Chapter 18

2.5K 416 298
                                    

Chapter kali ini agak...... ya begitulah mohon bijak dalam membaca kalau ada Typoo bilang aja, Ja.... Happy for reading:)

*
*
*

Sudah lima belas menit berlalu sejak percakan terakhir (Y/N) dengan kedua orang gadis itu. Kini rasa kantuknya benar benar hilang akibat dari pertanyaan kedua gadis tadi.

Pertanyaan yang selalu membuat (Y/N) meringis pedih dan selalu membuat hatinya begitu sakit. Pertanyaan tentang Kekerabatannya dengan Miya Kembar.

Walau pada kenyataannya memang benar adanya bahwa dirinya berkerabat sedarah dengan Miya Kembar, namun kondisinya saat ini tidak memungkinkannya untuk mengatakan kebenaran tersebut.

Meski sudah berusaha untuk melupakan percakapan itu, kepala (Y/N) tidak mau menuruti keinginannya dan secara terus menerus mengulang-ngulang percakapan tadi.

Seperti Lagu yang diatur dalam mode mengulang, jika selesai maka akan terekam lagi.

(Y/N) menghembuskan napas lelah, mengistirahatkan kepalanya di meja jauh lebih baik daripada memikirkan percakapan tidak berguna tadi.

Dibenaknya (Y/N) berpikir tentang masa depan yang akan ia lalui, apakah di masa depan aku akan terus seperti ini? Atau akan berubah?

(Y/N) sendiri ingin kehidupannya berubah, merasakan kehangatan keluarganya, bersenda gurau bersama kedua kakaknya dan bergadang sembari membicarakan hal-hal yang akan terjadi di masa depan.

Memikirkannya membuat hati (Y/N) menghangat, namun jika Kami-sama tidak menyetujuinya maka semuanya akan berbanding terbalik dengan yang (Y/N) harapkan.

Pernah terlintas dibenaknya Untuk apa aku hidup? Apa aku hidup hanya untuk merasakan kesengsaraan? Mengapa Kami-sama selalu memberiku masalah? Apa Kami-sama membenciku?

Setiap pertanyaan-pertanyaan itu terlintas dibenaknya, (Y/N) selalu meneguhkan niat dan berkata dengan keras di dalam hati bahwa Kami-sama pasti punya pandangan yang berbeda tentang masalah yang sedang dirinya alami.

Alasan kenapa (Y/N) berpikir begitu karena, Hal yang buruk bagi kita belum tentu buruk juga bagi Kami-sama.

Belum lagi takdir yang kita lalui tergantung dari apa yang kita lalukan, Manusia yang merencanakan namun Kami-sama yang memutuskan.

(Y/N) menatap lekat punggung yang berada di depannya. Punggung itu milik Yachi, (Y/N) masih saja memikirkan tentang kejadian di Kantin.

Bagaimana ia bisa berbaikan dengan Yachi? Apa dia tidak akan memiliki teman di Karasuno?

(Y/N) dengan cepat menepis semua pemikirannya barusan. Di kepalanya kini terbayang-bayang skenario untuk meminta maaf kepada Temannya itu.

Skenario pertama ia akan meminta tolong kepada Daichi untuk berpura-pura menjadi Lelaki genit yang suka menggoda wanita, lalu saat Yachi digoda oleh Daichi (Y/N) dengan gagah akan menyuruh Daichi pergi.

Apabila semua sesuai dengan apa yang (Y/N) rencanakan Yachi akan menganggap dirinya sebagai penyelamat dan hubungan pertemanan mereka akan kembali seperti semula.

Namun Skenario satu memilki resiko yang besar, dirinya bisa saja menjadi patung yang terbujur kaku mengdengarkan ceramah Daichi selama berjam-jam.

Sementara Skenario kedua hanya pasrah dan menyerahkannya kepada Kami-sama, toh dirinya selalu saja sial. Jadi jika pertemanannya dengan Yachi akan berakhir (Y/N) harus menerimanya dengan lapang dada.

Jarum jam terus saja bergulir setiap detiknya, kini sudah lebih dari dua puluh menit sejak percakapan terakhir (Y/N).

Selama dua puluh menit terakhir aktifitas yang (Y/N) lakukan hanyalah membaringkan kepalanya di meja sembari memikirkan tentang malasah yang silih berganti selalu datang kepadanya.

A Broken Relationship (MiyaTwins x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang