"Kau tidak ingin membunuhnya?"

"Biarkan Uncle Jo dan Hendery yang memutuskan untuk diapakan bedebah ini." ucap Mark final.

Mark membuka ponselnya dan menghubungi seseorang. Saat panggilannya terhubung, tanpa berbasa-basi Mark memberitahukan perintahnya. "Eric, datanglah ke apotek daerah Namdaemun dan bawa beberapa pengawal. Bereskan kekacauan di sini. Lebih dari 10 menit, ku potong dua kakimu yang lamban tak berguna."

"Tenangkan mereka, Mark. Aku yang akan menjaganya sampai Eric tiba." ucap Jeno.

Mark berjalan menghampiri kedua wanita yang masih terlihat sangat terkejut dengan kejadian tadi. Bagaimana tidak tidak kalau ada dua tembakan di lepaskan secara bersamaan sehingga menimbulkan suara ledakan yang keras.

•••

"HAECHAN-IE!!!" pekik Jaemin yang ketakutan.

Jaemin berlari ke arah Haechan sampai lupa rasanya jika dirinya sedang mengandung. Dipikirannya saat ini adalah Haechan yang tidak apa-apa.

Mendengar bunyi tembakan membuat Haechan terkejut setengah mati. Terlebih kaca jendela apotek pecah hingga beberapa serpihan kaca jendela tersebut menggores lengan Haechan namun tidak terlalu parah.

Haechan berdiri kaku dengan kantong plastik yang telah jatuh. Pandangannya kosong dan tidak fokus sebab terlalu syok.

Sampai Haechan merasa dirinya di rengkuh oleh seseorang pemilik tempat ternyamannya.

"Hei, tak apa. Aku ada disini." bisikan berat dari seseorang itu membuat Haechan tersadar lalu membalas pelukannya. Ya, orang itu adalah Mark.

Kedua tangannya meremat kemeja yang dipakai Mark. Haechan semakin memasukkan kepalanya ke dada Mark dan tangisnya pecah disana. Seumur hidupnya baru kali ini Haechan melihat secara langsung adegan penembakan dan tak disangka bahwa dirinya lah sebagai sasaran.

"Sst, calm down honey calm down. Don't worry okay? I'm here." ucap Mark menenangkan Haechan. Ia tahu betul bagaimana perasaan Haechan saat ini.

Jaemin menghembuskan nafas lega saat mengetahui Haechan baik-baik saja. Syukurlah Mark datang tepat waktu. Dan juga, Jeno. Ia dapat melihat Jeno tengah menatapnya dari kejauhan dengan datar. Walau begitu, Jaemin tahu pasti Jeno mengkhawatirkannya.

Jaemin membalas tatapam datar itu dengan mengelus perutnya lalu memberikan isyarat 'I'm okay' melalu tangannya.

Haechan masih belum mau melepaskan pelukan Mark. Menuntaskan rasa takutnya kepada pria itu.

Mark melepaskan salah satu tangannya yang melingkupi tubuh Haechan. Hendak melayangkan ke puncak kepala Jaemin untuk mengusapnya dan mengurangi rasa keterkejutan wanita itu, namun Jaemin lebih dulu menghindar.

"Kau mau apa?!" Jaemin bertanya sedikit nyalang.

"Ck. Niatku baik untuk menenangkanmu." jelas Mark. Tapi Jaemin dengan cepat menggeleng.

"Tidak perlu. Jangan berani menyentuhku, Mark! Aku tak mau sifat menyebalkanmu menular ke anakku."

•••

Eric datang dengan 5 anak buah Mark sebelum 10 menit. Nafas pria itu memburu karena takut terlambat datang. Ingat, ia tadi berada di tempat Kris yang mana lebih jauh. Bahkan bisa memakan waktu 20 menit. Tapi tuan muda nya itu yang terkadang tidak memiliki otak menyuruhnya untuk datang tidak lebih dari 10 menit.

"Apa yang terjadi, Tuan?" tanya Eric kepada Jeno.

"Dia membuat ulah. Aku sudah menghubungi ambulance. Bawa dia ke rumah sakit. Itu perintah Mark." Jeno melepaskan pegangannya di tubuh Kris. Bergantian dengan anak buah Mark. Pria paruh baya itu terlihat tak berdaya. Setelahnya Jeno menyusul Mark dan menghampiri Jaemin yang sudah siap dipeluk olehnya.

Eric berlutut di hadapan Kris. Wajah pucat pria itu menyapa penglihatan Eric. Astaga, Eric saat ini ingin sekali tertawa. Belum lama Eric menyapa pria itu dengan kostum palsunya, kini ia kembali menyapanya dengan identitas asli.

"Bos, bos. Sudah ku katakan dari awal, Jung itu sangat berbahaya. Ini belum seberapa tapi kau sudah tumbang. Ck, payah. Bisa-bisanya aku diperintah untuk menjadi mata-mata keledai bodoh ini."


















emg siapa sie yg mau sad ending? joya mah gak mau

tbc.

Vad [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum