Pak Linggar balas memeluk anaknya yang masih berusia 5 tahun itu.

"Udah jangan nangis, nanti ayah beliin yang baru lagi."

"Hiks. Ndak mau! Ini kesayangan Gina!"

"Terus ayah harus gimana?"

"Stt. Abang, aku pinjem pesawatnya dong..." Bisik Gatya masih bisa-bisanya cari ribut lagi.

"Ih kan tadi kamu mau pinjemnya mobil-mobilan! Udah abang kasih, itu, mobil-mobilannya!" Amuk Garga lama-lama kesal juga sama adik pertamanya itu.

Pak Linggar yang diam-diam menyimak, menggelengkan kepalanya, pusing. Ini masalah Gina aja belum kelar, nambah lagi masalah anak laki-laki.

"Gatya, ayah mau tanya," panggil pak Linggar pada akhirnya. "Apa betul ini mainan Gina kamu yang rusakin?"

"Iya!"

"Engga!"

Suara Gina dan Gatya melengking secara bersamaan. Dalam kepala, pak Linggar makin pusing!!

Kalau bisa pilih pasti pak Linggar lebih milih operasi pasien-paseinnya dengan berbagai macam jenis penyakit di rumah sakit daripada ngadepin anak-anaknya ini.

"Ada apa sih ini?" Tau-tau Rheta muncul dari balik pintu dengan baju tidur santinnya dan muka bantalnya yang keliatan masih ngantuk banget.

"Bundaa!!!"

"Bundaa...!"

"Bundaa!"

Ketiga anaknya langsung menyerbu Rheta. Berebutan ingin memeluk dan dipeluk oleh wanita itu. Kini yang berhasil dapat gendongan Rheta adalah Gina.

Si bungsu langsung menenggelamkan wajahnya di leher Rheta sambil mengadu banyak hal tentang pagi ini.

Sementara pak Linggar yang dicuekin, cuma bisa tersenyum tipis. Tidak, dia bukan iri karena Anak-anaknya lebih lengket sama Rheta. Tapi justru pak Linggar terkagum-kagum.

"Kalian berantem lagi? Pagi-pagi gini udah berantem emang gak haus? Bunda yang lagi tidur jadi keganggu tau," omel Rheta mode ibu-ibunya keluar.

"Maaf bunda..." Sesal ketiganya secara kompak.

"Jangan diulangi lagi ya? Kalau main itu harus akur. Emang kalian mau main gak punya temen?"

"Engga bunda..."

"Itu gak mau. Besok lagi kalau main harus  baik-baik ya?"

"Iya bunda..."

Pak Linggar tidak bisa lagi menyembunyikan senyum lebarnya. Anak-anaknya selalu kicep kalau diomelin Rheta. Tapi nanti, tetep aja diulangin lagi kesalahannya masing-masing.

Dasar anak-anak kecil. Ngeselin tapi gemesin diwaktu yang bersamaan.

"Yaudah sekarang pada cuci muka dulu sana. Bau jigong semua, bunda sampe mau pingsan nih." Canda Rheta memperagakan kepala pusing ala-ala.

Pak Linggar lagi-lagi terkekeh melihat tingkah istrinya itu.

"Mamah juga mau jigong," celetuk Gatya tiba-tiba dengan polosnya melepas pelukannya di kaki Rheta.

Pak Linggar, Gina dan Garga sudah tertawa mendengar itu.

"Owh Gatya gitu yaa sama mamah..." Berubah Rheta pura-pura memincing pada anak tengahnya itu.

Tanpa aba-aba Rheta lalu menyerang Gatya dengan ciumannya di pipi. Gatya kegelian sampai tertawa terbahak-bahak.

"Bundaa ampunnn!! Ahaha!"

Pak LinggarWhere stories live. Discover now