navy dan tas ransel hitam itu nggak segan-segan berbicara ketus kalau ada yang nekat mendekatinya. Mata Jaeden terus memantau gerbang sekolah. Kemudian pandangannya terkunci pada moge hitam yang berhenti di depan.

Jaeden memicing sebal. Ngapain tu kucing oren boncengan sama Rega?!

Mata Jaeden makin memanas waktu Rega melepas helm yang Caleya pakai kemudian merapikan rambut Caleya. Tangan Jaeden terkepal kuat di samping badan.

"Ada yang balikan sama mantan nih"
sindir Jaeden waktu Caleya melintas di depannya.

"Nggak kapok lo udah di treat kayak gitu sama Rega?"

Namun cewek itu malah mengacuhkannya seolah nggak mendengar apa-apa. Jaeden menyusul langkah Caleya.

"Lo punya telinga nggak sih?" Jaeden mengungkung leher Caleya dengan tangan besarnya. Kini mereka menjadi pusat perhatian.

"Lo gila ya! Lepasin nggak! Ntar leher gue kecengklak!"

Jaeden bertingkah seolah nggak peduli. "Bodo amat. Bilang gue ganteng dulu baru gue lepasin."

ARTERI (A1- ARKA)Where stories live. Discover now