E M P A T T I G A

23.9K 2.1K 11
                                    

Double update. Enjoy

---

Perjalanan ke Bandung Renata dan Renjaka kali ini bisa dilaksanakan dengan berangkat cukup pagi dari Jakarta karena sekarang Rendra ikut bersama mereka. Awalnya Renata sempat menolak keinginan Renjaka untuk berangkat ke Bandung bersamanya, "Mas nanti nggak sempet main sama Rendra" ujar Renata kala itu yang malah membuat Renjaka mengajukan usul, "Yaudah, Rendra ikut juga aja ke Bandung. Sekalian kenalan sama calon neneknya" yang mendapat cubitan di pinggangnya dari Renata. 

Renata melirik ke belakang tempat Rendra duduk, di sebelahnya babysitter Rendra juga ikut. Karena Renata yang berencana menginap di Bandung nanti sehingga Renjaka harus pulang tanpa Renata. Jadi mereka mengajak babysitter Rendra untuk menjaganya saat perjalanan pulang nanti. 

Renjaka melihat Renata yang hanya duduk diam di bangkunya sambil menatap jalanan yang cukup ramai di weekend ini. Tangan laki-laki itu kemudian terulur dan mengusap pelan surai hitam Renata, "Kok diem aja? Ngantuk?"

Renata tersenyum kecil lalu menggeleng. Renjaka kembali berkata, "Tidur aja dulu, nanti kalau sudah dekat, saya bangunin"

"Nggak ngantuk kok"

"Terus kenapa diem aja daritadi hmm?" tanya Renjaka lagi, "Ngekhawatirin apa?"

Setelah merapihkan rambutnya yang agak acak-acakan karena terus dielus oleh Renjaka sepanjang jalan tadi, Renata berkata, "Mas pokoknya kalau ada omongan Abi yang gak enak, nggak usah dimasukin ke hati ya, Mas. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri aja ya"

Renjaka tertawa, kembali mengacak rambut Renata, "Jadi daritadi mikirin itu? Takut saya jiper ketemu kakak kamu?"

"Mas emang gak khawatir? Aku udah pernah ceritain sifat kakak aku kaya gimana kan, kalau ketemu sama laki-laki yang deket sama aku?"

"Iya, pernah. Tapi saya gak khawatir tuh"

"Aku yang khawatir" Renata mendesahkan nafasnya kasar. Membuat Renjaka kembali tertawa.

"Agak grogi aja dikit. Ibaratnya kalau ngegame nih, saya mau ketemu raja terakhir supaya bisa menang. Karena kalau kakak kamu sudah oke, saya bisa bawa keluarga saya untuk lamar kamu langsung kan?"

Renata memukul paha Renjaka karena di saat dirinya sedang benar-benar khawatir, laki-laki di sebelahnya ini malah menggodanya.

"Do not worry, Sayang. Sebenernya saya nggak mau sombong sih, cuma kamu harus ingat pacar kamu ini direktur yang sering lobi orang sana-sini loh, Ta. Ketemu sama orang yang sulit dilobi juga saya sering kok. Walaupun kakak kamu bukan masuk dalam hitungan klien kantor juga sih. Cuma ya, kalau saya gak yakin, saya bisa nembus pertahanan kakak kamu, gimana saya bisa yakinin dia untuk mau nerima saya jadi adik iparnya?"

Renata menatap Renjaka, menunggu laki-laki itu melanjutkan kalimatnya karena Ia tahu, Renjaka masih belum menyelesaikan perkataannya. 

"Kakak kamu protektif sama kamu karena dia sedang menjalankan perannya, bukan cuma sebagai kakak kamu, tapi juga ayah kamu, Ta. Saya sangat memaklumi sekali semua itu. Saya sudah cukup bersyukur, Ibu sudah sangat open sekali ke saya kemarin. Perjuangan saya baru dimulai sebentar lagi pas ketemu kakak kamu"

Mobil Renjaka sudah memasuki kawasan Bandung dan berhenti di salah satu lampu merah, Renjaka kemudian menarik satu tangan Renata dan dibawanya ke atas pangkuannya, "Saya cuma butuh support kamu, Ta. Saya butuh kamu sama yakinnya sama saya, kalau we belong to each other. Kalau nanti saya menemukan kesulitan, saya mau kamu yang menguatkan saya biar saya bisa terus maju buat lawan semua kesulitan itu. Kalau kamu anggap kakak kamu ini salah satu hal yang mesti saya hadapi dengan sulit, tolong kamu bantu saya untuk menguatkan saya. Saya nggak merasa kesulitan sebenarnya, cuma saya minta ke kamu untuk yakin sama saya. Bisa?"

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang