Renata baru sadar kalau mereka sudah sampai di depan kost Renata, laki-laki itu melepas seatbelt-nya kemudian memiringkan duduknya untuk menghadap Renata, "That's why saya minta tolong Lia untuk handle urusan ini juga, Ta. Biar kamu nggak perlu terlalu sibuk dan capek urus ini itu"

"Mas, besok itu aku fitting baju, yang nggak mungkin bisa diwakilin Lia. Harus aku yang dateng karena kan bajunya mau dipake aku. Kalau jadwal besok dimundurin, urusan lainnya akan ikutan mundur. Sedangkan waktu kita jalan terus Mas, hari ini 1,5 bulan, sebentar lagi tinggal sebulan. Jalan terus kalau urusannya gak dikelarin, nanti nggak selesai-selesai. Mas paham nggak?"

"Saya paham. Tapi kamu juga butuh istirahat" Renjaka berkata dengan nada tegas.

"Ya ini aku istirahat abis ini. Hari ini juga nggak ada jadwal apa-apa sama Lia"

"Karena kamu ada meeting sampai jam segini baru kelar. Nggak bisa juga kalau mau ada schedule urus nikahan"

Renata menghela nafasnya sedikit keras, "Mas, ini yang nikah kita berdua kan, ya? Kok kayaknya cuma aku aja yang pengen beresin semuanya, kamu kaya santai-santai banget, padahal masih banyak urusan yang belum kelar?"

"Maksud kamu?"

"Aku berusaha mondar-mandir ikut Lia ngurusin nikahan kita, untuk backing kamu karena kerjaan kamu nggak mungkin ditinggal buat sekedar urus undangan dan souvenir. Aku mau kita terlibat langsung urusin nikahan kita ini, bukan cuma Lia yang repot. Because this is our day, Mas. Mas ngerti kan?"

"Bagian mana sih yang saya nggak ngerti? Kalau nggak ada kerjaan juga pasti saya akan ikut urus. Cuma kalau memang bisa di-handle Lia dan timnya, kamu bisa rehat dulu sebentar"

"Karena besok fitting, jadi aku nggak bisa absen, Mas. Dan aku nggak mau harus undur beberapa hari. Aku akan istirahat malem ini, dan besok juga kerjaanku nggak senumpuk hari ini, jadi aku pasti bakalan masih seger pas pulang kantor. Udah ya, aku mau istirahat dulu"

Renjaka mendecak pelan lalu menahan tangan Renata yang hendak turun dari mobilnya, "Ata..."

Renata menarik tangannya, "Udah ya, Mas. Biar kita sama-sama istirahat dulu aja deh hari ini. Daripada malah ujung-ujungnya berantem. We're already tired today. Good night, Mas"

Renata lalu turun dari mobil Renjaka tanpa mendengar balasan dari lelaki itu. Renjaka menghela nafasnya pelan melihat Renata masuk ke dalam rumah kostnya. Setelah wanita itu sudah tidak terlihat lagi, barulah Ia menjalankan mobilnya meninggalkan kost Renata.

***

Sekitar 3 hari semenjak malam perdebatan mereka, Renata benar-benar tidak bisa bertemu dengan Renjaka karena jadwal pekerjaan laki-laki itu yang cukup padat. Ditambah di saat makan siang dan sepulang kerja, Renata harus beberapa kali menemui Adelia untuk urusan pernikahannya, tanpa didampingi Renjaka. Tidak masalah bagi Renata, karena Ia tahu, laki-laki itu disibukkan dengan pekerjaannya.

Mereka baru bertemu di waktu weekend ketika mereka akan melakukan fitting bersama. Renjaka menjemput Renata dengan Adelia yang ikut bersama di mobil mereka. Ketika melihat Renata yang sudah mendekati mobil mereka, Adelia membuka jendelanya dan bersiap turun untuk pindah ke bangku belakang ketika Renata menahannya, "Lia, nggak apa kamu di depan aja. Biar aku di belakang" 

Adelia terlihat bingung mendengar perkataan Renata, lalu beralih pada Renjaka yang hanya menghela nafas pelan di tempatnya, kemudian melihat Renata masuk ke bangku penumpang di belakang. 

Adelia melihat pasangan tersebut yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Ia tersenyum kecil menyadari bahwa pasti sedang terjadi pertengkaran di antara mereka. Cobaan menjelang pernikahan, ujar Adelia dalam hati. Kemudian mengeluarkan tabnya dan membuka pembicaraan agar suasana tidak terasa sepi karena perang dingin antara Renata dan Renjaka. Ia lalu melaporkan mengenai progress acara pernikahan, sambil menginformasikan hal apa saja yang sudah dan belum diselesaikan. Renjaka hanya bergumam beberapa kali, sedangkan Renata mengangguk dari tempatnya sambil bertanya beberapa hal yang belum jelas. 

Never Been Easy [Completed]Where stories live. Discover now