Azura mendongakkan kepalanya. "Aku yang salah, Baby El."

Samuel berdecak sebal. "Ya udah. Lo aja yang salah."

Azura memelototkan matanya. "Baby El aja yang salah!"

Samuel juga ikut memelototkan matanya yang sipit itu. "Katanya tadi lo yang salah?"

"Kamu juga bilang kalau kamu sendiri yang salah."

"Lo aja."

"Baby El aja."

"Rapunzel!"

"Baby El!"

"Lo-" Samuel memegang pipinya yang terasa nyeri. Seharusnya ia tidak boleh terlalu banyak bicara. Apalagi sudut bibirnya juga sobek gara-gara ulah Raskal.

"Kita sama-sama salah karena belum paham satu sama lain," final Azura meluruskan.

"Hm," gumam Samuel seraya memejamkan matanya. "Pusing, panas, sakit semua. Kayaknya gue mau mati aja,"

"Baby El jangan ngomong gitu ...."

Samuel tertawa pelan mendengar itu. Ia pun kembali membuka matanya. "Duduk di sebelah gue," titahnya pada Azura.

Tidak ingin membantah, Azura pun kembali duduk gelesoran di atas karpet. Ia memandang Samuel dengan tatapan polosnya.

"Lo itu terlalu berharga buat dimilikin cowok brengsek kayak gue." Samuel menyematkan anak rambut Azura yang berjatuhan ke belakang telinga.

"Zel?"

"Iya?"

"Gue boleh cerita sama lo, kan?" tanya Samuel. Tanpa banyak berpikir, Azura langsung mengangguk mengiyakan.

"Boleh," balas Azura.

Samuel tersenyum tipis menanggapi jawaban Azura. "Gue udah dikontrak mati buat jagain lo," ujarnya.

Azura terdiam. Ia terus mengamati lekuk demi lekuk wajah menggemaskan milik Samuel. Sorot sendu di mata cowok itu membuatnya tahu kalau Samuel memiliki banyak sekali beban kehidupan.

"Dari kecil, gue udah dilatih bela diri buat jadi penjaga lo kalau kita udah besar kayak sekarang."

"Jadi, mau itu nyawa sekali pun. Kalau demi lo, gue tetep bakalan korbanin," terang Samuel. Nada bicaranya terdengar lembut dan sangat tulus dari hati.

"Gue punya banyak musuh yang terus mencoba buat nyakitin orang-orang di sekitar gue. Termasuk lo dan Ayah sama Bunda."

Samuel menghela napas berat. Pandangan cowok itu beralih menatap langit-langit rumah Azura.

"Gue nggak mau ngerasain kehilangan untuk yang kedua kalinya. Gue takut lo kenapa-kenapa dan pergi ninggalin gue duluan. Karena hidup gue ...."

"... nggak pernah lepas dari ancaman."

"Gue punya banyak beban, Zel. Mulai dari kehilangan, trauma, dan sekarang gue punya tanggungan buat jagain lo. Gue nggak keberatan kok, kalau disuruh buat jagain lo sampai gue mati."

Samuel memejamkan matanya. Menikmati rasa sesak yang kian menghujam dadanya. "Gue emang kasar, nggak punya perasaan, dan punya banyak kekurangan."

Dalam diam, Azura sudah mengeluarkan air mata sejak tadi. Ia tidak pernah menyangka kalau hidup Samuel akan seberat ini. Apa yang cowok itu perlihatkan, memang hanya sebuah kepalsuan. Nyatanya, Samuel sama rapuhnya dengan kayu yang sudah lapuk.

"Perkataan gue kemarin-kemarin pasti bikin lo sakit hati." Samuel meneguk salivanya yang terasa pahit. "Gue ngelakuin itu biar lo menjauh dan nggak jadi inceran orang yang benci sama gue."

SAMUELWhere stories live. Discover now