T I G A T I G A

29.3K 2.6K 16
                                    

huft sebenernya mau double update kemarin

tapi kayanya wp nya error jadi gabisa publish cerita

jadi sekarang aja :)

enjoy...

---

Renjaka pamit sambil lalu dan mengatakan bahwa Ia perlu meneruskan diskusi dengan Jaendra di luar kantor. Renata hanya mengangguk sebagai jawaban. Tidak ada chat atau telepon setelahnya. Sepertinya kesalahan Renata tadi cukup membuat mood bosnya itu buruk terhadapnya. Ketika merasa bahwa semua pekerjaannya sudah selesai hari ini, Renata merapihkan barangnya kemudian bergegas untuk pulang.

Seampainya di kost dan setelah membersihkan diri, baru saja akan memakai skincare rutin malam harinya, handphone Renata berbunyi. Melihat nama Renjaka di layarnya, Renata menahan nafasnya sesaat. Bersiap untuk mendengar, mungkin, lanjutan omelan dari Renjaka, Renata duduk di atas kasurnya dengan badan tegak, lalu menjawab panggilan Renjaka.

"Assalamualaikum, Pak" Renata masih memanggilnya dengan formal. Rasanya tidak pas memasang suasana akrab untuk saat ini.

"Waalaikumsalam" setelah itu tidak ada lagi suara dari Renjaka.

Renata menatap handphone-nya untuk memastikan bahwa panggilannya masih tersambung, "Halo, Pak Renja?" panggil Renata.

Terdengar desahan nafas pelan, "Ta, saya ada di depan kost kamu. Can you come for a second?" ujar Renjaka.

Renata terkesiap lalu berjalan ke arah jendela dan menyibak hordengnya. Terlihat mobil Renjaka yang terparkir di depan. Ia segera mengambil cardigan untuk menutupi pakaian tidurnya, kemudian berjalan keluar kamarnya, "Sebentar, saya ke luar, Pak"

Begitu sampai di samping mobil Renjaka, Renata mengetuk pelan kaca jendelanya. Setelah mendengar bunyi central lock yang terbuka, Renata langsung masuk ke dalamnya.

Dengan wajah yang sedikit panik, Renata membuka suara, "Pak, ada yang perlu saya bantu lagi atau gimana? Kok sampe nyamper ke sini?"

Renjaka hanya diam di tempatnya memandang wajah Renata yang sudah bersih dari riasan make upnya. Kemudian Renjaka menggeleng pelan sambil tersenyum kecil.

"Mas?" panggil Renata, kali ini wajahnya bingung.

Senyum di wajah Renjaka melebar mendengar panggilan Renata, "Saya nyebelin banget ya, Ta?"

Mata Renata membola mendengar pertanyaan Renjaka, "Maksudnya?"

Renjaka menyugar rambutnya yang membuatnya semakin berantakan, "Marah-marah nggak jelas sama kamu cuma gara-gara salah gambar. Saya rese banget ya jadi atasan kamu?"

Renata kini mulai mengerti maksud kedatangan Renjaka malam ini. Mendesah nafas lega, Ia tertawa, "Sudah biasa, Mas. Awal-awal kerja kamu lebih nyebelin"

"I'm sorry" Renjaka mengelus pelan rambut Renata.

"No, you don't have to. Kan emang aku yang salah kasih gambar. Aku belum update sama Pak Syahrizal ternyata" ujar Renata sambil tertawa sumbang, mengingat kesalahannya hari ini. 

"Harusnya Saya gak perlu sampai ngomel kaya tadi. Toh kamu tinggal minta aja, kan abis itu beres"

"Ya wajar lah, Mas, kalau kamu marah. Udah deket launching tapi aku malah nggak siapin dokumen yang kamu butuhin"

"Tapi saya tetep minta maaf, karena jadi lampiasin keselnya ke kamu"

"Terus mau ngomel ke siapa? Pak Jaendra?" tanya Renata sambil tertawa.

Never Been Easy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang