Chapter 23

1K 129 41
                                    

Ehe.... *nyengir*

Moga kalian suka~

*
*
*

Waktu berlalu begitu saja meninggalkan (Name) yang termenung menatap ponselnya. Air mata mulai jatuh dan membuat penglihatannya kabur, pikirannya dipenuhi oleh kejadian setahun lalu tepat tanggal 5 oktober.

"Sekitar beberapa hari lagi, apa aku harus memberi mereka hadiah seperti tahun lalu?"

(Name) terdiam, menatap langit-langit bus berusaha menyembunyikan air matanya. Suara motor dan bus menghiasi kedua telinganya dalam keadaan parau dan bingung.

"5 Oktober..... hari yang dulu begitu kunantikan, namun hati, perasaan serta pikiranku sangat takut memikirkan hari itu...."

Tidak kuasa membendung segala emosi yang terkumpul di dadanya, (Name) mencengkram erat bajunya, meyakinkan diri nya sendiri untuk tidak menangis seperti anak kecil di tempat umum.

"Ibu.... lebih baik membelikan kotak pensil yang bisa dipencet-pencet atau baju sebagai hadiah?"

"Baju saja, karena bisa dipakai kemana-mana"

Bersamaan dengan berhentinya bus di persimpangan jalan tangis (Name) pecah. Tetes demi tetes air mata berjatuhan membuat baju yang dikenakannya basah. (Name) mengangkat kakinya ke bangku, memeluknya dengan erat dan menyembunyikan wajahnya yang basah.

Air mata adalah suatu ungkapan emosi yang paling kuat bukan? Lantas mengapa semua air mataku yang telah keluar tidak bisa mengatakan kebenaran kepada mereka..... 

Jam yang berlalu di kantornya bak sesi pertanyaan yang dilaksanakan usai presentasi. Banyak orang mempertanyakan wajah name yang terlihat sedih kalut dalam sebuah masalah ditambah matanya yang sembab membuatnya menjadi center of attention untuk seharian penuh.

Fajar telah bersiap di posisi nya untuk beristirahat, cahayanya mewarnai langit dengan sapuan warna jingga yang elok. Jalan raya dan Jalan setapak padat dengan kendaraan serta orang yang berjalan pulang ke rumah. 

Disinah (Name) berada, duduk di halte bus sendirian usai mengucapkan selamat tinggal kepada rekan kerjanya. Matanya terpejam, wajahnya datar berusaha menyembunyikan perasaan sama yang masih berakar di dalam hatinya sejak tadi pagi. 

Menunggu beberapa menit, bus berhenti tepat di depan name, membangunkannya dari lamunan. Dengan langkah lambat (Name) memasuki bus dan duduk.

Bus segera melaju dengan kecepatan stabil usai memastikan semua penumpang duduk, mengejar target yang harus dicapai selama satu hari. Warna jingga yang menghiasi langit mulai berganti menjadi gelap, angin berhembus dengan suhu yang lebih dingin dan halte demi halte sudah terlewati semua berjalan maju sesuai dengan arus waktu. Meninggalkan (Name) yang kalut dalam kenangan masa lalu.

*
*

Suara rem bus berdecit akibat dari gesekan ban bus dan aspal. Hawa dingin yang dibawa angin menyambut (Name) begitu kakinya menuruni bus. Mengangkat wajahnya, langit telah sepenuhnya gelap. Cahaya rembulan kini menghiasi langit malam bersamaan dengan ratusan bintang yang menemaninya.

Sudah kuputuskan, aku akan memberi mereka hadiah seperti tahun lalu..

"Sebuah syal, mungkin akan bagus untuk cuaca yang dingin ini..."

Senyum tipis muncul di wajahnya yang memerah karena dingin. 

"Namun... apa yang membuat hadiahku lebih berarti? Aku tidak ingin hanya memberikan sebuah 'syal'..."

(Name) termenung di tengah jalan setapak selama beberapa waktu, kepalanya penuh dengan ide-ide untuk membuat syal yang akan dia berikan lebih dari sekedar syal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Broken Relationship (MiyaTwins x Reader)Where stories live. Discover now