E N A M S A T U

26.5K 1.9K 22
                                    

Waktu menunjukkan pukul 8 malam ketika Renjaka mengantar Renata pulang setelah mereka hadir dalam satu meeting bersama dan baru selesai 30 menit yang lalu. Renjaka sudah menangkap wajah lelah Renata selama meeting tadi, namun wanita itu masih tetap memasang senyum ceria khas nya dan berkata tanpa suara, 'I'm okay' ketika Renjaka menanyakan mengenai kabarnya melalui chat

Namun wajah lelah itu tidak bisa disembunyikan ketika mereka sedang di mobil saat ini, berulang kali Renata menguap selama perjalanan membuat Renjaka menyuruhnya untuk tidur saja.

"Jangan, Mas. Nanti malah aku nggak bisa tidur pas udah sampe kost, kalo sekarang tidur. Lagian Mas jadi nggak ada temennya nyetir" Renata memasang tawa lebarnya menolak perintah Renjaka untuk tidur. 

Selain karena pekerjaan yang memang sedang cukup banyak, persiapan pernikahan mereka yang cukup kilat juga membuat tenaga wanita itu cukup terkuras akhir-akhir ini. Adelia sering sekali mengajaknya bertemu untuk membahas segala hal. Beberapa kali Renjaka juga ikut hadir, namun terkadang harus absen karena masih memiliki jadwal lain yang tidak bisa ditinggalkan. Renata memaklumi hal itu karena posisi Renjaka membuat pekerjaannya tidak bisa digantikan oleh orang lain. 

Renjaka kemudian mengusap rambut Renata lalu berkata pelan, "Sayang..." membuat Renata menolah sambil mengangkat alisnya menatap Renjaka, "Besok abis ngantor langsung pulang aja ya. Kalau ada urusan yang mesti didiskusiin, minta Lia kirim via email, kamu cek dari rumah ya"

Renata menggeleng pelan, "Nggak bisa, Mas. Aku besok mesti fitting lagi buat baju akad. Kemarin abis ngukur lagi, jadi besok mau ngepas kalau misalkan ada yang kurang"

"Bisa ditunda nggak, fitting-nya? Muka kamu capek banget, Ta"

"Kayaknya nggak deh, Mas, kalo baju. Ini baru baju akad, kan masih ada baju resepsi juga. Jadi biar satu kelar bisa lanjutin ke yang lain"

"Saya bilang Lia buat pindah weekend ya fitting-nya, nanti saya yang anter"

"Nggak bisa, Mas, weekend nanti kan fitting jas kamu juga. Aku sekalian fitting baju resepsi"

"Tapi besok kamu nyetir sendiri, saya nggak bisa anter karena masih ada meeting di luar sekalian dinner"

"It's okay, kan biasanya juga aku sendiri kalo pas kamu nggak bisa"

"Ta, jangan dipaksain dong kalau kamu capek. Di meeting tadi aja kamu udah kuyu banget loh. Kalau dipaksain ntar kamu sakit"

"I'm okay, Mas. Ini karena capek seharian memang numpuk banget kerjaannya karena buat meeting tadi. Besok juga seger lagi"

"Bisa nggak, kamu nurut saya dulu sekali aja?" nada bicara Renjaka mulai meninggi.

Renata menoleh kaget, "Mas, kita tuh dikejar waktu loh. Udah tinggal 1,5 bulan lagi ke hari H, masih banyak yang perlu diurus. Aku nggak mungkin serahin semuanya sama Lia, aku juga mau liat progressnya, Lia juga butuh pertimbangan kita kalau mau apa-apa kan?"

"Terus apa gunanya kita minta bantuan Lia untuk urus ini itu kalau kamu masih capek bolak-balik sana-sini?"

"Yang nikah kan kita, kenapa malah Lia yang sibuk banget terus kita cuma iya-iya aja nerima laporan dari Lia? Aku nggak mau! Aku mau ikut semua urusan yang perlu dilakuin buat acara kita"

"Saya paham, tapi kamu sudah capek kerja seharian, pulang ngantor masih urus ini itu. Minta tolong Lia buat koordinasi via email, atau video call, atau apapun yang penting kamu bisa istirahat"

"Ini resiko yang mau nggak mau harus kita jalanin, Mas. Kamu sendiri yang minta acaranya tanggal segitu kan? Yasudah, jadi ya kita perlu ngebut ngurus semuanya. Capek dan lelah nya ini ya harus dinikmatin juga"

Never Been Easy [Completed]Where stories live. Discover now