Playful Couple 07

Zacznij od początku
                                    

"Calvin di mana?" Tanya Leo.

Aku melihat jam di ponselku, sudah hampir jam 12 siang, seharusnya Calvin sudah menyelesaikan midtest nya. Calvin berjanji akan datang ke sini sebelum jam 12 siang.

"Dra."

"Calviiiinn!!!" Aku berteriak seperti anak kecil.

“Hai, Vin," sapa Leo.

"Kok datengnya telat?" Tanyaku.

"Baru selesai midtest, Dra."

"Terus gimana?"

"Lancar," jawabanya singkat.

"Cie ... cie ... Rendra mukanya berubah nih. Jadi lebih cerah ceria merona membara." Leo tertawa.

Walaupun di sini ramai, satu hal yang membuat heran. Sejak kedatangan Calvin, Erika jadi diam. Calvin juga seperti tak acuh dengan kehadiran Erika. Ada apa dengan mereka?

Sebelumnya Calvin berbicara dengan Erika di telpon semua seperti baik-baik saja. Aku masih belum
mengetahui hubungan mereka berdua.

"Gue balik dulu ya," kata Erika.

Calvin mengikuti Erika saat Erika keluar. Aku sedkit melihat bayangan mereka dari dalam pintu. Ada hal yang mereka obrolkan.

"Ngomong apa Erika, Vin?"

"Gak ada, Dra."

"Enak gak jadi gay, Vin?" Leo bertanya kepada Calvin.

"LEO!" Aku meninggikan nada bicaraku ke Leo. Menurutku Leo menanyakan hal yang mungkin bisa menyinggung Calvin.

"Gak papa, Dra," kata Calvin lembut, "gak ada enaknya jadi gay Leo. Siapa juga yang mau kondisi
seperti ini, apalagi masyarakat masih memandang sebelah mata. Tapi ini bukan penyakit yang harus dihindari semua orang. Gak ada yang salah dari perasaan seorang gay kan? Menyayangi dan disayangi semua orang membutuhkan hal basic itu."

"Oke deh, sorry ya, Vin. Dra, gue sama Anya balik ya."

"Hati-hati" kataku singkat.

"Satu lagi," Leo berhenti di depan pintu, "gue harap lu gak pakai perasaan lu ya." Leo keluar dengan Anya.

Aku mengerti apa yang dikatakan Leo. Entah Leo menyadarinya atau tidak, ketertarikanku kepada Calvin sudah menggunakan perasaan. Aku tidak tahu apa perkataan Leo tadi menyinggung Calvin, tapi ada raut sedih di wajah Calvin, walaupun dia menutupinya dengan senyuman.

"Aku mau apel itu dong, Vin."

Calvin sekarang duduk di sampingku, tidak ada sepatah kata keluar darinya, dia hanya mengiris apel itu dan memotongnya kecil agar aku mudah memakannya.

"Kita akhiri aja, Dra." Dia menarik napas panjang. Ada apa dengan Calvin?

"Aku udah pikirin sejak hari pertama. Aku selalu buat kamu dalam kesulitan. Bahkan, kamu sampai terluka juga."

"Itu bukan alasan, Vin."

"Apa kamu sadar, kamu udah pakai perasaanmu untuk project ini. Aku gak mau kamu seperti aku, Dra. Sebelum kamu masuk lebih jauh dalam kehidupanku."

"Terus kenapa kalo aku jadi seperti kamu?"

"Dra, ini cuma 7 hari. Sebelum terlambat."

"Terlambat apa?"

Aku membalikkan tubuhku ke arah Calvin dan menciumnya. Saat bibirku menyentuh bibirnya, dingin. Aku merasakan sikap dingin dari Calvin. Dia
tidak membalas ciumanku. Aku jadi merasa tidak nyaman saat menciumnya. Ada apa dengannya? Aku tidak menemukan rasa kaget dan canggung. Tatapanya datar kepadaku.

"Jangan tergesa-gesa mengartikan perasaan kamu, Dra."

"Ketahuan ya lu, Dra!" Suara Ria mengagetkan kami berdua. Sejak kapan dia di sini?

"Gue gak nyangka kalo lu gay, Dra!"

"Mau apa lu kesini?

"Cuma pengen liat keadaan lu aja. Minggir lu homo!" Ria menunjukan sikap jijiknya terhadap Calvin, aku tidak bisa menerima perlakuanya terhadap Calvin.

"RIA!!!" bentakku.

"Jangan bentak gue, Dra. Gue kasih pilihan ke elu, kalo lu gak mau keluarga lu tau, elu pacaran sama homo lu mesti balikan sama gue lagi!"

"Huh!" Aku jengah dengan sikap Ria seperti ini, "lu gak bisa maksa gue, Ria."

"Oh ... ya?"

Aku memandang Calvin. Aku menatap matanya, tapi yang kudapatkan hanya tatapan kosong darinya. Ada apa dengan Calvin? Aku tidak menyukainya seperti ini, hal ini malah membuatku sedih.

"Gue bisa dengan gampangnya bongkar ini, Dra. Gue gak main-main."

"Lu ...!!!!"

"UDAH!!!" Teriakan Calvin membuatku terdiam, "lu Ria kan?"

"Kenapa homo?"

Aku melihat napas Calvin jadi tidak beraturan, sepertinya dia juga marah berkali-kali dipanggil homo oleh Ria. Ria sungguh keterlaluan.

"Ria, jaga sikap lu!"

"Kenapa, Dra? Dia emang homo. Gue yakin gara-gara dia lu berubah kayak gini."

"Ria ..." Calvin mengatur napasnya, ia menghela napas panjang, "gue sama Rendra gak ada apa-apa. Gue deket sama dia karena project di kantor kita, dan itu cuma 7 hari. Lu gak usah khawatir, gue udah akhiri semuanya sekarang. Maaf, Dra udah sakitin kamu, maaf udah buat kamu terluka, maaf aku gak bisa jadi yang kamu mau, gak bisa buat kamu bahagia. Denganku, kamu hanya akan semakin terluka. Maaf, Dra. Selamat tinggal." Calvin mengambil tas punggung dan keluar tanpa sepatah kata pun.

Ada kemarahan dalam diriku. Aku marah ketika Ria mencemooh Calvin. Aku marah dengan diriku sendiri karena aku tidak bisa berbuat banyak.

"Keluar."

"Rendra ..."

"GUE BILANG KELUAR!"

"Fine, Dra. It's over!"

....

3.30 pm.

Ria keterlaluan, tapi aku merasa ini semua terjadi karenaku. Ketidaktegasanku dalam mengambil keputusan. Sekali lagi aku menyakiti Calvin. Aku merasa sangat kesepian sekarang. Hatiku terasa sakit, membuat dadaku sesak. Aku sendiri sudah tidak mempedulikan sakit bekas tusukan ini.

Apa Calvin serius dengan ucapanya tadi? Aku merasa kesal, aku merasa kacau. Apa benar aku sudah benar-benar mencintainya? Kenapa perasaan
ini membuatku seperti ini? Calvin dimana sekarang? Apa yang dilakukanya? Apa dia merasa apa yang kurasakan sekarang?

"Aku gak sanggup seperti ini, Calvin."

"Please, Calvin, angkat telponku."

Berkali-kali aku mecobanya, tapi tidak sekalipun Calvin mengangkatnya. Ini bukan penyelesaian yang tepat. Aku tidak ingin berakhir seperti ini.

....

Playful CoupleOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz