Playful Couple 07

805 82 1
                                    

Day 4

9.30 am.

"You saved me, Ka. Siniin mie gue!" Aku tersenyum jahil ke Erika.

"Lu ya, belum sehari juga di rumah sakit!"

"Makanan di sini di luar daya tangkap gue sebagai cowok metropolitan."

"Maksud lu, Dra?"

"Gue juga gak ngerti." Aku tersenyum.

Makan mie kesukaan dengan kondisi seperti ini sama sekali tidak menyenangkan. Walaupun Erika membawakan makanan kesukaanku, tapi 1 sampai 2 kali suapan pertama saja aku bisa memakannya. Sisanya? Aku hanya memandang mie itu saja.

Ini sudah hari keempat dari batas 7 hari yang diberikan. Aku sedikit merindukan Calvin. Dia tidak bisa datang pagi ini karena sedang ada midtest di kampusnya.

Ternyata sekarang sudah pertengahan semester dan sudah 4 hari ini aku tidak menginjakkan kaki di kampusku. Hari ini juga mungkin jadi hari yang membosankan, karena seharian di rumah sakit.

Ayolah, aku tidak bisa memikirkan rencana apapun hari ini. Rasanya tidak lucu jika mengajak date di rumah sakit, duduk di tamannya lalu menghitung jumlah pasien atau perawat yang lewat. Apa aku akan mengajak Calvin mengobrol seharian di sini saja? Tapi, apapun yang aku lakukan denganya, walaupun di rumah sakit ini pasti akan menyenangkan.

"Dra, kita batalin aja ya soal lu yang jadi pacar gue kalo lu menang project ini?"

Erika mengingatkanku hal penting di project ini. Jika tulisan kami menjadi tulisan terbaik maka aku dan Erika akan pacaran. Entahlah, apa aku melupakannya atau aku memang sudah tidak memikirkanya.

"Gak bisa gitu, Ka. Promise is a promise."

Di lubuk hatiku, sebenarnya aku tidak serius mengatakan itu. Tapi aku harus tegas dengan diriku sendiri. Ini adalah sebuah janji. Bagiku janji sama dengan hutang yang harus dibayar.

"Lu gak kasian sama Calvin, atau diri lu sendiri?"

"Maksud lu?"

Aku sangat mengerti maksud Erika. Tapi apa mungkin aku mengatakan kalau aku sudah memiliki perasaan yang berbeda pada Calvin. Mungkin Erika juga menyadarinya, tapi tetap saja, ini masih jadi hal yang sulit untuk aku akui.

"Ada yang mau gue bilang ke elu, tapi mungkin ini belum saatnya"

"Tentang gue?"

"Mungkin."

Aku tidak memaksa Erika untuk menceritakanya. Aku memang mudah penasaran, tapi aku bukan pemaksa. Jika Erika belum mau mengatakan
biarlah seperti itu.

"Hey, Dra ... Ada Erika juga di sini," sapa Leo dan Anya datang menjengukku. Mereka tidak datang dengan tangan kosong, ada keranjang yang berisi buah ditenteng Leo.

"Leo."

"Ini gue bawain buah buat lu, Dra."

"Hai, Anya."

"Hai, Dra."

"Tumben kalian berdua ke sini?" Tanya Erika.

"Rendra kan bestpren gue, Ka. Gak ada salahnya gue jenguk sohib gue ini, kan?" Leo tersenyum lebar.

Suasana di kamar ini jadi lebih cerah. Adanya Erika, Leo dan Anya jadi treatment penyembuhan untukku. Suasana yang mereka ciptakan dengan keributan mereka membuatku tidak menghiraukan nyeri di
perut ini.

Hal yang menyenangkan juga ku dengar dari Leo dan Anya. Leo ternyata memberanikan diri untuk menyatakan perasaanya. Untuk Leo bisa menjadi berani mengungkapkan perasaanya itu jadi kemajuan yang luar biasa. Setelah project 7 hari ini mereka akan melajutkan hubungan mereka tetap menjadi sepasang kekasih. Aku ikut bersyukur dengan hal itu. Project ini jadi jalan yang tepat untuk mereka lebih mengenal satu dan lainya.

Playful CoupleWhere stories live. Discover now