Bagian 24 : Bolos

Start from the beginning
                                    

"Beneran nggak mau dilepas nih?" tanya Alvaro dengan nada sedikit menggoda.

Ara melerai pelukannya, kemudian ia menatap Alvaro sembari tersenyum. "Aku baru pertama kali pelukan sama cowok selain ayah." kata Ara.

"Spesial dong aku jadi cowok pertama yang peluk kamu. Lama lagi," Lagi-lagi Alvaro menggoda Ara.

Ara tersenyum lagi, "Kak Alva pasti udah banyak cewek yang dipeluk," ujarnya. Tiba-tiba rasa insecure mulai timbul dalam diri Ara.

"Ehm, berapa ya? Coba aku inget-inget dulu!" ujar Alvaro yang mulai berpura-pura menghitung dan membuat Ara kesal.

Ara mengacak rambut Alvaro cukup kasar, "Dasar playboy!" ujarnya marah.

Bukannya Alvaro marah karena rambutnya berantakan, tetapi cowok itu malah tertawa renyah, "Ciee cemburu!" godanya. "Memang bukan kamu yang pertama aku peluk, tapi kamu yang pertama buat aku nyaman dipeluk dalam waktu cukup lama." kata Alvaro menjelaskan.

Pipi Ara memerah mendengarnya. Ia cukup malu karena ucapan Alvaro. Lagi-lagi jantungnya berdegup kencang. Ara jadi takut ia punya penyakit jantung jika terus-terusan berada di dekat Alvaro seperti ini.

"Ra, besok kan hari sabtu, mau jalan-jalan?" tanya Alvaro, cowok itu kini kembali duduk di aspal dan diikuti pula oleh Ara yang duduk di sebelah kirinya.

"Ehm, mau sih kak, tapi kayanya nggak bisa deh. Ara harus bantuin ibu buat kue dan dijual deh. Kalo hari minggu aja gimana?" tawar Ara.

"Hari minggu aku ke gereja dong, Ra,"

Astaga, Ara baru saja ingat jika ia tengah berpacaran dengan Alvaro yang notabene beragama katholik.

"Ah iya, maaf kak aku lupa." ujar Ara yang merasa tak enak.

Alvaro terkekeh, "Santai aja kali, takut banget kayanya. Aku nggak bakal bisa marah lagi ke kamu."

"Emm, besok aku ke rumah kamu aja ya? Ngapelin kamu sekalian bantu camer nyiapin kue!" ujar Alvaro memberi ide.

"Eh kak--"

"Udah nurut aja!"

*****

Bel pulang sekolah telah dibunyikan sejak 5 menit yang lalu. Beberapa siswa sudah berhamburan keluar sekolah untuk segera pulang, namun juga ada yang masih di sekolah, entah untuk ekskul, piket, atau mengerjakan tugas sekolah yang belum terselesaikan.

Mauren dan Feli masih berada di dalam kelas untuk mencatat tugas mereka yang harus dikumpulkan besok pagi. Bu Cheny-- sang guru matematika di kelas X IPA 5 memang sangat kejam. Beliau memberikan tugas matematika sebanyak 15 soal dan harus dikumpulkan besok pagi. Padahal murid-muridnya banyak yang tak paham dengan yang dijelaskannya tadi, namun tiba-tiba malah diberikan tugas sebanyak itu.

"Eh, Ara kemana sih? Kok nggak balik sampe bel pulang sekolah?" tanya Feli yang tengah membereskan buku-bukunya.

"Diajak pacaran kali sama kak Alva. Kan mereka lagi seneng-senengnya baru jadian." balas Mauren.

"Iya juga sih. Tapi kok Ara mau bolos sih, dia kan anti banget sama bolos. Bahaya nih kalo dia terus-terusan diajak bolos sama kak Alva!"

"Nggak akan. Ara pasti bisa kok bedain mana yang baik buat dia dan mana yang buruk. Tenang aja," kata Mauren yang berusaha menenangkan pikiran buruk Feli.

Tak lama kemudian, Ara muncul dihadapan Feli dan Mauren yang membuat kedua gadis itu terkejut.

"Bu Cheny ngasih tugas gak?" tanya Ara dengan sedikit panik.

"Darimana aja neng? Mentang-mentang punya pacar malah bolos pelajaran!" sindir Feli.

"Iya sorry-sorry, kak Alva tuh sesat malah ajakin gue bolos!" kata Ara. "Jadi gimana ada tugas gak?"

"Ada banyak tuh. Langsung catet aja materinya." ujar Mauren memberikan interupsi.

"Oh ya, tadi Bu Cheny nggak nanyain gue kan?" tanya Ara pada Feli dan Mauren.

"Makanya jangan bolos! Lo punya pacar harusnya bukan buat bolos-bolosan gini dong!" ujar Feli yang sewot pada Ara. Feli bukannya iri pada Ara yang tengah memiliki kekasih saat ini, namun Feli hanya khawatir jika Ara berada di jalan yang tidak benar. Feli tidak mau Ara yang dulunya rajin, tidak pernah bolos, tidak pernah telat dan tidak pernah ada coretan merah di buku kesiswaannya menjadi berubah sekejap hanya karena berpacaran dengan Alvaro. Feli hanya takut jika Alvaro membawa dampak yang buruk bagi Ara.

"Udah Fel, udah," ujar Mauren menenangkan. Kemudian Mauren menatap Ara, "Jangan diulangi lagi kaya gini. Untung aja Bu Cheny nggak ngeh kalo lo bolos hari ini. Kalo sampe beliau tau bisa abis lo, Ra," ujar Mauren yang kini ikut menasehati Ara namun dengan kata-kata yang halus agar tak menyakiti hati gadis itu.

"Iya iya sorry, Ren, Fel. Gue nggak bakal ngulangin kaya gini lagi kok. Jangan marah sama gue ya," ujar Ara menyesal.

"Udah nggak papa. Sekarang mendingan lo tulis materinya dan jangan lupa kerjain tugasnya." ujar Mauren mengingatkan.

"Siap, thanks ya, Ren!" balas Ara. Ara langsung mengeluarkan buku tulis dan bulpoinnya. Ia harus menulis dengan cepat agar ia bisa segera pulang dan mengerjakan tugas yang diberikan Bu Cheny.

"Mau ditungguin?" tanya Feli. Meskipun gadis itu tengah marah pada Ara namun Feli masih peduli dengan Ara karena bagaimanapun Feli sudah menganggap Ara dan Mauren seperti keluarganya sendiri.

Ara tersenyum mendengarnya, "Enggak usah. Kalian duluan aja. Gue bisa pulang sendiri kok nanti."

"Nggak pulang sama kak Alva?" tanya Feli lagi.

Ara mengangkat kedua bahunya, "Dia ada latihan basket. Kalo kelamaan ya gue balik duluan nanti cari angkot." ujarnya.

"Gue tungguin ajalah. Gue yang anter lo pulang daripada lo kenapa-kenapa nanti." kata Mauren dengan nada sedikit khawatir.

"Iya nih, balik bareng kita aja." Feli menyahuti ucapan Mauren.

"Nggak usah, Ren, Fel. Kalian berdua balik duluan aja. Gue nggak enak ngerepotin kalian terus!" kata Ara.

"Apaan sih, Ra, lo kaya sama siapa aja. Gue sama Mauren juga nggak pernah ngerasa direpotin kok!" ujar Feli.

"Iya tapi gue yang nggak enak sama lo berdua. Udah pulang aja. Gue bisa jaga diri kok."

"Serius nih?" tanya Mauren memastikan.

Ara mengangguk mantap, "Serius. Kalian balik duluan aja!"

"Oke, kalo ada apa-apa langsung hubungi gue atau Feli ya!" pesan Mauren yang dibalas acungan jempol oleh Ara.

Setelah Feli dan Mauren meninggalkan kelas, kini hanya tersisa Ara sendirian di kelas itu. Ara melanjutkan aktivitas menulisnya dan agak mempercepat agar ia bisa pulang.

*****

TERIMA KASIH YANG SUDAH MEMBACA CERITA INI❤❤

JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA YA

SAMPAI JUMPA DI CHAPTER BERIKUTNYA❤❤

(ALMOST) PERFECT [Completed]Where stories live. Discover now