Chapter 12.

1.7K 244 14
                                    

DWELLING

.

.

.

“Jika memang itu yang dimaksud ayah dengan peduli, maka serahkan ibu kepada kami.”

“Jika memang itu yang dimaksud ayah dengan peduli, maka serahkan ibu kepada kami.”

“Jika memang itu yang dimaksud ayah dengan peduli, maka serahkan ibu kepada kami.”

Maka serahkan ibu kepada kami.

PRANG!

Akashi membanting gelas pada dinding kantor. Rasanya, amarahnya menggelegak saat mendengar ucapan kedua putranya.

Marah, sedih, sesak juga patah hati yang meluluh lantakkan dada.
Mengapa dari semuanya, harus kedua buah hatinya yang berucap demikian?

Ucapan itu begitu terngiang-ngiang, berputar bagai kaset rusak yang membuat otak Akashi nyaris meledak akan rasa frustasi yang datang.

Jika itu orang lain, tentu Akashi tidak akan terusik, atau menutup mulutnya sekalian. Tapi mengapa harus Gakushuu dan Karma?

Hubungannya dengan Tetsuya memang bisa dibilang karam, namun Akashi tidak bisa melepas Tetsuya dalam hidupnya.

Akashi menghela nafas. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri, mencoba agar otaknya tetap berpikir dengan jernih.

Tetsuya telah menjadi bagian darinya, meski secara hukum mereka tidak lagi bersama. Tidak peduli bagaimana cara Akashi menepis, tidak bisa menghapus Tetsuya. Bahkan, kekasih-kekasih yang hadir, pada akhirnya hanya sebuah topeng untuk menyembunyikan segalanya.

Hatinya masih tertaut pada satu nama.

Hatinya masih memanggil nama yang sama.

Malam-malamnya, mimpi-mimpinya, semuanya masih sama.

Hanya Tetsuya.

Untuk semua yang dituduhkan anak-anaknya, untuk semua yang dilihat orang, itu hanyalah cara Akashi melarikan diri atas keegoisannya untuk memiliki Tetsuya sepenuhnya.

---

Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Original Story by Gigi

 

An Akakuro Fanfiction

Family & Romance; Male pregnant; Out of character

---

Pernikahannya dengan Tetsuya, tentu membuat Akashi bahagia. Bagaimana tidak bahagia jika kau berakhir dengan seseorang yang dicinta? Untuk itu, tanpa banyak menunggu, Akashi dengan lancar mengucap janji dihadapan Tuhan.

Didepan keluarga, didepan teman-teman dekat mereka.

“Aku bersedia.”

Begitu Tetsuya menutup ikrar cinta mereka dihadapan Tuhan, Akashi menjatuhkan ciuman mesra. Ciuman pertama mereka dalam membina rumah tangga.

DWELLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang