4. Buruan masuk kelas

1.1K 306 267
                                    

Note: akan ada part yang bikin mules, kupu-kupu di perut author terbang-terbang bacanya :(
Enjoy!

*****

Flashback

Ruang eskul futsal terdengar berisik dengan berbagai umpatan yang keluar dari mulut Haikal dan Jeno karena sedang asik mabar. Tapi suara mereka tidak lebih keras dari nyanyian Randu dan bunyi gitar yang sedang dimainkan Angkasa.

I'd spend ten thousand hours and ten thousand more
Oh, if that's what it takes to learn that sweet heart of yours
And I might never get there, but I'm gonna try
If it's ten thousand hours or the rest of my life
I'm gonna love you

Lagu 10000 hours dari Dan + Shay, Justin Bieber tak pernah membuat mereka jenuh untuk menyanyikannya berulang-ulang.

Gitar sudah menjadi bagian hidup Angkasa sejak lama, dia mulai belajar memainkan gitar sejak SMP saat melihat kakak kelasnya menampilkan one man show. Bernyanyi dan bermain gitar secara bersamaan. Menurutnya, itu terlihat keren.

Meskipun Angkasa juga memiliki suara yang lumayan bagus, tidak terlalu mengesankan namun juga tidak fals, tapi ia tidak punya percaya diri untuk bernyanyi lantang di depan orang-orang. Ia selalu meminta Randu untuk bernyanyi bersamanya.

'DORR DORR DORR'

Suara ketukan pintu yang lebih terdengar seperti gebrakan itu menghentikkan semua kegiatan orang-orang di dalam ruang futsal.

Berdiri Jere menyender di dinding samping pintu dengan tampang tak bersalah.

"Lo berisik sekali lagi gue lempar pake sepatu ya!" Haikal mengucapkan peringatan dengan tampang menahan emosi dan tangan yang siap melepas sepatunya.

"Abisnya lo semua budeg, gue udah manggil-manggil nggak ada yang nyaut," ucap Jere menggerutu dan langsung berjalan mendekati Angkasa, ia tidak ingin benar-benar dilempar sepatu. Jere yakin, setidaknya di samping Angkasa ia akan aman.

"Biasanya juga masuk nggak pake salam."

Haikal masih tidak terima mabarnya jadi terganggu. Bukan apa-apa, dia ini orangnya kagetan. Bukan tanpa korban, ponselnya sudah lecet karena sering terlempar tak sengaja gara-gara kaget.

"Itu ada cewek di depan nungguin Jeno," ujar Jere malas, ia hanya berniat baik. Balik dari luar tadi ia melihat perempuan di depan ruang futsal, sepertinya tak berani masuk, sedangkan di dalam sangat berisik.

Jeno menatap Jere dengan salah satu alis terangkat seakan bertanya siapa orangnya dan hanya dibalas gelengan kepala oleh Jere.

"Masuk aja neng," teriak Jere mempersilahkan perempuan itu masuk.

Perlahan terlihat seorang perempuan dengan tampang takut untuk masuk dan berhenti di tengah-tengah pintu, enggan untuk masuk lebih dalam.

"Enggg Kak Jeno, kata kakak hari ini bisa nemenin aku nyari obat."

Tiba-tiba perempuan itu berucap pelan, to the point bahwa dia ke sini berniat menagih janji Jeno.

Jeno langsung menepuk dahinya, baru teringat bahwa dia mempunyai janji dengan perempuan yang satu ini, Jiya, adik kelasnya yang merupakan anggota PMR.

"Oiya, sorry banget gue lupa. Eh yaudah sekarang aja ya." Segera bersiap-siap. Jeno merasa tidak enak pada Jiya, pasti dia sudah menunggu lama dan mencarinya dari tadi.

"Gue cabut dulu," pamit Jeno sekenanya dan langsung mengajak Jiya untuk pergi.

"Dasar kerdus, baru--."

Karina: Into you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang