D U A B E L A S

29.4K 2.8K 20
                                    

Renjaka menghempaskan tubuhnya pada sandara kursi kerjanya setelah Ia menyelesaikan conference meeting dengan salah satu vendor proyek perusahaannya yang telah berlangsung hampir 3 jam lamanya. Ia melihat waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam pada jam di pergelangan tangan kirinya, kemudian mengalihkan pandangan pada jendela di belakang mejanya yang menampakkan cuaca hujan di luar gedung kantornya.

Tidak berapa lama, terdengar bunyi yang berasal dari perutnya menandakan perutnya yang kosong minta diisi. Teringat Ia hanya makan sedikit saat makan siang tadi karena Ia diburu untuk menghadiri meeting di kantornya. Beranjak hendak ke toilet sebelum memesan makan malamnya, Renjaka dikagetkan dengan keberadaan Renata yang masih duduk di tempatnya di luar ruangan Renjaka.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Renjaka tegas pada sekretarisnya itu. Renjaka menyadari nada suaranya yang meninggi saat bertanya akibat keterkejutannya melihat Renata yang masih di kantor padahal jam kerja sudah usai sejak jam 5 tadi. 

Sedikit terkejut mendengar pertanyaan Renjaka, Renata kemudian menjawab, "Saya pikir mungkin Bapak masih butuh bantuan saya untuk disiapkan dokumen atau apapun karena Bapak masih meeting sejak tadi. Karena Nia sudah pulang duluan tadi, jadi saya yang stand by" Renata menjelaskan alasannya yang masih berada di kantor sampai sekarang. 

Melihat Renjaka yang masih diam di tempatnya, Renata kemudian berdiri dan merapihkan barang-barangnya bersiap untuk segera pulang, "Kalau tidak ada yang bisa saya kerjakan lagi, saya pamit pulang kalau beg..."

"Sebentar!" Renjaka menghela nafasnya sambil mengalihkan mukanya dari Renata, menyadari kalau suaranya masih meninggi dan tajam. Entah kenapa selalu seperti ini apabila berhadapan dengan Renata.

Renjaka kembali menghadap Renata yang masih menunggu instruksi darinya, "Bisa pesankan saya makan malam, sebelum kamu pulang?"

Renata mengangguk cepat, "Bisa, Pak. Bapak mau makan malam apa?"

"Apa saja."

Renata mengangguk lalu mengangkat telepon di mejanya setelah melihat Renjaka berjalan menjauh dari mejanya. Baru akan menekan nomor layanan pesan antar yang biasa dihubungi kalau Renjaka membutuhkan makanan di kantor, Renata kembali menghentikan gerakannya ketika Renjaka bersuara, "Pesan buat kamu sekalian"

Tanpa menunggu jawaban Renata, Renjaka melanjutkan langkahnya menuju toilet sesuai dengan niat awalnya tadi. Meninggalkan Renata yang masih terdiam sesaat mendengar perintah dari atasannya itu.

***

Setelah menyelesaikan makan malam dan mengerjakan beberapa hal, Renjaka beranjak dari kursinya untuk pulang. Membuka pintu ruangannya, Ia kembali terkejut karena Renata ternyata masih duduk di kursinya sedang berbicara di depan layar handphonenya sambil tersenyum lebar. Sepertinya sedang video call dengan lawan bicaranya. 

"Iya, Bu, ini Ata juga udah mau pulang. Bos Ata juga masih ada di ruangan, Nia kan udah pulang on time tadi, kasian bumil kalo pulang malem-malem. Gak enak kalau Ata pulang duluan juga, nanti kalo Pak Bos butuh apa-apa, gak ada yang bantuin"

Dari seberang sana, seorang wanita menanggapi penjelasan Renata, "Yaudah atuh, Neng. Hati-hati nanti nyetirnya ya. Jangan ngebut"

Renjaka melihat senyum di wajah Renata semakin lebar mendengar perkataan Ibunya, tanpa disadarinya, senyum kecil ikut terpasang di wajah Renjaka melihatnya. 

"Iya, Bu. Nanti Ata kabarin kalau udah sampe rumah ya"

Menyadari Ia yang sudah terlalu banyak mendengar pembicaraan yang sebenarnya tidak perlu ia dengarkan, Renjaka membuka lebar pintu ruangannya dan melihat Renata yang segera mengakhiri video callnya dengan sang Ibu lalu berdiri menyambut Renjaka, "Sudah mau pulang, Pak?"

Renjaka mengangguk kecil, "Kamu kenapa masih di sini? Bukannya tadi saya sudah mengijinkan kamu untuk pulang duluan? Tidak perlu menunggu saya"

Bukannya sungkan atau takut mendengar suara Renjaka yang tegas, Renata malah tertawa lebar menanggapinya, "Tadi saya juga makan dulu di sini, Pak, sekalian nunggu hujannya agak reda"

Renjaka hanya diam berdiri di tempatnya yang membuat Renata juga diam di belakang mejanya, berniat untuk membiarkan bosnya itu untuk pergi duluan baru Renata juga akan beranjak pulang. 

"Nunggu apa lagi? Ayo pulang" perkataan Renjaka sukses membuat Renata terkejut untuk yang kesekian kalinya dalam beberapa waktu terakhir ini. 

"Eh iya, Pak." Renata lalu mengambil tasnya dan berjalan mendahului Renjaka menuju lift yang membawa mereka turun ke lantai bawah. 

Suasana tetap sunyi sampai lift yang membawa Renjaka dan Renata tiba di lantai bawah, Renata mempersilahkan Renjaka untuk keluar di lobi, sedangkan Ia akan turun di basement karena Ia memarkirkan mobilnya di sana.

Melihat Renjaka yang menatapnya bingung karena Renata tidak ikut keluar dari lift, Renata lalu tersenyum lebar sambil berkata, "Mobil saya di basement, Pak. Silahkan" Renata mempersilahkan Renjaka untuk ke luar. 

Begitu ada di luar lift, Renjaka sempat menoleh kepada Renata sebelum pintu lift menutup, "Hati-hati" kemudian lelaki itu berjalan meninggalkan lift yang pintunya tertutup yang membawa Renata menuju lantai basement dengan ekspresi kaget mendengar perkataan singkat atasannya itu. 

***

Begitu sampai di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Renjaka menemukan anaknya yang tertidur di atas pangkuan Adelia yang masih asyik menyaksikan tayangan di televisi di depannya. Laki-laki itu berjalan menuju tempat Adelia duduk, lalu ikut duduk di sebelahnya, "Malem banget Mas pulangnya?" tanya Adelia.

Renjaka mengangguk lalu mengelus pelan rambut hitam anak laki-lakinya, "Iya, tadi ada kerjaan sedikit belum selesai, terus makan malem dulu"

"Makan di kantor?"

Renjaka hanya mengangguk. Adelia memperhatikan wajah kakaknya yang masih memandang anaknya yang tertidur dengan senyum kecil tersungging di wajahnya, "Abis makan malem sama siapa?" tanya Adelia.

"Sendiri" 

"Di kantor?" Renjaka hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Gak ditemenin Nia?"

Kali ini Renjaka menggeleng, "Nia pulang on time tadi"

Adelia kemudian tersenyum lagi, kini terpasang senyum menggoda di wajahnya, "Berarti ditemenin Renata?"

Renjaka memandang wajah adiknya yang tersenyum semakin lebar karena mengira jawabannya benar, Renjaka hanya mendengus lalu mengambil Rendra dari pangkuan Adelia. 

"Pantesan kayaknya lo gak keliatan capek pulang lembur, ternyata lemburnya ditemenin Renata"

Renjaka berjalan meninggalkan Adelia menuju kamarnya, "Gak ada hubungannya, Li"

"Makanya dibuat jadi ada hubungan dong, Mas"

Renjaka mendelik mendengar perkataan Adelia yang membuat Adelia tertawa, "Seru loh pacaran di kantor. Jadi bisa pacaran sambil kerja"

"Ngaco!" hardik Renjaka sambil berjalan menaiki tangga menjauhi Adelia yang masih tertawa semakin keras. 

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang